Aksi UNRI Gawat Darurat: Wujud Kekecewaan Mahasiswa

Rombongan mahasiswa bergerak dari berbagai fakultas menuju titik aksi di Gedung Rektorat UNRI mulai pukul 2 siang (24/2). Setelah beberapa kali konsolidasi, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNRI menggelar aksi sebagai wujud kekecewaan terhadap kondisi kampus yang dituangkan dalam sepucuk surat tuntutan kepada rektor.

Orasi demi orasi silih berganti diteriakkan oleh para gubernur mahasiswa.

“Pak Rektor, ke luar!” teriak Alvin Julian—koordinator lapangan— berulang kali, diikuti oleh massa aksi.

Seruan dari massa aksi mengundang perhatian jajaran pegawai rektorat. Beberapa dari mereka ke luar untuk menyaksikan orasi yang disuarakan.

Jajaran sekuriti bersiaga di posisi paling depan. Kemudian, Iwantono—Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni ke luar dan berdiri di hadapan massa aksi. Disusul oleh M. Nur Mustafa—Wakil Rektor Bidang Akademis.

Keduanya dijemput untuk naik ke mobil komando guna menjawab tuntutan yang diajukan.

Ramadhana Ari—Menteri Advokesma BEM UNRI mengajukan beberapa pertanyaan.

“Adakah anggaran untuk keamanan?”

Nur Mustafa mengiyakan, namun bungkam setelah ditanyakan jumlah anggaran. Ia jelaskan, anggaran keamanan ditujukan untuk pengadaan dan operasional sekuriti.

Terkait kepastian barrier gate seluruh fakultas direalisasikan. M. Nur menuturkan, para Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan selingkungan UNRI kurang sepakat sebab dirasa bukan solusi terbaik. Hal ini berdasarkan pernyataan yang ia dengar dari Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan.

Setelah jeda saat salat Ashar, aksi kembali dilanjutkan. Massa aksi merapatkan barisan. Kedua wakil rektor diminta naik kembali ke atas mobil komando. Syafrul Ardi—Presiden Mahasiswa—berorasi dan meminta wakil rektor menandatangani surat pernyataan yang berisi beberapa tuntutan. Di dalamnya tertulis beberapa poin, yakni:

  1. Menuntut dan meminta Rektor Universitas Riau untuk melaksanakan poin-poin yang disampaikan kuasa politik rektor terpilih Universitas Riau periode 2018/2022 bersama dewan perwakilan mahasiswa se-Universitas Riau dan para hadirin mahasiswa se-Universitas Riau yang ditanda tangani pada tanggal 10 Desember 2019 yang lalu.
  2. Menuntut dan mendesak Rektor Universitas Riau untuk menyelesaikan permasalahan infrastruktur yang terhenti di Universitas Riau. Selain disebut dalam kontrak politik, namun juga yang berada di beberapa fakultas antara lain gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Gedung Fakultas Teknik, Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan gedung mangkrak lainnya.
  3. Menuntut dan mendesak rektor universitas riau untuk memperjelas status Gedung Rusunawa Universitas Riau.
  4. Menuntut dan mendesak Rektor Universitas Riau untuk memperbaiki infrastruktur jalan yang rusak. Lampu penerangan jalan yang mati atau putus dan tidak berfungsi serta fasilitas lainnya di universitas riau.
  5. Menuntut dan mendesak Rektor Universitas Riau segera membangun halte di FKIP dan FMIPA.
  6. Menuntut dan mendesak Rektor Universitas Riau segera merealisasikan sistem keamanan menggunakan barrier gate di seluruh fakultas.
  7. Menuntut kejelasan transparansi anggaran pembangunan di Universitas Riau.

[image lightbox=”1″ caption=””]https://bahanamahasiswa.co/wp-content/uploads/2020/02/IMG_9607-1.jpg[/image]

Nur Mustafa enggan menandatangani dengan dalih ia hanya sebagai kuasa rektor. Lagipula, masa berlaku surat tersebut hanya tiga hari sejak ditandatangani.

Iwantono menjelaskan, kewenangan kuasa itu sangat terbatas. Tidak boleh menandatangani atas nama rektor terkait dengan kebijakan dan sifatnya melanggar aturan. Ia mengusulkan surat tersebut diparaf oleh kuasa rektor.

Nur Mustafa mengatakan ia akan menerima surat tersebut lalu menyerahkannya kepada rektor. Namun, untuk tindak lanjutnya, M. Nur Mustafa tidak bisa memastikan.

Riuh teriakan terdengar. Massa aksi menuntut M. Nur Mustafa tetap menandatangai sebagai bukti hukum.

Surat tuntutan akhirnya ditandatangani oleh seluruh Gubernur Mahasiswa, Presiden Mahasiswa, Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa, dan kuasa rektor. Lalu surat tersebut akan diperbanyak untuk jadi bukti.

Syafrul mengatakan, jika tuntutan tidak juga mendapat respon, mereka akan kembali menjemput aspirasi yang tidak didengarkan.

“Kita jemput rektor untuk meminta pernyataan dari rektor, kenapa tidak direalisasikan apa yang menjadi aspirasi kita hari pada hari ini.”

Aksi kali ini ada yang berbeda, tampak beberapa mahasiswa berpenampilan seperti tokoh joker. Mereka Berasal dari BEM UNRI serta perwakilan tiap fakultas. Lengkap dengan kertas yang berisikan keluhan terhadap kampus. Tulisan “Universitas 1000 candi” ialah satu di antaranya. Sembari tertawa menirukan aksi joker, mereka membaur ke pihak rektorat serta menunjukkan kertas yang dibawa.

Jo, salah satu joker dari Fakultas Teknik mengatakan akan kembali turun aksi jika tidak ada tindak lanjut dari tuntutan mereka. Menurutnya, yang bisa disebut mahasiswa adalah yang berani membela kebenaran, baik di dalam maupun di luar kampus. Ia merasa bangga untuk pertama kalinya ikut dalam aksi yang menuntut kampusnya sendiri.

“Jangan hanya demo di luar, tetapi mendemo kampus yang amburadul tidak berani.”

Salah satu massa aksi dari Fakultas Perikanan dan Kelautan mengatakan, ia mengikuti aksi sebab banyaknya permasalahan di kampus. Seperti Uang Kuliah Tunggal yang mahal, namun tidak setara dengan fasilitas yang disediakan.

Mars mahasiswa dan lagu buruh tani dinyanyikan kembali sebagai penutup aksi.

Reporter: Salsabila Diana Putri

Editor: Haby Frisco