Kelembagaan FPK dan FKIP Peringati Hari Ozon Internasional Di Tengah Bencana Kabut Asap

“Rakyat mu menjerit, anak-anak mu dilumpuhkan secara perlahan. Mulut mu bungkam, tindakan mu diam.”

Sepenggal puisi dibacakan oleh Azrul Hamidi salah satu mahasiswa Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau (UNRI).

Azrul bacakan itu saat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIP gelar mimbar bebas di depan gerbang UNRI, Senin (15/09).

Aksi ini dilakukan atas keresahan mahasiswa mengenai bencana kabut asap yang sedang melanda Riau, sekaligus memperingati Hari Ozon Internasional.

Massa berkumpul, menuntut kinerja pemerintah yang dianggap lalai dalam menangani kebakaran hutan di Riau sehingga bisa memicu kerusakan ozon.

Dilansir dari kompas.id  kebakaran hutan memiliki dampak permanen di atmosfer. Untuk pertama kalinya, para ilmuan membuktikan asap kebakaran hutan membentuk awan raksasa pyrocumulonimbus yang bisa bertahan berbulan-bulan dan dapat merusak lapisan ozon.

Sehingga, akan berakibat fatal bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Manusia berpotensi terkena berbagai penyakit, seperti katarak hingga kanker kulit akibat terpapar sinar ultraviolet secara lansung. Sedangkan tumbuhan dan hewan bisa mati yang berimbas pada rusaknya ekosistem alam.

“Hari ini Pekanbaru sedang tidak baik-baik saja, hari ini negeri yang di atas minyak di bawah minyak telah berubah menjadi negeri di atas awan di bawah awan,” sahut Razali selaku Bupati Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan saat berorasi.

Selain itu, digelar juga aksi sosial dengan membagikan masker kepada para pengendara yang lewat. Hal ini supaya pengendara sadar akan pentingnya kesehatan udara yang sedang tidak sehat.

Tak lupa massa juga mengajak masyarakat Riau untuk ikut menyampaikan keluh kesah terhadap bencana kabut asap melalui aksi Gerakan 17 September oleh BEM UNRI.

Begitu pula yang dilakukan BEM Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNRI di Halaman depan Dekanat. Pada hari yang sama, kelembagaan ini adakan aksi mimbar bebas, juga mengajak masyarakat untuk ikut dalam Gerakan 17 September tersebut.

[image lightbox=”1″ caption=””]https://bahanamahasiswa.co/wp-content/uploads/2019/09/WhatsApp-Image-2019-09-17-at-15.53.57.jpeg[/image]

Aksi digelar berdasarkan keresahan yang sama pula, yaitu asap yang tidak kunjung reda. Mengakibatkan sakit tenggorokan dan mata perih.

“Masyarakat harus berjuang untuk bernafas karena asap pembakaran lahan hutan yang kian meluas,” sahut Arsad Alansyah Harahap, Bupati Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dalam orasinya.

Bagi Arsad, ribuan hektar lahan yang dibakar para korporat seharusnya sudah lebih dari cukup untuk menyulut api semangat perjuangan mahasiswa dalam memperoleh keadilan sosial.  “Menuntaskan masalah Kebakaran Hutan dan Lahan sampai ke akarnya haruslah menjadi salah satu tuntunan mahasiswa.”

Reporter: Tio Afandi Nasution

Penulis: Wika Junilita

Editor: Ambar Alyanada Numashurrayyadewi