Tiga tenda terpasang tepat di depan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Riau (UNRI), membentuk huruf U. Masing-masing tenda dibagi pula menjadi beberapa bagian. Meja pendaftaran dan ruang tunggu pengisian formulir berada di satu tenda yang sama.
Tenda yang lain khusus sebagai ruang screening, cek tensi dan suhu tubuh, ruang vaksinasi, serta pencatatan. Sisanya sebagai ruang observasi peserta vaksinasi. Sebelumnya, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Universitas Riau (UNRI) sudah lebih dulu menerima vaksinasi. Kali ini, giliran mahasiswa yang jadi sasaran penerimanya.
Kevin, Mahasiwa Jurusan Teknik Kimia mengaku mengantuk setelah satu jam disuntikan vaksin. “Ga tau ngantuk sejam setelah vaksin,” katanya.
Berbeda dengan Kevin, Tasya dari jurusan yang sama tak merasakan efek apapun setelah menerima vaksin. Namun, setelah beberapa jam, tangannya terasa pegal dan lemas.
Lain lagi Himawan, ia sama sekali tak merasakan efek samping. “Sejauh ini belum ada [efek samping],” ucapnya saat diwawancarai kru Bahana (27/5).
CoronaVac adalah jenis vaksin yang nantinya akan diberikan. Bahan bakunya berasal dari Sinovac. Vaksin merek Sinovac merupakan vaksin pabrikan dari Cina. CoronaVac sendiri dikelola oleh Bio Farma. Dosis yang diberikan untuk satu peserta vaksinasi berjumlah 0,5 ml per satu suntikan. Satu vial vaksin CoronaVac dapat dibagi untuk sepuluh orang.
Raagung selaku Ketua Panitia Pelaksana Vaksinasi katakan, Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 sudah lebih dulu menyebar pranala formulir pendaftaran vaksinasi. Bahkan katanya, sekitar seribu mahasiswa sudah mendaftar.
Dari jumlah itu, vaksinasi bagi mahasiswa kemudian dimulai sejak Kamis (28/5). Patokan target peserta mencapai 500 orang perhari. Proses vaksinasi dibuka pada pukul 8 pagi hingga 11 siang. Dilanjutkan pada pukul setengah dua hingga setengah tiga siang.
Untuk melakukan vaksinasi, mula-mula peserta diarahkan ke meja pendaftaran. Di sana, petugas memerikan satu formulir screening. Isinya pun seputar kondisi kesehatan yang dimiliki peserta. Antara lain riwayat penyakit yang pernah diderita, seputar orang lanjut usia, dan lainnya. Setelah itu, peserta diberi kartu dan formulir persetujuan untuk vaksinasi.
Tak sampai di situ saja, peserta diminta menunggu giliran untuk lakukan pengecekan darah dan suhu tubuh. Jika lolos, barulah menunggu untuk disuntikkan vaksin. Namun, jika peserta dinyatakan tak lolos, maka tak bisa divaksin. Yang bersangkutan langsung diarahkan ke ruang pencatatan. Selanjutnya dilakukan pelaporan dengan status ditunda atau tidak divaksin.
Singkatnya, setelah disuntik, kartu vaksinasi diberikan kepada petugas di ruang pencatatan. Butuh sekitar 15 hingga 30 menit untuk melihat adakah efek samping dari suntikan tadi.
Raagung menambahkan, efek samping vaksin ada tiga jenis. Pada skala ringan biasanya nafsu makan bertambah, mengantuk, dan pegal pada area suntikan. Di tingkat menengah, gejalanya bisa pusing, demam, gatal-gatal, serta ruam merah. Sedangkan pada skala berat, bisa sampai rasa ingin pingsan hingga sesak.
“Kalau sesak jarang. Tapi mau tumbang, ada satu dua orang. Kebanyakan lapar, ngantuk,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan Iwantono selaku Ketua Satgas Siaga Bencana UNRI. Menurutnya, ada efek samping setelah divaksin merupakan reaksi yang wajar. RSP UNRI, kata Iwantono bahkan sudah melakukan vaksinasi kepada lebih dari 3 ribu orang. Nyatanya, tak ada efek samping serius yang muncul akibat vaksin.
“Jika terjadi reaksi yang tidak diinginkan atau efek samping, maka dapat berkonsultasi dengan dokter yang bersangkutan dan datang ke UGD RSP UNRI,” pungkasnya.
Lanjut Raagung, observasi dilakukan agar peserta yang mengalami efek samping berat, bisa langsung dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) guna mendapatkan perawatan. “Bagi peserta tidak mengalami gejala apapun dan sudah mendapatkan kartu tanda vaksin, maka peserta bisa pulang.”
Lebih jauh, kata Iwantono yang juga Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ini menyebut, vaksinasi diutamakan bagi mahasiswa yang akan melakukan Kuliah Kerja Nyata. Hal ini karena mahasiswa akan terjun ke masyarakat dan harus dilindungi.
“Diharapkan mahasiswa tersebut akan menjadi agen Covid-19 yang akan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan protokol kesehatan dan pentingnya vaksinasi bagi masyarakat,” ucapnya.
Vaksinasi juga diprioritaskan kepada mahasiswa aktivis pun mahasiswa pengurus kelembagaan. Baik di tingkat universitas, fakultas, maupun program studi. Selain itu diperuntukkan pula bagi mahasiswa yang berdomisili di Pekanbaru.
Masih kata Iwantono, selain upaya melindungi mahasiswa dari Covid-19, vaksinasi bertujuan meningkatkan persentase rating vaksinasi di Riau yang tergolong rendah.
“Saat ini persentase bagi warga usia 60 masih sangat rendah di Indonesia, termasuk di Riau. Sehingga diutamakan untuk masyarakat yang berusia 60 tahun ke atas,” tegasnya.
Ia juga sampaikan, sekitar 70 hingga 75 persen Dosen dan Tenaga Pendidik UNRI sudah mengikuti vaksinasi. Angka ini telah mencapai minimal target, yaitu 70 persen. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan membuka peluang bagi Perguruan Tinggi untuk melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar tatap muka terbatas. Syaratnya, program vaksinasi sudah selesai di daerah tempat program berasal.
Selain mahasiswa UNRI, ada beberapa instansi swasta yang dapat melakukan vaksinasi di RSP UNRI. Mulai dari PT. Telkom, Otoritas Jasa Keuangan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, PT. Grab, dan lainnya. Selain itu, masyarakat umum juga dapat melakukan vaksinasi di UNRI. Caranya dengan datang langsung, lengkap membawa identitas diri. Bisa pula dengan melapor dahulu ke dinas kesehatan. Lalu, juga membawa surat permohonan untuk dilanjutkan teknis pelaksanaannya ke RSP UNRI.
Raagung mengimbau agar mahasiswa yang akan divaksinasi menjaga tubuh agar tetap baik. Perbanyak minum air putih, tidak tidur terlalu larut, dan makan terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan agar kondisi tubuh tetap sehat saat disuntikkan vaksin. Apalagi, kondisi di lapangan dalam keadaan cukup panas.
Surya Hajar Fitria Dana Direktur RSP menegaskan, apabila calon penerima vaksin dalam keadaan demam atau memiliki penyakit bawaan seperti asma, hipertensi dan lainnya, maka tak dapat divaksinasi. Sebaliknya, vaksinasi dapat dilakukan jika dalam kondisinya terkendali.
“Intinya mahasiswa harus dalam keadaan yang fit saat melakukan vaksinasi,” tutur Surya.
Peserta yang sudah mendapatkan vaksinasi pertama, akan diminta datang kembali selang 28 hari untuk dilakukan vaksinasi kedua.
Reporter: Salsabila Diana Putri dan Aisyah Khairunnisa
Editor: Firlia Nouratama