Lailatul Rahmi baru bangun tidur pada Sabtu siang di homestay Mapala Sakai. Ia langsung membereskan tempat tidurnya lalu duduk di antara televisi dan lemari di sebelah pintu. Ia kemudian menyalakan laptop hendak buat surat.

Di dekatnya, Arul yang baru selesai salat zuhur sedang memainkan ponsel. Di depan mereka, Zamzam atau biasa disapa Jack tidur di atas karpet biru dekat dinding. Ia disitu sejak sahur.

Di bilik sebelah tempat barang-barang Mapala Sakai, Wirda sedang mengirim pesan pada anggota supaya datang musyawarah malamnya. Ia kepala rumah tangga.

Di luar, di gazebo sebelah homestay, Afni main gitar dalam ayunan. Baru tiga lagu, dua innova hitam dan tujuh sepeda motor parkir di depan Afni. Waktu menunjukkan pukul 13.30.

Lima polisi berpakaian sipil mendekati Afni. Mereka tak bawa senjata.

“Kamu Zam?” tanya salah satu dari mereka.

“Bukan.”

“Ya, kamu tetap disini. Jangan kemana-mana,” pinta polisi dan mereka langsung menyebar di sekeliling homestay.

Dua masuk dari pintu depan.

“Assalamualaikum. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam,” jawab Rahmi namun tak beranjak dari tempat duduknya.

“Ada Zamzam?”

“Bang Jack….” panggil Rahmi. Zam bangun dan langsung duduk. Polisi langsung masuk dan memborgolnya. Zam tak bicara sepatahpun dan tidak melawan.

“Ada apa ini, kok main kasar seperti itu,” tanya Arul.

“Sudah diam saja,” jawab seorang polisi. “Tak tahu kawan kau itu rakit bom, hah?” Arul tak bertanya lagi. Polisi kemudian memfoto semua yang ada di homestay.

Lima polisi masuk dari pintu belakang, “Kenapa bang?” tanya Wirda.

“Diam sajalah kamu di dalam.”

Dua polisi tadi membawa Zam keluar. Lima lagi memeriksa ruangan. Mereka mengambil senapan angin yang tergantung di bawah lukisan tempat Rahmi duduk. Dua busur dan delapan anak panah di dinding dekat Zam tidur juga diambil. Semua barang itu milik Zam. Polisi juga membuka loker. Mereka menanyakan barang milik Zam lainnya. Rahmi menunjuk tas kecil dan polisi langsung membawanya.

“Mohon kawan-kawan keluar dulu,” pinta polisi.

Arul, Rahmi dan Wirda langsung keluar dan berkumpul dengan Afni di gazebo.

Gazebo di sebelah homestay Mapala Sakai
Gazebo di sebelah homestay Mapala Sakai

Zamzam dibawa masuk ke mobil pertama dan langsung pergi. Selang tiga puluh menit, Kalek datang dengan sepeda motor milik Arul. Ia baru selesai mengantar kakaknya cek kesehatan. Kalek datang karena sebelum polisi tiba, Arul menghubunginya supaya mengembalikan sepeda motor.

Baru sampai gazebo, polisi langsung bertanya, “Kau siapa? Kalek ya?”

“Iya.”

Kalek langsung diborgol.

“Ada apa ni?” Kalek sempat bertanya.

“Ayo ikut, Bima sudah lebih dulu kami amankan,” jawab Polisi sambil  membawa Kalek.

Kalek masuk di mobil kedua. Tiba-tiba mobil pertama datang lagi. Zam memakai masker hitam dan helm dipindahkan ke mobil bersama dengan Kalek. Mereka langsung dibawa pergi. Sebagian polisi masih di homestay dan memasang garis polisi.

Penulis: Rizky Ramadhan & Annisa Febiola

Editor: Rizky Ramadhan