Berganti-ganti identitas demi mengirim bukti plagiat karya tulis. Mulai dari nama, status dan alamat. Dari Pekanbaru hingga Jakarta, kru Bahana mencarinya.

Oleh Eko Permadi

ADA TIGA SURAT yang berhasil saya himpun dengan isi  hampir sama kurun 2017. Pertama kali dengan tujuan Meylina Astri pada awal Februari. Sebulan kemudian ke Kantor Redaksi Bahana. Terakhir ke Dosen Pembimbing ketiga penulis sekitar September. Semuanya dengan identitas berbeda.

Satu lembar surat yang berisi tujuan Meylina Astri, Reza Taofik dan Tengku Andyka tertanggal Pekanbaru, 10 Februari 2017. Identitas pengirim terbatas hanya ada alamat, nama Siti Maryam Rambe dan potongan kata ‘saya mahasiswi yang ketika…’.

Isi suratnya saat menyusun proposal untuk PKM 2016 menemukan kemiripan antara karya tulis Syafri Harto dengan milik ketiga penulis. Ia meyakini Syafri Harto menjiplak hampir semua tulisan. “Silahkan kakak buka google dan memasukkan judul…”

Di akhir paragraf, pengirim berharap ketiga penulis mau mengungkapkan kebenaran untuk meningkatkan kapasitas dosen yang bermartabat dan semakin baik.

Setiap kali mengirim surat, ia menyertakan dua buah karya tulis sebagai bukti plagiat. Kecuali kepada Bahana, hanya karya penulis mahasiswa UNJ dan selembar surat. Petunjuk lain tertera di amplop coklat yang biasa dipakai untuk mengirim surat.

Di atas kiri amplop, Siti Maryam Rambe menyertakan alamat Jl. Rawasari IX no.10 Jakarta Pusat. Di kanan bawah, tujuan surat : Kepada yth kak Meylina Astri, Reza Taufik dan Tengku Andyka. Alamat rumah saat Astri masih kuliah : Jl. Impor I/D7, Rt 09/RW 010, Kel.Pegangsaan II, Kec. Kelapa Gading, Jakarta Utara. Tak hanya itu, ia juga menyematkan nomor Astri yang lama sesuai dengan di karya tulis 085692290991.

Saya mencoba mencari tahu alamat pengirim.

Jalan Rawasari Barat IX  berada di kelurahan Cempaka Putih Timur, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Timur. Daerah ini berada dalam RT10 RW1. Saya berjalan dari Jl. Rawasari Barat I. Jalan ini tidak terlalu luas untuk dua jalur mobil. Deretan rumah warga terbuat dari papan. Kecil-kecil dan berdempet. Mulai angka belasan. Tidak ada nomor 10 seperti alamat pengirim Siti Maryam Rambe. Paling kecil nomor 12.

Belok ke kiri, sebuah rumah makan Padang no.10. Jelang siang, masih tutup. Saya memanggil pemilik rumah namun tidak ada yang menyahut. Penjual warung kecil sebelah kiri rumah makan mengatakan rumah tersebut tidak lagi masuk Jalan Rawasari Barat IX. Ia menunjuk pos ronda di seberang jalan. “Coba tanya sama mereka.”

Enam orang duduk di pos ronda yang terbuat dari bambu. Atapnya masih dari daun kelapa sawit. Pohon rindang melindungi pos dari terpaan sinar matahari siang. Penjelasannya juga sama. Jalan Rawasari Barat IX lurus terus. Bukannya belok kiri. “Rawasari IX lurus terus. Mentok di SMP,” kata pemuda berbaju biru. Mereka juga tidak tahu nomor rumah 10 termasuk nama Siti Maryam Rambe.

Panjang jalan Rawasari Barat IX sekitar 400 meter. Setengah perjalanan, bentuk rumah sudah terbuat dari beton. Bertingkat. Hampir setiap rumah memiliki pagar besi. Nomor rumah pun berubah hingga ratusan. Indra, ketua RT setempat mengarahkan ke perumahan yang sempit. “Deretan rumah yang ada tanah kosong,” kata Indra yang sedang duduk di teras rumah. Badannya kekar. Berbagai jenis alat gym memenuhi teras rumah. Ia tidak tahu warga bernama Siti Maryam Rambe.

Namun, sesuai petunjuk ketua RT tadi dibantah oleh dua ibu-ibu yang berbincang di beranda rumah. “Ini Rawasari 10. Beda,” katanya.

Kawasan ini pun memiliki Ruang Publik Terbuka Ramah Anak atau RPTRA Beringin. Anak-anak berbaju putih merah bermain seluncuran dan ayunan sambil diawasi orang tua. Jalan ini berakhir di Jalan Rawasari Timur. Seberang jalan ada SMP Negeri 47. Pencarian Siti Maryam Rambe tak berbuah hasil.

MAP COKLAT berisi kiriman Siti Maryam Rambe juga menuju Kantor Redaksi Bahana. Saya pertama kali menemukan di bawah pintu, sore hari usai pulang dari kampus UNRI Panam, Selasa, 11 April tahun lalu.

Siti Maryam Rambe dalam isi surat mengatakan sebagai mahasiswi UNJ. Tertanggal Jakarta, 27 Maret 2017. Isinya hampir sama dengan yang ditujukan pada Meylina Astri. Paragraf terakhir, ia berharap Bahana Mahasiswa mampu sebagai alat kontrol peraturan. Tembusan surat ke Menristekdikti dan Polda Riau.

Melalui petunjuk ini, saya mencari tahu Siti Maryam Rambe ke kampus UNJ. Awal Januari lalu terbang dari Pekanbaru menuju Jakarta.

Pertama, saya mengunjungi Fakultas Ekonomi. Lantaran, Siti mengaku dalam surat—‘senior saya dan alumni UNJ’—menjelaskan hubungannya ketiga penulis. Widoyo, Kasubbag Akademik menerima saya di ruangan pelayanan akademis dan kemahasiswaan. “Kami tidak mengurusi hal ini,” katanya.

Saya meminta mencari nama Siti Maryam Rambe di data mahasiswa. Fery staff akademik mengetik namanya di komputer. Beberapa detik hasilnya keluar. Tidak ada nama Siti Maryam Rambe di database UNJ.

Tak puas dengan hasil tersebut saya kemudian mencari di bagian akademik universitas.

Gedung biro akademik berada di sebelah Rektorat UNJ. Di bagi loket tiap fakultas untuk urusan administrasi. Misalnya mengurus KTM hilang, transkrip, izin penelitian dan lain-lain.

Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan dan Humas UNJ, Woro Suswoyo sedang rapat saat saya mendatangi ruangannya. Masih satu ruangan dengan pegawai yang lain. Sembari menunggu,  setelah perkenalan saya meminta bantuan Bayu, staff akademik mencari nama Siti Maryam Rambe.

Ia mengetik Siti Maryam Rambe di aplikasi data mahasiswa. Dengan perintah pencarian Mysql—biasa untuk pemograman database. Hasilnya tidak ada. Bayu menjelaskan sistem ini menampung seluruh data mahasiswa UNJ. Selain mahasiswa aktif juga yang telah lulus.

Saya meminta menukar kata kunci. Kali ini dengan nama ‘Siti Maryam’ saja.

Data yang muncul ada tiga mahasiswa dengan nama Siti Maryam. Pertama jurusan Pendidikan Luar Biasa angkatan 2017. Dalam isi surat, Siti Maryam Rambe mengatakan mengurus proposal PKM pada 2016. Kedua, Pendidikan Bahasa Perancis angkatan 2011. Menurut data PDDikti masih aktif kuliah. Ketiga dengan nama Siti Maryam jurusan Tata Niaga angkatan 2012. Sama dengan jurusan ketiga penulis. Namun, data yang tertera ia telah wisuda 6 September 2016.

Berdasarkan Pangkalan Data Dikti dari laman forlap.dikti.go.id, pencarian nama Siti Maryam Rambe nihil. Tetapi dengan nama Siti Maryam saja ada 21 data yang keluar. Misalnya Ade Siti Maryam, Elni Siti Maryam, Siti Maryam Solihat, Siti Maryam Rahmani, Siti Maryam Jamilah. Kebanyakan sudah lulus kuliah.

Woro meminta saya melengkapi keterangan data yang akan dicari. Seperti Nomor Register, jurusan dan lain-lain yang lebih rinci agar dapat memproses permintaan saya. Saya menjelaskan data yang ada hanya mahasiswi UNJ dan hanya meminta bantuan mencari nama tersebut.

“Tolong dilengkapi datanya,” kata Woro dengan nada meninggi.

“Kami hanya punya surat ini bu,”

“Kalau memang ada datanya belum tentu itu orangnya,”

“Tugas saya lagi mencari orang tersebut bu.”

Penjelasannya tidak berbuah hasil. Data mahasiswi UNJ bernama Siti Maryam Rambe tidak ada. Pencarian pengirim surat pun berakhir dengan identitas : saya mahasiswi UNJJakarta yang ketika menyusun proposal untuk kegiatan PKM 2016.

Petunjuk baru yaitu kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa. Saya menemui Hana. Ia Staff Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni,  Pusat Layanan Pengembangan Kemahasiswaan. Hana berkantor di lantai dasar gedung Rektorat UNJ. Ruangannya berada diantara Humas UNJ dan WR III.

Hana memiliki data Program Kreativitas Mahasiswa. Mahasiswa yang hendak mengikuti PKM datanya diunggah ke Sistem Informasi Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dikti. Data yang tersedia sejak tahun 2016. Sebab, sebelumnya data diunggah ke Simlitabmas. Sekarang website ini tidak bisa diakses untuk mencari nama mahasiswa. Hanya dosen saja setelah dipindah ke Simbelmawa.

“Saya ga pernah denger nama Siti Maryam Rambe,” kata Hana.

Hana mencari Siti Maryam Rambe di Daftar Usulan PKM. Pencariannya berdasarkan nama, angkatan dan bidang PKM. Ia mencoba satu-satu. Misalnya Siti Maryam, angkatan 2015 dengan bidang PKM P. Tidak ada. Begitu seterusnya.Tetapi tidak ada keluar nama Siti Maryam Rambe.

Hanya ada usulan dari nama Siti Maryam jurusan pendidikan Sejarah. Ia angkatan 2011. Selain itu tidak ada nama yang mirip dengan Siti Maryam.

“Kemungkinan dia sudah lulus,” lanjutnya. “Lebih lengkap di BAAK.”

Surat dengan tujuan tim penulis mahasiswa UNJ diterima oleh Meylina Astri.
Surat dengan tujuan tim penulis mahasiswa UNJ diterima oleh Meylina Astri.
Surat dengan tujuan dosen pembimbing mahasiswa UNJ saat karya tulis dibuat.
Surat dengan tujuan dosen pembimbing mahasiswa UNJ saat karya tulis dibuat.

 

Surat dengan tujuan Kantor Redaksi Bahana Mahasiswa, Maret 2017
Surat dengan tujuan Kantor Redaksi Bahana Mahasiswa, Maret 2017
Henry Eryanto, Wakil Dekan III FE UNJ--saat karya tulis milik mahasiswa UNJ dibuat./Eko BM.
Henry Eryanto, Wakil Dekan III FE UNJ–saat karya tulis milik mahasiswa UNJ dibuat./Eko BM.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HENRY ERYANTO bandingkan surat yang diterimanya dengan yang saya bawa. Henri adalah Wakil Dekan III saat tim penulis ikut lomba KKTM.  “Kalau disini kan mengaku Rahmawaty Rambah. Kalau surat ke Bahana kan Siti Maryam Rambe. Ini mana yang betul loh.”

Surat yang ditujukan ke Dosen Pembimbing ketiga penulis, Unggul Purwohedi tertanggal Pekanbaru, 13 September 2017. Ia mengaku sebagai mahasiswi FKIP Universitas Riau Pekanbaru.

Setelah pulang dari Jakarta, saya meminta bantuan kru Bahana, Wilingga menelusurinya di UNRI. Pencarian dimulai dari  dekanat FKIP. Wilingga mendatangi ruang bagian akademis. Seorang staff sedang duduk didepan layar komputer sambil menyilangkan kakinya. Usai berkenalan dan menyampaikan tujuan,  Ia masuk ke sistem portal UNRI. Mulai mengetik nama di keyboard komputer. Kata kunci pertama ‘Rambah’  tidak ada hasil ditemukan.

Kemudian, Wilingga memintanya untuk mencari dengan nama lengkap ‘Rahmawaty Rambah’. Tetap saja, layar komputer menyebut hasil tidak ditemukan. Ia tak banyak bicara, mencoba kata kunci lain ‘Rahmawaty’, banyak yang muncul. Namun tidak ada yang menyebutkan Rambah.

“Tidak ada yang bernama Rahmawaty Rambah di fakultas ini,” katanya mencoba meyakinkan. Pencarian di FKIP UNRI tidak membuahkan hasil.

Petunjuk lain yaitu Meylina Astri mencari nama Siti Maryam Rambe di mesin pencarian google usai menerima surat kiriman. Ia menemukan sebuah tulisan profil Syafri Harto di sebuah blog. “Jadi di bawahnya itu nama Siti Maryam tapi ga pakai Rambe,” terangnya.

Saya mencari kembali tulisan itu. Blog tersebut milik Tabloid Tekad Ilmu Komunikasi FISIP UNRI. Siti Maryam menulis tentang profil Syafri Harto. Mulai dari identitas, keluarga, pendidikan dan jabatan. Siti Maryam pernah menjabat Pemimpin Perusahaan dan telah wisuda Februari 2018 lalu.

Wilingga mencari nomor telepon dan alamat Siti Maryam melalui teman-teman dekatnya. Wilingga menghubungi Siti Maryam, memulai percakapan mengenai kasus dugaan plagiat. Ia merespon sibuk kerja.

Kemudian, permintaan wawancara kedua pada malam hari agar tak mengganggu jam kerjanya. Ia tetap menolak. Ia katakan tidak punya waktu untuk wawancara. Esok harinya, saya kirim pesan singkat via Whatsapp lengkap dengan link berita Bahana pertama kali. Ia tetap menolak. Dalam balasan pesan singkat itu, ia sampaikan pembahasan tersebut terlalu berat dan menolak untuk diajak bertemu lagi.#Wilingga

***

Dua Narasumber Penting Tak Terkonfirmasi

Rektor Aras Mulyadi dan Syafri Harto tidak dapat dimintai keterangan dalam laporan utama ini.

Sejak bulan April hingga Mei, Rektor Aras Mulyadi tidak ada waktu untuk wawancara sebab punya agenda yang padat. Mulai dari Sidang Pleno ke-14 Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada 18 hingga 20 April kemudian Kontes Robot Indonesia Regional I Sumatera. UNRI menjadi tuan rumah dari tanggal 26 hingga 28 April. Begitu juga ketika memasuki bulan Mei, Rektor memimpin Sidang Senat Terbuka Wisuda UNRI periode kedua tahun ini.

Seperti misalnya saat kedatangan tamu dari Lembaga Pertahanan Nasional pada 11 April lalu, Rektor yang hari itu juga baru tiba dari Jakarta. Usai mengantarkan  pimpinan Lemhanas ke depan gedung rektorat ia menolak wawancara. “Besok lah ya baru mendarat,” katanya sambil masuk ruangan.

Esok hari sesuai janji, Habib—staff Rektor mengabari kalau Aras sudah berangkat lagi ke Jakarta. Meski begitu, usaha untuk verikasi yaitu belum ada surat masuk dari Kementerian ke Rektorat terkait hasil pemeriksaan tim. Rektor belum berkomentar apapun mengenai masalah ini.

Di kesempatan yang sama, Syafri Harto juga hadir pada lawatan Lemhanas ke UNRI. Sambil menuruni tangga, ia menolak wawancara. Syafri beralasan tidak ada waktu. “Itu waktu demo kemarin ada yang ungkit-ungkit,” katanya. “Masalahnya sudah selesai.”

Demo yang dimaksud adalah sepanjang bulan Maret dan April lalu tahun lalu, beberapa mahasiswa FISIP meminta Syafri Harto mundur dari Dekan FISIP. Isu utamanya tidak transparan dalam pengelolaan anggaran. Bisa disimak di website Bahanamahasiswa.co.

Kru Bahana, Eko dan Rizky mencoba menemui kembali di ruangannya, lantai dua Dekanat FISIP. Saat itu, Syafri bersama seseorang hendak pergi menaiki mobil.

“Kami butuh konfirmasi bapak agar tulisan berimbang,” kata Rizky.

“Nggak ada. Nggak ada. No comment!”

 “Kalau tulisan ini terbit bagaimana pak?”

“Iya biar aja apa kata orang.”

Baca laporan lainnya :

Rektor dan Kementerian Lakukan Pembiaran Plagiat di UNRI

Dugaan Plagiat Karya Tulis Sang Doktor Baru

Dua Karya Tulis : Sama di Bab Pendahuluan, Beda di Pembahasan

Mencari Siti Maryam Rambe Hingga ke Jakarta