“Kesuksesan bukan milik mereka yang berdiam dalam mimpinya, tapi mereka yang bangun dan berusaha mewujudkannya,” tegas Nurfi Hikma. Ia salah satu finalis Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Nasional.

Menurutnya, untuk bisa berprestasi ada beberapa tips dan trik. Mulai dari niat dan komitmen, fokus pada apa yang diinginkan, memiliki personal branding, serta berdoa.

Nurfi adalah mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) semester tujuh. Sebelumnya, Nurfi menjadi Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Riau atau Mawapres UNRI. Tahun sebelumnya ia sudah pernah mengikuti seleksi, namun gagal.

“Tahun sebelumnya saya gagal saat seleksi tingkat universitas.”

Seleksi Pilmapres Nasional berlangsung secara online mulai 10 sampai 13 September. Sistem pemilihannya pun berbeda dari tahun sebelumnya. Untuk lanjut ke tingkat nasional, ada seleksi perwilayah. Riau menjadi wilayah 10. Bersama salah satu mahasiswa Universitas Andalas dan perwakilan wilayah, Nurfi bersaing di kancah nasional.

Perjalanan prestasi Nurfi dimulai dari seleksi Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan prestasi lain di tingkat jurusan. Ada empat aspek yang menjadi penilaian di tingkat fakultas yaitu KTI, prestasi, Indeks Prestasi Kumulatif, dan bahasa. Terakhir, ia berhasil menjadi Mapres Utama mengalahkan 10 peserta lain dengan aspek penilaian yaitu perlakuan, perlombaan dan prestasi.

Nurfi dibimbing dan dilatih oleh Ari Sulistyo—salah satu dosen fisika FMIPA. Ari memberi pengarahan dalam mengumpulkan berkas yang dilakukan secara online.

Seleksi di tengah wabah covid-19 tidak menyurutkan semangatnya, meskipun portal Computer Based Test atau CBT yang digunakan saat seleksi sempat mengalami server maintenance atau sistem eror. Hal ini terjadi karena portal diakses bersamaan oleh seluruh mapres terpilih, baik Universitas negeri maupun Swasta.

Karenanya, Nurfi hanya menjawab 17 dari total 40 soal ujian wawasan, dengan waktu 30 menit. Portal kembali pulih saat ujian bahasa asing, sehingga ia bisa mengerjakan semua soal.

“Kemungkinan kejadian ini juga dialami oleh finalis mapres lainnya, sebuah keberuntungan bisa menang dan sistemnya adil,” tambahnya.

Berlanjut ke seleksi tingkat nasional, ada tiga tahap yang dilalui. Tahap pertama, penilaian CBT dan wawasan kebangsaan. Sebanyak 700-an Mapres se-Indonesia yang lolos ke nasional disaring menjadi 417 mapres sarjana.

Tahap kedua, ada 174 orang yang lolos dengan aspek penilaian KTI dan gagasan kreatif. Di tahap akhir, didapat 21 mapres sarjana terbaik dan 20 orang mapres diploma terbaik dengan empat aspek penilaian. Di antaranya presentasi gagasan kreatif, presentasi karya unggulan, bahasa inggris dan diskusi kelompok.

Alumni MAN Teluk Kuantan ini mengakui, yang membantunya dalam proses pemilihan Mapres adalah hobinya menulis Essay. Ia mulai menekuni hobi ini sejak masuk ke bangku perkuliahan. “Karena pada tahap final dibutuhkan gagasan kreatif yang terbentuk dari kemampuan menulis.”

Tak hanya itu, banyak raihan yang pernah ia capai. Di antaranya juara II Essay se-Riau yang digelar UIN SUSKA Riau 2018, juara III Essay Nasional MIPA EXPO UNRI 2019, dan Pemenang Kompetisi Essay Nasional Hml FEB UNRI 2019.

“Kita harus semangat. Jika punya mimpi, harus berani mewujudkannya. Sebagai mapres tidak hanya menonjolkan prestasi, tetapi juga kontribusi bagi mahasiswa pada umumnya,” tutup Nurfi.

Penulis : Febrina Wulandari

Editor   : Firlia Nouratama