Gerbang kecil di sisi barat Fakultas Teknik (FT) UNRI telah ditutup dengan pemasangan batu bata pada akhir Juni lalu. Gerbang yang akrab disebut Pintu Doraemon ini berupa pintu kecil yang hanya dapat dilewati satu orang saja. Letaknya berada di pagar pembatas kampus, persis di sebelah musala FT.
Gerbang yang mengharuskan penggunanya sedikit menunduk saat dilewati ini berhadapan langsung dengan Jalan Bangau Sakti. Penggunanya tak hanya mahasiswa FT, namun juga dari beberapa fakultas terdekat. Bahkan, pegawai kampus dan dosen kerap menggunakan akses gerbang ini.
“Siapa yang menyebut itu adalah gerbang? Itu adalah pagar yang dijebol secara ilegal. Namun telah lama dibiarkan dan dipakai lewat. Sekarang kita clear–kan itu dulu,†tegas Ari Sandhyavitri selaku Dekan FT.
Ari juga menjelaskan bahwa pagar tersebut sudah lama beralih fungsi, bahkan sebelum dia menjabat sebagai dekan. Mengenai waktu dan siapa yang menjebolnya, dia tidak dapat memberi keterangan yang pasti.
Wacana penutupan gerbang ini bukan pertama kali terdengar di telinga mahasiswa FT. Ardiansyah, Kepala Dinas Advokasi dan Politik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FT menuturkan bahwa isu ini sudah ada sejak 2018. Namun belakangan, isu kembali hangat setelah muncul di salah satu akun sosial media mahasiswa.
Menurut Ari, mereka tidak menutup gerbang tersebut, melainkan memfungsikan kembali pagar sebagaimana mestinya. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan dan keselamatan civitas akademika UNRI, khususnya FT.
“Pagar tersebut difungsikan kembali menjadi pagar, dengan cara menutup lubangnya dan meninggikan bagian atasnya.â€
Pernyataan Ari bukan tanpa alasan, namun didasari oleh banyaknya laporan kehilangan di lingkungan FT yang diterimanya. Di antaranya Televisi 65 inch milik Laboratorium Teknik Sipil dan beberapa kabel di Laboratorium Teknik Elektro. Melalui surat bernomor 885/UN19.5.1.1.7/RT.06.01/2020, Ari mengirimkan surat kepada Sujianto selaku Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan. Surat ini kemudian ditanggapi dengan surat baru bernomor 1735/UN19.5.2.2/RT.00/2020. Isi dari surat tersebut merekomendasikan untuk menutup total akses pintu doraemon.
Setahun lalu, seorang mahasiswa FT mengalami kecelakaan maut setelah melewati gerbang tersebut. Kala itu ia hendak pergi salat ke masjid yang berada di Jalan Bangau Sakti. Peristiwa ini juga menjadi salah satu alasan kampus menutup total akses pintu.
“Pada rentang 2017 – 2019, sering sekali di sini terjadi kemalingan. Bukan mahasiswa saja, namun musala juga pernah kemalingan,†lanjut Ari.
Penutupan akses ini menimbulkan berbagai polemik di kalangan mahasiswa, terutama yang tinggal di sekitar Jalan Bangau Sakti dan Jalan Kamboja. Setelah penutupan ini, mahasiswa yang mulanya bisa berjalan kaki ke kampus, kini harus memutar akses ke gerbang Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang jaraknya lebih jauh.
Berdasarkan data yang dirilis oleh BEM FT melalui kuisioner yang mereka sebarkan, sekitar 90 persen mahasiswa menyetujui bahwa keberadaan gerbang tersebut mengurangi keamanan di sekitar kampus. Namun, 99 persen mahasiswa tidak setuju apabila gerbang tersebut ditutup.
Ahmad, salah satu mahasiswa FT mengaku keberatan dengan kebijakan ini, sekalipun dilakukan atas dasar keamanan.
“Namun bila dilihat dari sisi manfaatnya, saya rasa gerbang tersebut sangatlah krusial, terutama bagi mahasiswa teknik. Bisa mempersingkat akses menuju tempat ibadah, makan, maupun keperluan akademis seperti foto copy.â€
Menanggapi berbagai keluhan yang datang, Ari bersama Azridjal Aziz—Wakil Dekan III memberikan penjelasan bahwa keputusan tersebut memang berat. Namun, dilakukan demi kebaikan bersama.
“Jangankan mahasiswa, kami yang dosen saja lewat di situ, tapi demi alasan ketertiban dan keamanan harus kita tutup karena itu juga bukan jalan resmi,†tambah Azridjal Aziz.
Di sisi lain, mahasiswa menginginkan adanya solusi lain yang ditawarkan selain penutupan gerbang. Menjawab hal ini, Ari menuturkan sudah mendiskusikan mengenai solusinya, salah satunya dengan membuat gerbang baru.
“Sudah penah kami coba mengusulkan pembuatan gerbang baru, tapi masih harus dikoordinasikan dan didiskusikan lagi dengan pihak rektorat. Tapi saya tidak bisa memaparkan secara detail, lebih baik tanya ke Wakil Rektor II saja,†pungkasnya.
Reporter: Tegar Pamungkas
Editor: Annisa Febiola