Maraknya Kasus Pencurian Motor di Kampus UNRI

Saat itu jam sepuluh pagi, tepatnya Jumat 30 Agustus, Aca sudah sampai di kampus. Ia seperti biasa memarkirkan motornya di halaman parkir Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Entah kenapa hari itu, Aca lupa memasang kunci ganda di kendaraannya sebelum meninggalkan parkiran.

Aktivitas Aca di kampus selesai pukul enam sore. Ia berniat untuk pulang dan langsung menuju parkiran tempat ia meletakkan kendaraan roda dua nya.

Tapi, motor yang tadi terparkir tidak ada di tempatnya.

“Ini aku yang lupa parkir dimana atau aku lupa minjemin motor ke orang,” pikir Aca.

Kunci motor masih tersimpan di dalam tas Adinda Tasya Asova—begitu nama lengkap perempuan itu. Hanya saja wujud kendaraan Aca tidak tampak.

Aca menghubungi teman-temannya, meminta bantuan. Lalu mereka bersama-sama mencari satpam untuk melaporkan motornya yang hilang . Namun tidak ada satu pun satpam di FISIP saat itu.

Ditengah-tengah kebingungan, seorang lelaki menghampiri. Lelaki itu memarahi mereka. Ia katakan bahwa seharusnya Aca tahu kalau pukul enam sore security sudah tidak ada. “Kalau ada kegiatan, motornya dipindahin dan itu sudah bukan tanggung jawab kami,” sahut Aca menirukan.

Dengan perasaan cemas, mahasiswi Ilmu Komunikasi ini memberanikan diri menghubungi orang tuanya.

Tak lama kemudian, satpam datang. Satpam menanyakan kronologis kehilangan, lalu menyarankan untuk melaporkan kejadian ke polisi.

Sepuluh hari setelah kejadian hilangnya motor Aca, Rahmi Julia Hotmaria mengalami hal serupa. Tepatnya 9 September pukul lima sore, di parkiran belakang Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK).

Berbeda dengan Aca yang tidak memasang kunci ganda saat parkir, Rahmi bahkan mengunci ganda kendaraannya. Tapi, tetap saja motor mahasiswi Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan tersebut masih bisa raib.

Fakultas Perikanan dan Kelautan tidak memiliki satpam yang bertugas. “Satpam gak ada, kami gak ada satpam fakultas, pernah ada tapi udah berhenti,” sahut Rahmi.

Ia coba laporkan kejadian ini ke satpam di Gerbang UNRI  jalan Subrantas. Satpam meminta STNK Rahmi untuk di foto, lalu mencatat nama serta tempat hilang kendaraan di kertas. Terakhir, dihimbau untuk segera melapor ke pihak kepolisian.

Menurut Rahmi, kasus pencurian motor (curanmor) sering terjadi di FPK. Keamanannya pun dinilai kurang terlihat, dari mulai tidak ada security yang menetap untuk memantau parkiran hingga sekitaran parkiran yang tidak dilengkapi CCTV.

Rahmi harapkan keamanan di parkiran FPK lebih ditingkatkan lagi. Ia ingin segera ada satpam yang memantau area parkiran mereka.

Tidak hanya di FISIP dan FPK, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan juga kerap mengalami kehilangan motor. Sandika Lumban Batu, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Ia katakan saat itu Senin, 14 Oktober pukul sembilan malam. Sandika hendak pulang, setelah melakukan kegiatan di kampus. Sebelumnya Ia parkirkan motor di depan Unit kegiatan Mahasiswa Batra, tapi ketika mau diambil, motornya sudah raib.

“(Sebelum meninggalkan motor) keamanan motor sudah saya cek, stang sudah kekanan dan motor juga digembok. Padahal sehabis Isya masih ada,” tegasnya.

Sandika langsung laporkan hal ini ke pos satpam terdekat. “Saya isi biodata dan satpam sudah umumkan ke pos-pos yang lain.”

Sekitar jam satu malam ia laporkan pencurian motornya kepada pihak kepolisan.

Kehilangan yang dialami oleh Aca, Rahmi dan Sandika, juga dialami oleh beberapa orang lainnya di sekitaran kampus Universitas Riau.

Bahana membuat formulir elektronik untuk orang yang pernah mengalami kasus serupa di sekitaran kampus Bina Widya dalam rentang waktu Januari hingga September. Hasilnya ada 19 orang yang mengisi.

Sedangkan menurut data yang didapat dari satpam UNRI hanya enam laporan kehilangan motor di kampus dalam rentang waktu yang sama. Berbeda dengan hasil dari Polsek Tampan, ada sepuluh laporan masuk dengan rentang waktu dan lokasi yang sama pula.

Habib selaku Kasubbag Rumah Tangga akui kondisi keamanan di UNRI masih kurang, karena belum ada penambahan anggota. Bahkan di beberapa fakultas seperti FPK tidak memiliki satpam. Sudah tiga bulan sejak diberhentikan.

Walau pun demikian Habib apresiasi di tahun ini kasus curanmor sudah berkurang. “Kalau dulu bisa 10 motor hilang dalam kurun waktu sebulan. Sekarang dalam sebulan hanya berkisar 2 motor hilang dan biasanya hilangnya diluar pantauan kita,” lanjutnya.

Hingga saat ini pihak keamanan UNRI sudah lakukan kerja sama dengan polsek untuk pencegahan, yaitu memasang spanduk himbauan keamanan motor dan penggunaan kunci ganda.

Pihak keamanan juga sudah upayakan maksimal, seperti patroli keliling kampus. Masih banyak ditemui mahasiswa yang teledor masalah pengamanan motor. “Banyak dijumpai kunci tertinggal, ada juga kita jumpai parkir-parkir liar.”

Bagi Habib, tanggung jawab keamanan kampus hanya pada tahap pengamanan dan pencegahan, tidak sampai mengganti motor yang hilang. “Biasanya dari security minta biodata mahasiswa yang kehilangan motor dan mengarahkan mereka ke polsek.”

Di kepolisian, menurut Julishariadi  selaku Perwira Unit Reskrim Polsek Tampan akan dilakukan penyelidikan. Pelaku yang ditangkap akan ditahan selama dua bulan, sebelum mendapat penanganan lebih lanjut di kejaksaan.

Tahun ini, Ia akui masih satu orang yang berhasil tertangkap. “Barang bukti ada dan motornya ketemu.”

Julishariadi katakan bahwa grafik curanmor kawasan UNRI tahun ini menurun.

“Artinya semakin sedikit orang yang kehilangan motor dibanding tahun lalu. Meskipun tidak terlalu signifikan angka penurunannya.”

Selain itu, ia juga sampaikan, kesadaran masyarakat akan keamanan kendaraan dinilai kurang.

Muhammad Saleh, salah seorang satpam pun mengatakan hal yang sama, mahasiswa sering lalai, meninggalkan kunci di kendaraan. “Kami juga mengadakan himbauan kepada mahasiswa untuk mengecek kendaraan sebelum meninggalkan tempat parkir.”

Reporter: Malini

Penulis: Firlia Nouratama

Editor: Ambar Alyanada Numashurrayyadewi