Bikin Nobar The EndGame KPK, Presma UNRI Diserang

Tiga pesanan makanan atas nama Nofrian Fadil Akbar datang silih berganti. Lewat aplikasi ojek online, pesanan diantar ke alamat teman sejawat Akbar pada Selasa lalu (15/6). Harga makanan yang dipesan pun berkisar Rp200 ribuan.

Akbar bercerita kepada Bahana, temannya yang saat itu di indekos dibuat kebingungan. Segera ia mengonfirmasi kedatangan makanan itu ke Akbar. Anehnya, Akbar justru mengaku tak pernah memesan makanan apapun, lewat aplikasi manapun. Baik Gojek maupun Grab.

“Saya tidak ada memesan makanan menggunakan akun saya. Mungkin itu hanya pesanan yang mengatasnamakan saya, menggunakan nomor hp saya dan alamat yang pernah saya gunakan untuk mesan Gojek,” jelas Akbar dua hari setelah kejadian itu menimpanya.

Mulanya, akun Gojek dan Grab milik akbar tiba-tiba ke luar dari aplikasi di ponsel pintarnya. Teman Akbar pun buru-buru menyelidiki kejanggalan itu. Alhasil, diketahui bahwa pesanan tersebut tidak dipesan lewat akun milik Akbar. Fakta ini didapat setelah bertanya langsung ke Customer Service (CS), Kantor Gojek di Pekanbaru, tepatnya di Jalan Sudirman.

“Akun Gojek saya tiba-tiba ter-logout sendiri. Setelah teman saya konfirmasi ke cs Gojeknya, pesanan tersebut bukan dari akun saya,” tambah Akbar.

Tak sampai di situ saja, pesanan fiktif juga menyasar kediaman orang tua Akbar. Dengan sigap, mereka menjawab bahwa anaknya sama sekali tak memesan makanan untuk diantar ke rumah.

“Saya juga berpesan ke orang tua, jika ada yang mengatasnamakan saya, itu bukan saya,” ujar mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau (UNRI) semester 10 ini.

Hampir satu tahun sudah, Akbar menjadi Presiden Mahasiswa UNRI. Tak hanya itu, baru-baru ini ia juga terpilih sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI).

Bertarikh 13 Juni lalu, ia menginisiasi nonton bareng Film The EndGame Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama BEM UNRI. Selain anggota BEM UNRI, beberapa mahasiswa turut hadir menyaksikan film yang menggambarkan kondisi Lembaga antirasuah itu pasca dilakukannya Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).

Akbar menyebut, acara sejatinya berjalan lancar dari awal hingga akhir. Masalah justru muncul dua hari setelahnya. “Banyak kejanggalan yang didapatkan setelah aksi media itu. Salah satunya tragedi pemesanan fiktif ini,” akunya.

Apabila dihitung totalnya, kerugian akibat pesanan fiktif tersebut mencapai 1 hingga 2 juta. Nasib mujur masih berpihak ke Akbar. Ia tak harus membayar biaya makanan tersebut, melainkan pihak Gojek dan Grab yang akan mengganti biayanya.

Bak lepas dari mulut harimau, masuk ke dalam mulut buaya. Masalah baru lagi-lagi mencuat. Usai berurusan dengan pesanan fiktif, akun WhatsApp atau WA milik Akbar diretas.

Tepat pukul 20.32 malam—setelah aksi media rampung—ia mendapat notifikasi dari Telegram. Isinya, terdeteksi ada permintaan masuk ke akun Akbar oleh perangkat android lain. Perangkat bertipe Xiaomi M 20 03 J15SC. Usaha peretasan ternyata tak hanya sekali. Satu jam sebelumnya, peretasan terjadi dua kali, pukul 19.05 dan 19.09.

Akbar melanjutkan, nomor WA yang ia gunakan tak terdaftar lagi. Tak hilang arah, ia coba upaya verifikasi. Sungguh malang, kode verifikasi tersebut tak bisa masuk ke nomornya.

“Nomor saya dicek gak aktif, kode verifikasi juga tidak masuk ke nomor saya,” tandasnya.

Selain Akbar, peretasan juga menimpa adik dan temannya yang merupakan Koordinator Acara nonton bareng. Ia menyebut, ada juga serangan buzzer ke laman Instagram pribadinya.

“Banyak juga buzzer-buzzer yang ngatain di Instagram dan Telegram,” lanjut Akbar bercerita.

Akbar menyebut, ia telah mengupayakan beberapa langkah untuk antisipasi permasalahan ini. Salah satunya dengan meminta bantuan kepada temannya yang ahli di bidang Ilmu Teknologi. Hal ini ia lakukan guna menjaga dan meningkatkan keamanannya.

Sebagai upaya awal, Akbar meminta agar dirinya dikeluarkan dari semua grup penting. Pun mengimbau agar semua orang tetap berhati-hati bila ada aktivitas yang mengatasnamakan dirinya. “Kalau ada yang ada yang menghubungi atas nama saya, itu bukan saya. Termasuk ke keluarga saya.”

Akbar menyimpulkan, serangkaian masalah yang ia alami pasti berkaitan dengan aksi media yang dibuat bersama rekan di BEM SI. Alasannya, seruan aksi media menjadi salah satu tindakan dalam mendukung 75 pegawai KPK yang dinonaktifkan pasca hasil TWK.

“Ini jelas berkaitan dengan gerakan media terkait pelemahan KPK yang kita adain dan motifnya mengarah ke sana,” tutup Akbar mengakhiri.

Reporter: Sakinah Aidah Fitri

Editor: Firlia Nouratama