Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNRI adakan program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS) dan Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) 2019. Program ini merupakan bantuan pendanaan penelitian yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menguatkan Sistem Inovasi Nasional melalui peningkatan sinergi, produktivitas dan pendayagunaan sumber daya penelitian dan pengembangan nasional.
Dalam mempersiapkan program ini, LPPM mengadakan sosialisasi bekerja sama dengan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Hotel Ayola pada Jumat (9/11).
Sosialisasi diikuti oleh dosen-dosen dalam dan luar UNRI. Evi Nadhifah selaku panitia tuturkan tercatat ada 15 dosen dari perguruan tinggi se-Riau. Universitas Lancang Kuning, Universitas Muhammadiyah Riau, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, Universitas Islam Riau serta Universitas Riau.
Sejak LPPM mengumumkan sosialisasi pada Senin lalu di laman resmi mereka, Evi katakan banyak dosen yang langsung mendaftarkan diri mereka secara online.
Ada 164 dosen peneliti yang namanya telah terdaftar dalam absen. Selain mengisi absen di meja registrasi, peserta diminta untuk mengumpulkan proposal penelitian yang mereka bawa ke panitia.
Acara yang dimulai sejak pukul dua siang ini dibuka oleh Syaiful Bahri selaku sekretaris LPPM UNRI. Ia sampaikan bahwa panitia sangat mengapresiasi antusias dari dosen-dosen peneliti. “Karena itu, kami izinkan peserta yang belum mendaftar. Silahkan daftar hari ini (Jumat) juga tidak apa-apa,” tutur Syaiful.
Dalam sosialisasi ini turut mengundang Hotmatua Daulay selaku Direktur Pengembangan Teknologi Industri Kemenrisrekdikti sekaligus sebagai narasumber. Dalam materinya, Daulay jabarkan permasalahan yang mendasar dalam mendanai proposal penelitian adalah dana yang disediakan tidak sebanding dengan proposal yang masuk. “Misal ada 300 proposal yang masuk, setelah dibagi rata dengan dana yang ada, ternyata cuma 125 proposal yang bisa dibiayai.”
Daulay juga sampaikan beberapa perbedaan umum antara proposal yang ditujukan untuk INSINAS dan yang ditujukan untuk PPTI. Output yang diharapkan dari INSINAS adalah berupa jurnal nasional dan internasional, HKI, prototype, serta Teknologi Tepat Guna. Sedang output yang diharapkan oleh proposal yang dituju untuk PPTI berupa produk yang dapat diproduksi secara massal dan bernilai ekonomi tinggi.
Lebih lanjut, Daulay juga jelaskan bahwa juri atau tim penilai untuk PPTI sedikit berbeda denga INSINAS. “Anda jangan heran jika juri yang menilai proposal untuk PPTI tidak berpendidikan professor ya.”
Karena PPTI adalah pengembangan teknologi maka dana yang disiapkan sedikit lebih besar dari INSINAS. Maka dari itu, juri atau reviewer untuk PPTI kebanyakan adalah seorang pengusaha atau pemilik industri tertentu.
Dalam presentasinya, Daulay tampilkan beberapa hasil produk yang telah dibiayai oleh INSINAS dan PPTI, seperti hand tractor dengan bahan gas, aplikasi yang dapat mengindentifikasi jenis kayu berbasis android dan generator ozon untuk menyimpan hasil pasca panen.
“Kita harapkan produk dari proposal INSINAS dan PPTI ini menghasilkan sesuatu yang luar biasa dan belum terlalu banyak diteliti baik secara nasional maupun internasional,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menjelaskan urutan isi proposal yang benar, dimulai dari halaman pengesahan, judul, abstrak, pendahuluan, telaah literatur, roadmap, deskripsi teknologi, track record berupa kegiatan, hasil telaah jurnal dan paten, jadwal kegiatan, daftar pustaka, serta rancangan anggaran biaya yang dibutuhkan.
Proposal dapat diungggah di http://simlitabmas.ristekdikti.go.id mulai tanggal dua sampai duapuluh November. Penilaian akan dilakukan tanggal 26 November sampai 7 Desember 2018. “Kita akan terima dua proposal untuk INSINAS bagi peserta sosialisasi ini, kita bantu untuk kematangan proposalnya,” ujar Desmelati selaku moderator.
Acara ini berakhir sekitar pukul lima sore setelah sesi diskusi dan tanya jawab. Syaiful berharap dengan sosialisasi ini, banyak dosen peneliti yang termotivasi dan tetap semangat dalam mengabdi dan berkarya untuk masyarakat Riau.
Selain itu, Syaiful juga sampaikan sosialisasi ini merupakan peluang besar bagi para dosen yang sedang ataupun ingin melakukan penelitian. Diharapkan para peneliti mampu mengembangkan produk dan mengimplementasikannya
Reporter: Annisa Majesty
Editor: Ambar Alyanada