Tiga Fakultas di UNRI akan gunakan smart card dalam proses perkuliahan semester ganjil 2019/2020. Ketiganya yakni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Teknik (FT) dan Kedokteran (FK).
Kartu Tanda Mahasiswa atau KTM yang dimiliki mahasiswa saat ini belum bisa digunakan untuk absensi. Kedepannya, pihak Pusat Komputer atau Puskom UNRI akan mengembangkan fitur didalamnya.
“Bukan karena kita tak bisa buat, pemasangannya perlu dana yang cukup besar,” ujar Ridar Hendri Kepala Puskom UNRI ditemui kala di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.
Smart card merupakan kartu yang akan digunakan untuk mengisi bukti kehadiran mahasiswa. Selain itu, kartu pintar ini juga dapat membuka pintu laboratorium serta kantor.
Secara fisik, bentuknya seperti KTM. Sisi depan berwarna kuning di bagian atas dan biru di bagian bawahnya. Tulisan ‘Kartu Mahasiswa Universitas Riau’ tersemat paling atas, persis di samping logo UNRI. Di bawahnya dimuat foto mahasiswa diikuti nama, Nomor Induk Mahasiswa (NIM), jurusan dan fakultas di bawahnya.
Bagian belakangnya unik, dihiasi corak khas Melayu Riau berwarna putih dengan latar biru. Agak ke kanan di bagian atas terdapat chip. Kemudian logo UNRI tersemat di bawahnya, persis di tengah.
Terkait penggunaannya, cukup menempelkan kartu ke card reader yang sudah dipasang. Kemudian data mahasiswa yang telah diinput akan dibaca oleh card reader saat masa pengisian kehadiran. Data akan dikirim ke software pada masing-masing dosen yang mengajar. Lalu akan terdengar bunyi yang menandakan bahwa absensi sudah terkirim. Pertama, data akan terkirim ke server fakultas, baru ke server pusat di Puskom.
Kata Hilwan Yuda Teruna yang beberapa waktu lalu masih menjabat Wakil Dekan I FMIPA UNRI, jadwal mahasiswa sudah disesuaikan dengan mata kuliah di kelas tertentu. Artinya, mahasiswa tidak bisa lagi pindah ruang kelas. Dosen yang ingin mengganti jadwal harus melapor terlebih dahulu ke pihak fakultas, lalu pihak fakultas mengatur ulang jadwal sesuai kelas yang kosong. Begitupun untuk masuk laboratorium, bisa dengan tapping smart card sesuai jadwal yang telah ada. Diluar itu, mahasiswa tak bisa masuk.
Untuk mengantisipasi mahasiswa yang menitipkan KTM ke temannya untuk absensi, Ridar katakan tak bisa menghindari. Dosen diminta lebih teliti. Pihak Puskom memberikan akses bagi dosen untuk membuka datanya, sehingga bisa diperiksa.
“Jika mahasiswa melakukan kecurangan atau titip absen, Drop Out akan jadi sanksi baginya,†jelas Hilwan.
Ketika listrik mati maka penggunaannya akan beralih menggunakan genset. Mahasiswa yang terlambat, bisa masuk atas izin dosen. Tergantung batas waktu keterlambatan yang diberikan, lewat dari itu mahasiswa tidak bisa masuk kelas. Bila mahasiswa lupa membawa kartu, mereka harus menjemputnya. Namun peraturan ini tergantung kebijakan fakultas masing-masing.
Robi Kumara, salah satu mahasiswa FMIPA khawatir sistem berbasis digital ini hanya akan berjalan beberapa bulan. Seperti halnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Menurutnya, orang Indonesia tidak bisa datang tepat waktu. Juga, sistemnya yang belum rampung hingga perlunya pembaruan seperti sistem atau perangkat database.
Kartu pintar ini merupakan produk Institut Teknologi Bandung atau kerap disebut ITB. Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengapresiasi inovasi mereka dengan membelinya. Sedikitnya ada sepuluh ribu unit kartu pintar berikut tujuh puluh unit card reader untuk membaca data dibeli dari Konsorsium ITB. Konsorsium ITB adalah badan usaha yang menampung dan memasarkan karya inovasi mahasiswa ITB.
Setelah dibeli, Menristekdikti hendak menghadiahkannya untuk UNRI. Bersempena dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional atau Hakteknas ke-23 yang diadakan di Riau Agustus lalu.
UNRI hanya menerima sepuluh ribu unit kartu, sementara jumlah mahasiswanya sekitar 36 ribu. Akibatnya kartu pintar tak bisa digunakan di semua fakultas. Untuk mengatasi hal ini, Mashadi yang saat itu masih menjabat Wakil Rektor bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi berdiskusi dengan pimpinan tiap fakultas. Sebelumnya, ditanyakan dulu kesanggupan tiap fakultas. Untuk menerapkan sistem ini perlu dilakukan penyambungan kabel dan membangun jaringan. UNRI hanya dibantu kartu dan alat pembacanya saja, terkait biaya dalam pemasangan dibebankan kepada fakultas.
Beberapa kali rapat dilakukan, FMIPA dan FT dipilih. Pertimbangannya karena di FMIPA ada Jurusan Manajemen Informatika dan Sistem Informasi. Kemudian di FT ada Jurusan Teknik Informatika.
“Di dua fakultas tersebut banyak ahli bidang teknologi. Mereka dianggap mampu untuk mengelola,†terang Ridar.
Rencana awal, kartu akan diserahkan di Kompleks Perumahan Gubernur Riau ketika Hakteknas berlangsung. Mengantisipasi bila pihak Kemenristekdikti dan ITB hendak meninjau langsung, pihak UNRI memutuskan untuk memilih Fakultas Kedokteran untuk uji coba. Lokasinya yang dekat, juga diimbangi jumlah mahasiswa dan dosennya. Jumlah mahasiswa ketiga fakultas tersebut sekitar enam atau tujuh ribuan.
Kata Ridar, kartu yang tersisa sekitar tiga ribuan. Fakultas dengan kapasitas sebanyak itu yakni Fakultas Pertanian (Faperta) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPK). Untuk FPK, dipastikan belum bisa diterapkan karena listrik yang belum merata. Baru-baru ini FPK membangun enam kelas, dimana listrik belum masuk ke sana.
“Mau dipasang, buat apa? Listriknya saja belum ada.”
Setelah didapat kesepakatan antara pimpinan, ketiga fakultas tersebut diajukan ke ITB untuk ditinjau. Bila memadai, akan segera dipasang. Ketiganya memadai untuk menggunakan kartu pintar. Pihak ITB juga berikan pelatihan untuk Operator di Puskom selama dua minggu.
“UNRI berharap dibantu lagi. Kalau tidak terpaksa beli sendiri,” sambung Ridar.
Mulai agustus lalu, pihak Puskom telah mulai menginput data mahasiswa ke dalam kartu. Kartu sudah mulai dibagikan ke mahasiswa sejak Februari lalu. Mahasiswa yang belum memiliki kartu harus mengurusnya ke Puskom.
Hampir semua ruangan sudah terpasang card reader-nya. Zulkifli Staf IT FMIPA katakan sebanyak dua puluh lima alat pembaca kartu dipasang di FMIPA. Tinggal beberapa ruangan yang belum terpasang, yaitu empat ruangan di lantai tiga gedung kuliah FMIPA.
Card reader sudah dipasang di ruangan, tetapi belum digunakan. Hal ini dikarenakan belum ada perangkat lunaknya, baru perangkat kerasnya saja. Begitu juga pada Fakultas Teknik dan Kedokteran.
Reporter : Fitri Andraini, Salsabila Diana Putri
Penulis : Fitri Andraini
Editor : Annisa Febiola