9 Elemen Jurnalisme, Kunci Jadi Wartawan Profesional

Kenal Bahana memasuki hari kedua. Kira-kira pukul 11 siang, Aang Ananda Suherman berikan materi 9 Elemen Jurnalisme. Ia kini bekerja sebagai Staf Bisnis Indonesia—pernah menjabat Pemimpin Redaksi Bahana Mahasiswa (BM).

Kata Aang, wartawan yang profesional harus memegang prinsip 9 Elemen Jurnalisme. Antara lain, kewajiban jurnalis adalah pada kebenaran. Wartawan dituntut meliput berita dengan kebenaran fungsional. Bukanlah kebenaran menurut narasumber, ataupun menurut jurnalis. Lalu, loyalitas utama wartawan adalah kepada masyarakat.

Esensi jurnalisme sendiri adalah verifikasi. Verifikasi diperlukan atas setiap isu yang muncul. Kemudian, wartawan harus independen dalam bekerja. Artinya, wartawan dituntut menjaga objektivitas dan dibenarkan memihak kepada kebenaran fungsional tadi. Jurnalis juga sebagai pemantau kekuasaan, berperan mengawasi penguasa dan menjadi penyambung suara dari pihak yang tertindas.

Selanjutnya, jurnalisme sebagai forum publik. Jurnalis mesti sediakan ruang diskusi, terima kritik, dan saran. Lalu, harus memikat dan relevan. Berita yang diangkat oleh media haruslah menarik pembaca dan tepat waktu.

Selain itu, berita harus proposional dan komprehensif. Terakhir, jurnalis juga mendengarkan hati nurani. Tidak boleh ada campur tangan dari pihak luar.

Aang bilang, ada satu elemen tambahan. Yaitu hak dan kewajiban terhadap berita. Mengingat kemajuan zaman, jurnalis dituntut dapat memilah kebenaran berita yang berseliweran.

“Masuk pers mahasiswa bukan hanya menjadi wartawan, tetapi juga menjadi pengubah cara berpikir pembaca,” ucapnya pada Sabtu (23/10).

Masih Aang, ia lanjutkan materi penulisan gaya feature usai jeda makan siang. Feature merupakan suatu gaya penulisan yang bertutur, bukan berita langsung seperti straight news. Singkatnya, dalam feature, penulis bercerita namun dengan fakta. Aang menganalogikan, membaca tulisan feature sama seperti menonton sebuah film. “Kita harus melihat sampai akhir, agar dapat mengetahui inti dari ceritanya.”

Alumni BM ini sampaikan, feature adalah teknik penulisan yang panjang dan mendalam. Pembaca harus membaca berita hingga tuntas agar mendapat informasi yang dibutuhkan. Berbeda dengan straight news, pembaca sudah bisa menangkap inti berita bahkan pada paragraf awal.

Terakhir, Aang berikan tips menguasai tulisan feature. Mulai dari perbanyak membaca, berani wawancara, dan mengajarkannya kepada orang lain.

“Orang akan lebih cepat paham terhadap suatu ilmu jika ia mengajarkan ilmunya kepada orang lain,” pesan Aang.

Berita tak melulu sekadar memuat tulisan belaka. Ilustrasi juga merupakan elemen penting dalam berita, sebab menggambarkan wajah suatu media. Hal ini disampaikan Eko Faizin, Redaktur Suara.com. Ia ampu materi ilustrasi dan perwajahan dalam produk jurnalistik.

Menurut Eko, ada dua cara dalam standar penempatan foto. Pertama, foto yang diikuti judul dan narasi berita. Informasinya pun harus berkaitan. Kedua, bagian bawah foto diikuti judul. Kemudian dinarasikan dan diikuti kembali oleh foto. Singkatnya, foto tidak ditempatkan sejajar dengan narasi. “Agar menarik perhatian pembaca,” begitu kata Eko.

Lanjutnya, penggunaan jenis dan ukuran huruf dalam ilustrasi juga harus diperhatikan. Poin ini menjadi peluang terbacanya berita. Pun menjadi penting, karena menyangkut kenyamanan mata pembaca. Terlebih jika narasi berita panjang, tak jarang mata cepat lelah.

Penulis: Denisa Nur Aulia, Novita Andrian

Editor: Febrina Wulandari