Gedung lantai empat Rektorat Universitas Riau (UNRI) tak lagi terlihat jelas. Tertutup kabut asap, akibat Kebakaran Hutan dan Lahan atau Karhutla dalam dua bulan ini.

Orang-orang se-lingkungan kampus berlalu-lalang memakai masker berbagai warna. Ada yang hijau, biru, merah muda, hingga warna dengan berbagai motif. Tujuannya supaya asap tak langsung masuk ke pernapasan. Setidaknya sedikit tersaring dengan masker yang menutupi hidung hingga dagu itu. Tapi tak jarang, batuk tetap terdengar keluar dari mulut mereka. Belum lagi keluhan mata perih saat beraktifitas di luar ruangan.

Kampus UNRI adalah sebagian kecil tempat di Riau, khususnya Pekanbaru yang terkena dampak karhutla. Hingga pukul sebelas pagi (12/09) tadi, Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat konsentrasi Partikulat  PM10 mencapai 322.28 mikrogram per meter kubik. Artinya kota bertuah berada di kategori kualitas udara yang sangat tidak sehat.

Rektor UNRI mengimbau untuk meliburkan total seluruh aktivitas publik jika Indeks Standar Pencemaran Udara lebih dari 300 mikrogram per meter kubik. Himbauan disampaikan melalui surat edaran nomor 24/UN19/TU.00/2019 tentang Tindakan Pengamanan Dampak Bencana Asap tanggal 11 September 2019.

Udara dengan kategori ini sangat berdampak pada organ pernapasan dan bisa berujung pada Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA.

Beberapa mahasiswa UNRI sudah turut menjadi korban. Berdasarkan data yang dihimpun dari Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Riau. Terhitung mulai tanggal 1 hingga 31 Agustus, ada 75 mahasiswa menjadi pasien ISPA. Dengan rata-rata dua pasien per harinya. Lalu tanggal 1 sampai 9 September, pasien ISPA sebanyak 36 orang. Rata-rata empat pasien per hari.

[image lightbox=”1″ caption=”Infografis Dampak Asap di UNRI”]https://bahanamahasiswa.co/wp-content/uploads/2019/09/infografis-asap.jpg[/image]

Pihak RSP UNRI tak tinggal diam melihat kondisi ini. Mereka membuka posko pengobatan gratis selama 24 jam khusus bagi pasien ISPA mulai hari ini. Pelayanan berlaku bagi mahasiswa dan umum.

Direktur RSP UNRI, dokter Zulharman merencanakan posko dibuka di ruangan paling depan rumah sakit, sebelah kiri sebelum pintu masuk. Tapi terkendala pendingin ruangan belum ada, pelayanan dialihkan ke klinik.

Siapapun yang ingin berobat bisa langsung ke resepsionis dengan menunjukkan kartu identitas.

Selain itu, ada bantuan lima ribu masker gratis yang diberikan oleh Pusat Studi Bencana UNRI. Tentunya jumlah ini tak akan mencukupi bagi mahasiswa UNRI yang jumlahnya mencapai tiga puluh ribu.

Kelembagaan se-lingkungan UNRI juga diajak turut andil dalam menangani kasus ini. Dengan cara ikut bekerjasama mensosialisasikan pencegahan dan pengendalian dampak ISPA. Nantinya, pihak kelembagaan akan diberi pelatihan teknis.  “Bisa juga dibuat semacam Unit Kesehatan Siswa di tiap fakultas,” lanjut Zulharman.

Setiap kelembagaan akan mendapat buku saku yang berisi pengenalan dan pengendalian ISPU. Buku ini diberikan ke mahasiswa saat sosialisasi sebagai bentuk antisipasi.

Tak lupa, ia memberikan beberapa tips untuk mencegah dampak asap bagi kesehatan:

Pertama, kurangi aktivitas di luar rumah. Bila tak ada keperluan, sebaiknya di rumah saja, tutup jendela dan pintu dengan rapat. Sehingga meminimalisir masuknya partikel berbahaya ke dalam ruangan.  Ia menyayangkan mahasiswa yang masih berolahraga di luar pada saat kondisi udara sedang tak sehat.  “Kalau memang harus beraktivitas di luar ruangan, sebaiknya menggunakan masker penutup mulut.”

Kedua, pencegahan juga harus diimbangi dengan menjaga kondisi tubuh. Mulai dari minum air putih yang cukup, makan makanan bergizi. Lalu, mencuci bagian tubuh setelah berkontak dengan udara berasap sesegera mungkin, dan istirahat yang cukup.

Terakhir, jika ada keluhan sakit segeralah periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Penulis : Annisa Febiola

Infografis : Tegar Pamungkas

Editor: Ambar Alyanada Numashurrayyadewi