Tiga tim robotik Universitas Riau mengikuti Kontes Robot Indonesia atau KRI Regional 1 Sumatera. Kegiatan akan berlangsung di Universitas Teknokrat Indonesia, Bandar Lampung pada 4 hingga 6 April mendatang.
KRI merupakan kompetisi rancang bangun dan rekayasa dalam bidang robotika bagi mahasiswa se-Indonesia. Ada enam divisi yang akan dilombakan. Meliputi Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI), Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI) dan Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI).
Sementara pada Kontes Robot Sepak Bola Indonesia atau KRSBI dibagi dua divisi. KRSBI humanoid dan KRSBI beroda. Terakhir Kontes Robot Tematik Indonesia, yang merupakan divisi baru pada tahun ini.
UNRI hanya mengutus tiga tim. Ketiganya turun pada divisi KRPAI, KRSTI dan KRSBI beroda. “Tiga divisi lagi biayanya tinggi,†kata Taufik Rahmad Dani. Ia ketua tim KRSBI Beroda.
Pertama, robot pemadam api. Tim ini diketuai Satria Sare, Mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2016. Dibantu enam orang dari tim mekanik serta dosen pendamping, Rahyul Amri.
Mereka menggunakan robot yang sama pada KRI tahun lalu. Hanya merubah bentuk badan dan menambah program saja. Robot Gurindam 16, begitulah sebutan robot ini.
Robot yang memiliki tinggi 30 cm dan lebar 28 cm ini, mempunyai tenaga sampai 23 Kcm. Lebih kencang dari sebelumnya. Bentuknya pun menyerupai laba-laba dengan enam kaki. Dengan dominasi warna biru dan hitam. Serta dilengkapi tabung air dengan volume 50 ml untuk memadamkan api. “Cuma pemrogramannya yang masih standar,†kata Sare.
Untuk konsep KRPAI ini, robot harus memadamkan titik api di sebuah ruangan yang diibaratkan seperti bangunan rumah. Nantinya robot akan bergerak setelah menerima sound activation dengan frekuensi 48 KHz. Kemudian robot berjalan dan akan mendeteksi adanya api menggunakan sensor api. Setelah menemukan titik api, barulah robot menyemprotkan air sampai padam dengan kendali aplikasi di Smartphone. Kemenangan ditentukan sesuai tingkat kecepatan memadamkan api serta waktu robot untuk kembali ke posisi semula.
Kedua, divisi KRSTI. Sama halnya dengan Robot Gurindam, Robot Zapin — sebutan robot tari ini merupakan robot tahun lalu. Cuma mengganti bagian processor dan sistem kendalinya saja.
Ketua tim KRSTI, Refli Erdinal mengaku kesulitan saat mencari komponen sensor dan Open 9.04. Selebihnya tak terlalu masalah. Ia bersama empat rekannya didampingi oleh Dahliyusmanto, dosen mereka di Jurusan Teknik Elektro.
Tinggi robot sekitar 55 cm dan saat tangannya terlentang lebarnya mencapai 35 cm. Robot Zapin juga bisa dibongkar pasang seperti lego. Nantinya robot akan menari seperti gerakan Tari Jaipong. Tarian khas Jawa Barat ini menjadi tema KRSTI kali ini.
Keseimbangan robot serta gerakan sesuai alunan musik jadi penilaian utama. Robot Zapin akan menari jika mendengar musik. Jika musik dimatikan, ia tetap akan menari.
“Tapi hanya tangannya saja yang bergerak, semacam menari di tempat,†jelas Refli.
Terakhir, Robot Sepak Bola Beroda. Bermula dari prototype yang dibuat pada Februari lalu. Kemudian baru bisa dirampungkan sebulan berikutnya setelah mendapat bantuan pendanaan dari kampus.
Ada tiga buah robot yang akan bermain bola. Masing-masing berukuran 50 x 50 cm. Dua sebagai penyerang dan satu jadi penjaga gawang. Posisi penyerang di sisi kanan dan kiri arena pertandingan. Sedangkan keeper hanya bergerak ke kiri dan ke kanan menghalau bola.
Tiap robot juga dilengkapi sensor kamera. Sensor ini mampu mendeteksi warna orange, warna bola yang ditentukan. Sekaligus dengan motor penendang untuk menyepak bola. Namun, sistem yang digunakan masih manual. Robot akan bergerak setelah sakelarnya dinyalakan.
Pertandingan KRSBI beroda dibagi jadi dua ronde. Setiap rondenya berdurasi lima menit. Untuk pemenangnya berdasarkan banyaknya bola yang berhasil dimasukkan ke gawang lawan.
Dalam pengerjaannya, Taufik Rahmad Dani dibantu sembilan anggota dan didampingi oleh Dodi Sofyan Arief, Dosen Teknik Mesin.
Tim ini memanfaatkan barang bekas dan barang yang ada di sekitar kampus. Seperti besi dan baterai laptop bekas. Tingginya harga serta langkanya komponen motor penggerak jadi kendala.
Dani mewakili keseluruhan tim menyampaikan beberapa kendala yang mereka alami. Seperti terkendala pembagian waktu sebab perbedaan jadwal kuliah. Sehingga mereka lebih sering bekerja saat malam bahkan sampai shubuh. Akibatnya produktivitas kerja menurun.
Tak hanya itu, pencairan dana dari kampus juga jadi persoalan. Namun dana sudah cair tak lama kemudian.
“Untuk menghasilkan suatu prestasi perlu ada pengorbanan, itulah bentuk pengorbanan kami,†Kata Dani.
Selasa pagi tim berangkat menuju Bandar Lampung menggunakan Bus UNRI. Setelah menempuh perjalanan dua hari satu malam, rombongan baru tiba sekitar pukul sebelas malam, Rabu (3/4). Disana, mereka menginap di Asrama Haji, Jalan Soekarno-Hatta No. 36 Kota Bandar Lampung.
Kamis (4/4), Tim robotik UNRI akan mengikuti technical meeting dan persiapan perlombaan. Selanjutnya dihari kedua, melakukan running test. Kemudian dihari terakhir puncak perlombaan dihelat.
Tim terbaik setiap divisi berhak menjadi peserta pada Kontes Tingkat Nasional di Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 19-23 Juni 2019.
Penulis : Annisa Febiola
Editor : Dicky Pangindra