Senat Fakultas Pertanian (FP) menetapkan Agus Sutikno sebagai Dekan FP terpilih periode 2021-2025. Hasil ini didapat setelah dua puluh anggota senat gelar pemungutan suara di Aula FP Universitas Riau, Rabu (31/3).
Arman Efendi Ketua Pemilihan Dekan (Pildek) katakan, hanya dua calon yang ikut merebutkan kursi jadi orang nomor satu di fakultas yang berdiri sejak tahun 1991 itu. Agus Sutikno dosen Agroteknologi dan Ahmad Rifa’i dosen Agribisnis. Agus menang setelah kumpulkan 14 suara. Sementara Ahmad hanya mampu menggaet 6 suara dari anggota senat
Tahapan Pildek FP sudah dimulai sejak 9 Maret lalu. Saat itu Panitia Pildek membuka pendaftaran bakal calon selama sembilan hari. Merujuk tata tertib Pildek FP periode 2021-2025, dosen yang akan mengajukan menjadi calon dekan mesti memenuhi 12 syarat. Misalnya dosen Lektor Kepala, pendidikan minimal S3 bergelar Doktor, pernah jadi ketua jurusan atau setingkat minimal dua tahun serta berusia maksimal 60 tahun terhitung 1 Juni 2021 mendatang.
Panitia mendapat enam nama yang lolos penjaringan. Namun saat masuk tahap pendaftaran, hanya Agus dan Ahmad yang mendaftar. Sementara sang petahana, Syafrinal tak bisa mencalonkan lagi di periode kedua. Ia terganjal aturan batas maksimal usia pencalonan.
“Terhitung tangal 1 Juni nanti, usianya [Syafrinal] sudah 60 tahun lewat 2 bulan,†jelas Arman.
Selesai masa pendaftaran, panitia beri tenggat tiga hari untuk kedua calon melengkapi kekurangan berkas pendaftaran. Kemudian pengundian nomor urut calon pada 29 Maret. Â Agus dapat undian nomor satu dan Ahmad nomor dua.
Dua hari kemudian, masuklah tahap akhir rangkaian Pildek. Kedua calon paparkan visi misi sesaat sebelum pemungutan suara.
“Dekan itu tidak hanya mengatur, tetapi juga mampu mengatur SDM,†kata Wawan Ketua Senat FP.
Menurutnya, visi dan misi yang bagus mampu mendukung seorang dekan bertanggung jawab dalam pengembangan Sumber Daya Manusia. Serta perlu kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang baik.
Yusmarini Calon Unggulan yang Tak Jadi Maju
Kemenangan Agus Sutikno di Pildek FP bukanlah hal yang sulit ditebak. Arman sendiri mengaku, beberapa suara anggota senat untuk Agus sudah disepakati sebelum pemilihan. Enam suara senat dari Jurusan Teknologi Pertanian solid menyokong Agus. Ditambah empat suara dari Jurusan Kehutanan dan empat suara tambahan lainnya.
Kedua calon juga sudah mengetahui hal ini. “Saya rasa mereka sudah tau semua,†cerita Arman.
Lebih-lebih kata Arman, Ahmad juga tidak akan mencalonkan seandainya Yusmarini bersedia maju ke gelanggang pemilihan. Namun, hingga penutupan pendaftaran calon, Wakil Dekan I Bidang Akademik itu tak jua bersedia mendaftar.
“Sebetulnya dari awal udah digadang-gadang menjadi calon dekan. Beliau [Yusmarini] tidak bersedia di detik-detik terakhir, tiga hari penutupan pendaftaran,†jelas dosen Agroteknologi ini. “Daripada satu calon, majulah Ahmad Rifa’i sebagai calon kedua di hari terakhir.â€
Wawan membenarkan perkataan Arman. Yusmarini lah yang berpotensi menggantikan Syafrinal. Kesibukannya sebagai Wakil Dekan I selama dua periode yang banyak menguras tenaga, menjadi alasan penolakan Yusmarini.
“Sebetulnya, Bu Yusmarini punya peluang besar,†tuturnya.
Yusmarini enggan berkomentar. Baginya, pernyataan Ketua Senat atau Dekan sudah mewakili dirinya. “Saya tidak mendaftarkan atau mencalonkan diri,†tulisnya dalam pesan WhatsApp. Sementara Ahmad tak menjawab tawaran wawancara dari Kru Bahana. Lain hal dengan Agus. Ia memilih untuk tak berkomentar sebelum dilantik.
Agus Sutikno bukanlah orang baru yang punya jabatan strategis di kampus. Alumnus Universitas Sriwijaya ini pernah dipercaya sebagai Kepala Perpustakan UNRI selama tujuh tahun. Terhitung sejak 2011 semasa Rektor Ashaluddin Jalil hingga purna jabatannya 2018 lalu, di periode pertama Rektor Aras Mulyadi.
Selesai dari situ, Agus pulang kampung ke Kepulauan Riau. Putra asal Dabo Singkep ini dipinang jadi Wakil Rektor II di Universitas Maritim Raja Ali Haji. Ia pun resmi dilantik pada 13 Februari 2018 silam. Pertengahan 2020, Agus mengakhiri masa jabatannya.
Kini ia kembali ke UNRI. Menanti bulan Juni tiba, hari pelantikannya.
Penulis: Febrina Wulandari
Editor: Dicky Pangindra