Hampir empat tahun lamanya Iwantono duduk di kursi Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Riau (UNRI). Ia sadar ada banyak hal yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan di kampus. Berangkat dari sana, pria kelahiran Cirebon tersebut mantap daftar jadi calon orang nomor satu kampus biru langit. 

Iwantono mengaku karirnya di pucuk pimpinan UNRI tinggal selangkah lagi. Jejak karirnya sebagai ketua jurusan, wakil dekan, dan wakil rektor adalah salah satu bekal. 

“Enggak ada yang salah saya maju, kan? Bahkan, ini kewajiban saya sebagai alumni UNRI,” katanya dalam wawancara. 

Tahun ini, Iwantono berusia 53 tahun. Artinya, syarat usia untuk mendaftar sebagai calon rektor sudah terpenuhi. Calon rektor harus berusia maksimal 60 tahun saat dilantik.

Bila terpilih, Iwantono berjanji hendak benahi sistem restorasi di UNRI. Ia ungkapkan bahwa kampus merupakan paguyuban orang-orang cerdas dan punya prinsip. Semoga, katanya, rektor terpilih adalah representasi  dari insan intelektual. 

Kemudian, ia ingin merangkul seluruh komponen untuk memajukan UNRI. Menurutnya, kampus dengan 10 fakultas ini punya peluang besar untuk melejit. Jika punya ruang untuk duduk di kursi rektor, ia yakin bisa bawa kampus dengan jargon Jantung Hati Masyarakat Riau itu meraih keberhasilan.

Meski mengakui ada hal yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan di UNRI, namun Iwantono enggan utarakan penilaiannya terhadap kinerja Aras Mulyadi—Rektor UNRI sekarang. Sebelumnya, ia menyebut kepemimpinan Aras selama dua periode cukup bagus. Ia menyorot akuntabilitas keuangan yang mendapat predikat ‘Wajar Tanpa Pengecualian’ selama empat kali berturut-turut. Pernyataannya itu termuat dalam Majalah Bahana dengan tajuk Merisik Calon Rektor yang terbit awal tahun lalu

No komen. Saya wakil rektor, masa menilai rektor,” ia berkelit. 

Dosen Fisika ini mengaku optimis menang. Walau begitu, ia kurang percaya diri bila ditanyakan persentase keyakinan untuk menangguk suara dari senat. Singkat Iwantono, sulit jika harus diukur secara kuantitatif. “Saya orang sains, itu perlu dihitung juga,” tambahnya. 

Mantan Ketua Panitia Pemilihan Rektor periode lalu itu yakin, ada cukup besar peluang untuk mendapatkan banyak suara.

“Insya Allah.”

Sejak awal, sebenarnya nama Iwantono sudah digadang-gadang akan maju. Namun, niatnya belum bulat saat itu. Ia masih di ambang keraguan, sebab sudah merasa cukup dengan jabatan sebagai wakil rektor. Namun, 27 Mei lalu ia putuskan mendatangi sekretariat panitia dan mengantarkan berkas pendaftaran. Ia didampingi Syamsudhuha, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Syamsudhuha merupakan anggota senat UNRI.

Hari senin (27/6) tepat sebulan setelah Iwantono mendaftar, ia dan bakal calon lain sampaikan visi, misi dan program kerja sebagai bakal calon rektor UNRI. Aula Siak Sri Indrapura Gedung Rektorat jadi saksi bisunya.

Secara rinci, Iwantono jelaskan 3 tiga hal utama yang mesti dikembangkan. Akademik, tata kelola kesejahteraan, dan internasionalisasi menjadi core bisnis. 

Sementara visinya, Membangun Reputasi dan Ekosistem Unggul UNRI yang Berdaya Saing di Kawasan Asia Tenggara melalui Transformasi, Inovasi, dan Kolaborasi dengan Semangat Kebangsaan. Ia fokus dengan 7 kata kunci. Kreativitas, integritas, transformasi, amanah, konektivitas, unggul, dan adaptasi.

Hari itu, Iwantono kantongi 14 suara dari senat. Ia kalah dari Sri Indarti yang dapat 24 suara. Sedangkan Deni Efizon hanya selisih 3 suara di bawah Iwantono. Ketiga sosok itulah yang akan berlaga dalam puncak pesta pilrek.

Harapan Iwantono, rektor baru akan berikan tambahan kekuatan untuk kampus. 

“Kita sama-sama bergerak dengan kampus lain. Tapi, mereka sudah  80 km/jam, kita masih 70 km/jam.  Maka sebagai driver, tentu harus meningkatkan kecepatannya agar tidak tertinggal dari kampus lain. Maka, diperlukan driver yang lihai, mengetahui medan dan mesin kendaraan,” katanya kepada Bahana.

Sejak awal, ia sudah siap dalam dua keadaan. “Jadi pemenang atau belum jadi pemenang.”

Penulis: Novita Andrian

Editor: Andi Yulia Rahma