Foto oleh Serikat Perjuangan

Oki sedang makan?siang?di?gerai?Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ?Universitas Riau sendirian?sekira sebulan lalu. Ia didatangi Ravi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi. Mereka pernah satu kegiatan dalam acara di kampus.

Pembicaraan dimulai dengan pergerakan kampus hingga visi misi. Sampai akhirnya Oki?mahasiswa jurusan Hubungan Internasional ini ?menanyakan tentang ?ayam kampus??di FISIP.?Istilah ?ayam kampus? merujuk pekerja seks komersial dari kalangan mahasiswi.

?Oh banyak wak,? kata Ravi.

?Ini dia,?Jeny?namanya, anak Ikom?(Ilmu Komunikasi),? lanjut Ravi memperlihatkan sebuah foto?perempuan?di gawainya, setelah sempat hening beberapa saat usai obrolan??ayam kampus?. Jeny bukan nama sebenarnya.

?Minta nomornya bang!?

?Oh gak bisa,? tutup Ravi. Dalam penjelasannya kepada Kru Bahana, Minggu (9/12) Ravi tak simpan nomornya saat itu. ?Ini adik aku loh wak, privasinya aku jaga.?

Pembicaraan mereka berhenti sampai di situ.

Belakangan Oki mengira ?foto yang ditunjukkan Ravi masih bagian dari pembicaraan tentang ?ayam kampus?. Namun Ravi berkilah,?menunjukkan foto adalah?bagian dari mengalihkan pembicaraan?menjadi prestasinya?sebagai ?duta kampus.

Hingga akhirnya, Oki mendapatkan kontak Jeny?dari Adit.

Kamis pagi (6/12), Oki dan Adit kuliah sekelas. Beberapa menit perkuliahan berlangsung, Adit merasa bosan. Ia keluar hendak merokok di samping kelas. Ketika itu, Adit bertemu dengan Oki yang sudah lebih dulu keluar. Mereka merokok bersama.

Disini, Oki memulai obrolan lagi-lagi?mengenai??ayam kampus?. ?Awalnya membicarakan?di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, hingga berujung di fakultas mereka. Hampir sama seperti obrolan Oki dengan Ravi di gerai.

?Aku tau?ayam kampus FISIP Dit,? kata Oki.??Dapat dari Ravi.?

Kemudian, Oki meminta salah ?satu kontak mahasiswi Ilmu Komunikasi kepada Adit. Tanpa ada rasa curiga, Adit berikan kontak Jeny. Karena, ia?satu-satunya kontak mahasiswa?jurusan tersebut di gawainya.

Tak lama, Oki mulai percakapan dengan Jeny?sekitar pukul setengah sembilan.?Di tempat lain, Jeny?sedang bersiap?memandu?lelang?mobil?di sebuah perusahaan. ?Di gawainya masuk pesan?melalui?aplikasi?WhatsApp dari?nomor tidak dikenal.

Berisikan satu huruf??P?.???Aku tanya, siapa ni? dia jawab namanya Oki,??kenang Jeny, Minggu (9/12) di Mall SKA ketika ditemui kru Bahana.

Oki berniat hanya ingin berkenalan dulu dengan Jeny. Sehabis itu, ia tak membalas pesannya hingga siang. Namun, terakhir pukul 15.05, Oki tetap saja mengirim pesan memanggil Jeny.

Pukul 14.44, pesan masuk lagi ke ?gawainya dengan nomor yang berbeda. Dengan satu huruf?yang sama, ?P?. Jeny?masih bekerja?memandu lelang. 150 juta, 151, 151.5? hingga ketok palu untuk kemudian membalas pesan Syafri.

?Ya???

?Open BO (Booking Order)???

?Siapa ni??

?Saya Syafri?

?Dapat WA (WhatsApp) ini dari siapa ??

?Dari temen. Ada temen ngasi ke aku?

?Siapa temannya??

?Itu gak penting kan?

?Penting lah?

?Berapa? Buat apa??

?Kasi tau dulu siapa??

?Dari Oki?

?Oki mana??

?FISIP. Dia dapat dari temen dia. Udahlah gak usah?bahas itu?

?Apa katanya??

?Bahas harga aja mbak??

?Kasi tau?apa katanya?

Pesan ini telah dihapus

?Apa bener??

?Minta ig?kamu dulu.?

Usai meminta akun instagram Syafri, ?Jeny sebarkan chat ini di media sosial dengan menandai akunnya.

Syafri, jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga?teman Oki satu?indekos. Berasal dari satu kampung yang sama.?Sesampainya di kos, Oki beritahu Syafri mendapat nomor Jeny–yang menurutnya adalah ?ayam kampus?. Ia?langsung meminta kontak yang dimaksud. Namun, awalnya menolak hingga akhirnya diberikan juga.

Tanpa sepengetahuan Oki, temannya?sudah memulai obrolan tidak senonoh kepada Jeny. ?Syafri mengaku melakukan ini ?hanya iseng dan coba-coba. ?Ternyata saya salah orang dan salahnya lagi saya ga?cari tahu dulu tentang orang ini,? kata Syafri, Senin (10/12) di Dekanat FISIP.

Setelah percakapan melecehkan itu tersebar, ?Oki dan Syafri berusaha meminta maaf pada?Jeny. ?Ini salah paham kak, hapus snap ig?itu, kita jumpa, kita klarifikasi,??sebut?Oki melalui pesan WhatsApp. Begitu juga Syafri.

Baik Syafri dan Oki membuat video pendek berisi klarifikasi dan permintaan maaf kepada Jeny karena telah melakukan pelecehan seksual secara verbal.

Kemudian Jeny sebar isi chatnya ke grup komunitas. Wicaksana merespon dengan mengumpat. Ia langsung berkirim pesan kepada Jeny menanyakan hal tersebut. Mereka sepakat bertemu pada Jumat sore di salah satu tempat makan di sekitar Jalan Arifin Achmad dengan mengajak teman lain : Haldi dan Fina. Tak ketinggalan orang yang terlibat yaitu Oki, Adit dan Syafri.

Sembari Jeny memandu sebuah acara di tempat itu, mereka bahas penyelesaian masalah yang menimpanya. Jeny?beritikad ?untuk menyelesaikan ini antar orang-orang yang terlibat saja, tanpa melibatkan kampus.

Saat bahas kronologi, Oki menyebut nama Ravi orang yang beritahu bahwa Jeny ?ayam kampus?. Lantas, Wicak memintanya untuk mendatangkan Ravi segera. Tetapi, Oki tak jujur. Ia meminta Ravi datang dengan alasan untuk membahas sebuah proyek kampanye.

Ravi dalam pengakuannya sedang sakit menolak untuk datang.

Oki langsung mengatakan dalam pesan singkat, ?Bang, aku mau abang datang kesini. Atau ?kami datang ke sana. Bawa polisi.?

?Yaudah?kau aja yang datang kesini. Bawaklah Ki?

Selanjutnya, Oki baru mengakui kepada Ravi bahwa ia terlibat dalam menyebarkan informasi bohong mengenai Jeny. Oki katakan lagi bahwa saat itu Ia sedang bersama Jeny dan meminta Ravi untuk datang menyelesaikan kasus.

?Kita bahas ayam kampus di gerai?

?Mana pernah aku bilang kalau Jeny ayam kampus? Kau jangan ngada-ngada kau Ki?

?Abang yang nunjukin foto Jeny tu?

Tak berhasil, ?Wicak turut menghubungi. Namun, seseorang yang mengaku sebagai saudara Ravi angkat bicara. ?Kalau mau ketemu di?daerah Panamlah, kalau kalian gamau?kesini kami pun ga?bisa kesana,? sahutnya.

Menurut pengakuan Ravi ke Kru Bahana, ia tidak mau datang karena pihak Jeny ramai disana. ?Kalau emang?mau ketemu ditengah aja, maksudnya baik kalau ketemu jangan di zona mereka.?

Oleh semua pihak, sepakat melanjutkan perkara ini dengan mediasi ?pada Sabtu di Gelanggang Mahasiswa FISIP bersama kelembagaan. Dihadiri oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Koprs Mahasiswa Hubungan Internasional, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Olahraga, BEM FISIP dan orang yang terlibat.

Dalam mediasi ini, didapatkan hasilnya?Syafri dan Oki akan dimaafkan apabila membagikan video klarifikasi di Instagram?dengan beberapa syarat. Seperti akun tidak boleh di kunci, video berlaku selama satu bulan dan lain-lain.

?Untuk Oki dan Syafri aku maafkan, tapi kau, aku pengen bawa kasus ini ke dekanat,? kata Jeny sambil menunjuk Ravi.

Sebab, menurut Jeny, Ravi tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. ?Ravi mengakui bahwa kondisinya saat itu dalam keadaan tertekan. Lantaran, banyak bentakan?yang mengarah kepadanya. ?Sehingga aku melakukan pembelaan tidak melakukan hal yang dituduhkan.?

?Cuma secara keadaan, aku di press disana, aku sendirian,? sahutnya. Kemudian, ia katakan dalam forum itu, Ia sempat meminta maaf dan akui bahwa pembicaraan ayam kampus adalah benar dengan Oki.?Katanya kepada kru Bahana.

?Namun, perlu digarisbawahi, aku memperlihatkan body?ayam kampus yang bagus itu seperti ini?(foto Jeny), bukan menunjukkan Jeny.?

Tidak terima dengan pernyataan Ravi yang tidak begitu jelas, pihak Jeny?dan kelembagaan memutuskan membawa kasus ini ke dekanat.

Senin (10/12) ruang dekanat ?menjadi tempat mediasi. Diisi oleh beberapa mahasiswa, kelembagaan hingga alumni sebagai pendamping. Seharusnya mediasi sudah dimulai?pukul 9 pagi. Namun, molor sebab?Syafri Harto sebagai Dekan FISIP dan Suyanto, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni sedang rapat senat pemilihan rektor?UNRI.

Mediasi mengenai pelecehan seksual yang dialami Jeny?akhirnya dimulai pukul setengah empat sore. Suyanto mewakili fakultas. Adit, Oki, Syafri, Ravi dan Jeny?ceritakan kembali?kronologisnya secara berurutan sesuai versinya masing-masing.

Dalam forum, Suyanto ?mengatakan bahwa hal ini harus sudah bisa diselesaikan dengan mencari jalan tengah.

?Saya mau Ravi, melakukan hal yang sama. Seperti?yang dilakukan Syafri dan Ravi (membuat video klarifikasi).?

?Kita selesaikan hari ini, jangan lagi di?share?Jeny, nanti jadi menghambat kita,? lanjutnya lagi.

Forum masih meminta kejelasan mengenai motif apa yang menjadikan Ravi mengatakan Jeny?ayam kampus. Setelah diminta oleh Bambang, Haldi, Wicak, hingga Suyanto yang menengahi. Ravi tetap mengatakan hal yang sama.

?Karena, maaf saya tahu Jeny Islam namun saya belum pernah melihat Jeny?memakai jilbab. Ternyata apa yang dilihat tidak sama dengan apa yang dikira. Terimakasih,??jelas Ravi.

Sontak?terjadi perdebatan mengenai pernyataan Ravi. Jeny?mengeluarkan air matanya. Sempat jatuh dari kursi tempatnya duduk. Rombongan Jeny berhamburan ?keluar ruangan. Suyanto meminta masuk kembali untuk melanjutkan mediasi.

Usai shalat?magrib, forum dilanjutkan namun Jeny?tidak kembali kedalam. Suyanto menawarkan opsi menyerahkan kepada Jeny?apabila ingin menggunakan jalur hukum.

?Ketika berbicara soal maaf-memaafkan, tidak selesai di?ruangan ini, silahkan lapor ke polisi jika menurut Jeny?tidak cukup,??katanya. ?Sebaliknya, jika menurut Ravi benar silahkan tempuh jalur hukum. Nah itu yang bisa kita lakukan.?

Suyanto?menjelaskan apabila dibawa?ke fakultas, masalah ini?merupakan ranah pribadi, tidak ada kaitannya dengan akademik.

Namun, ia?tetap berjanji akan membawa hal ini untuk dibahas ?di senat fakultas. Sebab senat?yang memiliki kewenangan ?memberikan sanksi. ?Tetapi dalam waktu yang tidak dapat ditentukan, karena proses yang cukup panjang.

Bambang katakan bahwa dari pihak Jeny?akan tetap mohon kepada dekanat untuk memberikan sanksi kepada?Ravi.?Selain itu, pihaknya akan memberikan barang bukti dalam waktu 3×24 jam terkait masalah ini kepada Suyanto untuk diteruskan ke anggota senat. Setelahnya Suyanto menutup mediasi.

Baca juga : Tabunya Kita Menangani Pelecehan Seksual

***

Jika Anda mengalami pelecehan seksual atau pernah mendengar kasus yang sama oleh civitas akademika Universitas Riau dan berkenan berbagi cerita, sila email ke penulis kami ambaralyanada9@gmail.com.

 

Penulis : Ambar Alyanada Numashurrayyadewi

Editor : Eko Permadi