Provinsi Riau terkenal dengan negeri yang kaya sumber daya alamnya. Wujud nyata kekayaan itu, diatas terhampar luas minyak kelapa sawit sementara minyak bumi didasarnya. Demikian menjadikan Riau masuk  sepuluh provinsi dengan  Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) terbesar di Indonesia.
Namun besarnya APBD tak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi Riau. Belum ada dampak besar bagi pemerataan pembangunan. Walau begitu Riau masih tetap menjadi daerah yang memiliki potensi besar dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunannya.
Saat ini, Riau memiliki sepuluh Kabupaten dan dua Kota Madya. Dari dua kota itu, Dumai salah satunya. Selain Pekanbaru, ibukota provinsi. Dumai menjadi kota industri yang strategis. Letaknya di pesisir Pantai Timur Sumatera. Salah satu pintu keluar masuk kapal dengan pelabuhan internasional. Hal tersebut diberlakukan sejak Masyarakat Ekonomi Asean atau MEA.
Tahun 2015, laju pertumbuhan ekonomi Dumai mencapai 8,5 persen diatas pertumbuhan nasional. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi yang pesat tak berdampak banyak pada pembangunan di Kota Madya ini. Padahal kemajuan daerah bukan hanya dilihat dari  pertumbuhan ekonominya saja. juga pertumbuhan pembangunannya perlu di perhatikan.
Wacana Economics Flying atau ekonomi terbang menjadi hal yang menarik. Bank dan pelaku usaha merupakan satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Terpenting adalah bagaimana peluang usaha dapat terbuka semakin lebar. Sehingga para pengusaha memiliki banyak kesempatan menjalankan usahanya. Selanjutnya berdampak pada kemajuan ekonomi. Suburnya pertumbuhan usaha lantas direspon perbankan dengan penyaluran modal. Disini bank menjadi pendorong kemajuan pembangunan.
Namun sangat disayangkan, hal itu sepertinya sulit terjadi di kota ini. Meskipun pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi terjadi apa yang dikatakan economics flying (ekonomi yang terbang).
Economics flying adalah buah pikir dari Dr. H.M. Rizal Akbar , S.Si, M.Phil. Ia akademisi lulusan IAI Tafaqquh Fiddin Dumai. Economics flying yang dimaksud adalah “pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tidak berdampak pada pertumbuhan pembangunan.â€
Pemerintah daerah sepatutnya menjadikan economics flying sebagai isu strategis pembangunan. Menyikapi ketimpangan pertumbuhan ekonomi yang tidak berdampak pada pembangunan daerah. Sehingga arah kebijakan pembangunan kota Dumai dapat terselesaikan. Baik yang tertuang baik dalam Rencana Strategis, Rencana Pembangunan Jangka Panjang maupun Jangka Menengah
Salah satu program pemerintah menanggulangi ketimpangan ekonomi adalah menciptaan lapangan pekerjaan baru. Dengan di gencarkannya isu economy flying ini mampu menjadi pemercik api pertumbuhan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Hal ini berbanding lurus dengan usaha Bank Indonesia (BI) dalam menghadapi ketimpangan ekonomi dengan keuangan inklusif. BI memiliki target keuangan inklusif sebesar 75% banked people pada 2019. Sasarannya 40 persen masyarakat berpendapatan rendah, pelaku usaha mikro dan kecil.
Economy Flying  diharapakan menjadi solusi jitu. Sehingga pertumbuhan ekonomi tinggi berdampak pula pada pembangunannya.
Penulis : Ilham Hidayat, Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Riau Angkatan 2016.