Antrean peserta vaksinasi tampak memenuhi loket pendaftaran di Rumah Sakit Universitas Riau (RS UNRI). Mereka hilir mudik berpindah dari kursi tunggu ke meja registrasi.

Senin pagi itu, 5 April adalah jadwal vaksinasi sesi pertama, hari kedua untuk dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dua hari sebelumnya, seluruh dosen yang berumur di atas 60 tahun lebih dahulu divaksin.

Vaksinasi merupakan salah satu cara pemerintah menekan penularan Covid-19. Di Riau, ada 48 Rumah Sakit jadi rujukan pasien yang terpapar virus Corona. Salah satunya adalah RS UNRI.

Arifudin— Sekretaris Satuan Tugas Covid-19 UNRI sampaikan, sebanyak 2.217 dosen dan tenaga kependidikan (tendik) telah terdaftar sebagai penerima vaksin. Dalam sehari vaksinasi dibagi dalam dua sesi. Sesi pagi mulai pukul 8 hingga jelang istirahat makan siang. Kemudian lanjut sesi kedua, pukul 13.30.

“Namun jadwal dapat berubah menyesuaikan ketersedian vaksin,” kata dosen Fakultas Pertanian ini.

Jelang bulan Ramadan vaksinasi terus berlanjut. Setiap harinya RS UNRI menerima sekitar 130 orang yang akan disuntikan vaksin. Sebanyak 20 tenaga vaksinator telah disiapkan. Mereka dibagi jadi empat tim. Masing-masing tim berisi lima orang.

Agung Putra salah satu petugas vaksinator jelaskan, satu vial atau satu botol kecil vaksin Sinovac berisi dua mililiter dapat digunakan untuk sepuluh orang penerima.

“Ketika dibuka satu vial, harus sepuluh orang dapat,” kata Agung. “Jika belum memenuhi maka dicari cadangan.” Lantaran vaksin Sinovac hanya bisa bertahan selama enam jam.

Lebih lanjut, Agung jelaskan beberapa tahapan dalam vaksinasi. Pertama, calon penerima vaksin melakukan registrasi data diri. Cukup membawa Kartu Tanda Penduduk dan kartu BPJS Kesehatan atau asuransi kesehatan lainnya. Di sini petugas juga akan mengukur tekanan darah dan suhu tubuh peserta vaksinasi.

Selanjutnya proses screening secara daring dan luring. Di tahap ini peserta mengisi angket berisi riwayat penyakit yang diderita.“Nanti kita tahu mana yang bisa divaksin mana yang nggak,” jelasnya.

Peserta yang lolos screening barulah akan disuntikan vaksin. Setelahnya masuk ke tahap observasi selama 30 menit. Tujuannya untuk mengetahui reaksi pasca penyuntikan. Jika tidak ada keluhan peserta diperbolehkan pulang dan diberi kartu tanda telah divaksinasi.

Sebaliknya bagi yang tak lolos screening, otomatis tak bisa menerima vaksin.

Nursal salah satu penerima vaksin cerita, ia tak merasakan keluhan pasca penyuntikan. “Sementara gak ada [efek samping],” kata dosen Pendidikan Biologi ini.

Berbeda dengan Nursal, Yeti Elfina dosen Fakultas Pertanian merasa tangannya kesemutan. “Ini kayak ada kesemutan,” katanya sambil menunggu observasi.

Agung juga jelaskan hanya satu atau dua peserta saja yang mengeluhkan pusing atau gatal-gatal setelah divaksin. Menurutnya itu hal biasa, hanya gejala ringan. “30 menit setelah vaksin itu ada, tapi gak banyak selebihnya aman aja,” ucap Agung yang juga dokter gigi di RS UNRI ini.

Setelah vaksinasi sesi pertama selesai, penerima akan disuntik kedua kalinya rentang 14 sampai 28 hari sejak suntikan pertama. Sementara penerima vaksin yang berusia di atas 60 tahun dilaksanakan 28 hari sejak penyuntikan pertama.

Surya Hajar Fitriadana katakan, RS UNRI siap melaksanakan vaksinasi kapanpun tanpa adanya batasan. Direktur RS UNRI yang baru dilantik 5 April lalu itu sampaikan, baik dosen, tenaga pendidik, mahasiswa, warga dan masyarakat sekitar bisa melalukan vaksinasi di RS UNRI.

“Di atas 20 tahun, siapapun boleh kemari,” jelas dokter spesialis paru itu.

Penulis: Febrina Wulandari

Editor: Dicky Pangindra