Aliansi Mahasiswa Penggugat taja Aksi Sebar Flyer guna menolak kenaikan UKT (Uang Kuliah Tunggal) di Universitas Riau (UNRI). Jembatan Kupu-Kupu jadi titik laksanakan kegiatan ini pada Minggu sore, (12/5).
Khariq Anhar Mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) yang menggagas kegiatan ini sebutkan ada 1000 flyer yang akan dibagikan secara berangsur-angsur. Hari pertama ia paparkan telah mencetak 200 selebaran dengan isi yang berbeda-beda.
“Rencananya berangsur-angsur, kayak hari ini 200, besok hari Rabu kayaknya 200 lagi, emang pelan-pelan. Nah, kira-kira sampai seminggu ini selesai 1000 buah,” jelas mahasiswa angkatan 2020 ini.
Akunya selebaran ini berisi kata-kata bertuliskan Kuliah di UNRI Mahal, UKT Elit Fasilitas Sulit, dan Gaji 1,5 Juta UKT 15 Juta.
Tak hanya mahasiswa UNRI, aksi ini juga melibatkan beberapa universitas yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Penggugat. Namun, ia katakan bahwa aksi ini merupakan inisiatifnya sendiri tanpa ada campur tangan organisasi.
“Univ terdekat itu ada UIR [Universitas Islam Riau], UIN [Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim], dan Unilak [Universitas Lancang Kuning],” ucapnya.
Untuk target, Khariq katakan aksi ini menyasar masyarakat untuk memberikan informasi dan menarik atensi mereka.
“Targetnya lebih kepada blow-up informasi sih. Biasanya kita sebar poster di kampus, menurutku desakan yang paling bagus, desakan dari pihak luar yakni pihak masyarakat,” jelas Khariq.
Desakan masyarakat menurutnya dapat membuat Rektor UNRI yakni Sri Indarti berinisiatif untuk menurunkan kenaikan UKT nantinya. Lain hal jika desakan itu dari mahasiswa, menurutnya memang kuat namun sering kalah.
Tegasnya bukan desakan mahasiswa yang dibutuhkan saat ini melainkan desakan dari orang-orang yang tahu dan paham bahwa masalah ini benar-benar problematika yang berakibat ke seluruh Riau.
Aksi ini akunya juga sangat penting melibatkan peran mahasiswa baru (maba) untuk dapat meromantisasi gerakan.
“Karena teman-teman dari maba itu sendiri yang berakibat ataupun terdampak dalam gerakan atau dalam penurunan UKT,” lanjutnya.
Dihadiri oleh sepuluh orang, aksi ini kata Khariq menggunakan konsep domino effect. Yang bermakna perubahan pelan-pelan dengan hasil yang besar.
“Kita mengincar domino effect, artinya pelan-pelan ini akan membesar. Pelan-pelan masyarakat akan semakin mendesak, pelan-pelan makin banyak yang mendukung kita, lebih ke arah konsisten dan banyak,” jelas Khariq.
Untuk penyebaran, Khariq katakan bahwa mahasiswa bebas menyebarkan ke mana saja.
“Mereka datang pergi aja, karena aksinya gimana flyer ini bisa kesebar. Lebih bagus di warung kopi,” ucapnya
Dengan hadirnya aksi ini, Khariq berharap UKT di UNRI dapat turun.
Rafki-bukan nama sebenarnya maba dari Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) berharap hal yang sama. Ia bilang bahwa kebijakan tersebut sangat merugikan mahasiswa baru.
“Kenaikan UKT ini sangat merugikan mahasiswa baru. Dikarenakan tidak semua maba bisa membayar UKT-nya, Kak,” ucapnya.
Ia mengeluh besarnya UKT yang ia dapatkan, ia sebut nominal UKT-nya berada pada golongan 6 sebesar 6,1 juta. Menurutnya UKT tersebut tidak sesuai dengan gaji Ayahnya yang hanya berkisar 2 juta per bulan dan Ibunya yang seorang Ibu Rumah Tangga (IRT). Pun, tidak memiliki lahan dan penghasilan yang lain.
Tak hanya itu, ia juga sampaikan tentang nominal UKT yang sudah tercantum di m-banking padahal keterangan di website masih diverifikasi.
“Itu kan diibaratkan nembak ya, Kak” ujarnya.
Rafki berharap bahwa UKT untuk mahasiswa baru dapat turun.
“Saya perwakilan sebagai camaba [calon mahasiswa baru] 2024 yang terkena dampak UKT dengan golongan 12 ini tentunya kami berharap UKT kami dapat turun,” ujarnya.
Sama halnya dengan Rafki, Wulan-bukan nama sebenarnya Mahasiswa Akuntansi FEB ini katakan bahwa kebijakan peningkatan UKT kurang sosialisasi.
“Kita ni kan kurang sosialisasi terhadap kenaikan UKT,” ucap mahasiswa angkatan 2023 ini.
Lanjutnya, tidak masalah dengan adanya kebijakan UKT 12 golongan, hanya saja parameternya harus sesuai dan diperbaiki.
“Saya pribadi, 12 UKT ini tidak masalah asal parameternya sesuai,” tutupnya.
Penulis: Fitriana Anggraini
Editor: Arthania Sinurat