Pagi hari terlihat kepulan asap dari rumah ketua pemuda Desa Teluk Paman Timur. Emak-emak berdaster hilir-mudik di sekitarnya. Kayu bakar tertata, wajan-wajan telah terpasang di tungkunya. Tak lupa dengan bahan pangan dalam jumlah yang banyak. Masyarakat desa tengah persiapan masak besar. Menjemput 1 Muharram 1445 Hijriyah.
Bagi warga Desa Teluk Paman Timur, tahun baru Islam adalah momentum yang dinanti-nanti. Masyarakat akan saling membahu siapkan sajian. Tumi lompok ayam kampung jadi menu jamuan Muharram hari itu.
Dalam Bahasa Occu, Tumi berarti tumis dan Lompok berarti tutup. Jadi, nama sajian tersebut bisa diartikan sebagai tumisan ayam kampung yang ditutup. Ayam kampung itulah yang jadi bahan utama dari hidangan ini.
Suarni, salah satu warga yang ikut dalam persiapan masak besar tersebut katakan ayam potong biasa bisa jadi pilihan. Namun tak selezat ayam kampung.
“Bisa. Bisa ayam potong, tapi gak seenak ayam kampung. Kalau jadi menu di pesta besar gak sanggup kita do,” jelasnya.
Sayangnya, sajian menu tersebut hanya lestari di Kampar Kiri saja. Tidak sepopuler kuliner asli Kampar lainnya.
Mia Filana, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, yang tengah ikuti Kuliah Kerja Nyata atau Kukerta pun beri komentar. Ungkapnya tidak ada literatur yang memaparkan asal muasal sajian Tumi Lompok Ayam Kampung ini.
Pernyataan Mia bukanlah informasi sepihak saja, ia mengaku mendapatkan informasi dari warga sekitar. Ia pun telah mengenal sajian itu sejak kecil dari Desa Batu Sasak, tempatnya tinggalnya.
“Aku udah tau sejak kecil,” ujarnya.
Hal ini membuktikan bahwa panganan tersebut merupakan medium dari masyarakat untuk menyatakan identitas dirinya.
Sajian wajib di 1 Muharram ini dihadirkan dengan berbagai versi. Di Desa Teluk Paman Timur, pelengkap wajibnya ialah daun pucuk ubi. Sementara Tumi Lompok Ayam Kampung di Desa Batu Sasak, haruslah dibarengi rebung nangka, kentang, atau jengkol.
Perbedaan yang signifikan hadir karena kondisi geografis dan preferensi suatu kelompok masyarakat. Namun bumbu dasar yang digunakan di panganan ini tetaplah sama.
Pembuatannya pun tidak memakan waktu lama. Mulanya ayam dipotong kecil-kecil, tambahkan bawang putih, cabe rawit, dan jahe. Dihaluskan kemudian ditumis. Selepas itu ditambahkan pelengkap daun jeruk, daun salam, serta sereh yang digeprek.
Cita rasa tumi lompok ayam kampung tak lepas dari gaya masakan Indonesia. Gurih dan kaya akan bumbu. Daun pucuk ubi pun begitu menyatu dengan panganan ini.
Semakin nikmat apabila disajikan dengan nasi putih hangat. Sesuai namanya, panganan ini berupa tumisan. Namun jika ditelaah, tumi lompok ayam kampung bisa jadi representasi lain panganan Melayu yang selalu identik dengan kuah dan santan.
Penulis: Dinda Rizky Fantri Pasaribu
Editor: Fitri Pilami