Bahana Mahasiswa atau BM adakan pelatihan video berita di Sekretariat BM, Jalan Pattimura, Sabtu (22/2). Pelatihan ditujukan bagi kru Bahana.

Sekitar pukul 14:30, materi pengantar oleh Hermawan Hariadi—Owner siak video. Usai materi, peserta dibagi jadi 7 kelompok, terdiri 2 orang tiap kelompok. Diberi waktu hingga pukul 18:15. Malamnya dilanjutkan lagi proses edit video, dan pukul 00:00 tiap kelompok harus siapkan tugas dan presentasikan hasil liputannya.

Esok paginya, pukul 07:30 peserta menuju Kampung Bandar. Sebelumnya sudah ada pembagian kelompok dan tempat yang akan diliput. Awalnya tempat kumpul di Mesjid Raya di Jalan Senapelan Kecamatan Senapelan—salah satu bukti Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru (Senapelan) di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sebagai Sultan Siak ke 4. Lalu diteruskan pada masa Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai Sultan Siak ke 5.

Rute selanjutnya kunjungi kediaman Tuan Qadhi H Zakaria di Jalan Senapelan tepat di belakang kompleks Masjid Raya Pekanbaru. Kedua Surau Al-Irhaash tidak jauh dari Masjid Raya. Lalu Terminal tua kota Pekanbaru berada di tepi sungai siak, dibawah jembatan siak III. Saat ini yang tampak hanya dinding yang beratap batu. Selanjutnya rumah singgah Tuan Qadhi H Zakaria—bangunannya berbentuk panggung dengan ukiran khas melayu. Lebih dari empat belas tiang sebagai penyangga rumah. Rumah ini dibangun pada 23 Juli 1928, seperti tertera di tangga batunya. Kelima rumah H. Yahya, saat ini digunakan untuk kegiatan kelompok swadaya masyarakat tenun kain songket di Kampung Bandar Senapelan. Tugu titik nol dan kimteng juga ikut dikunjungi.

“Komponen penting jurnalisme multimedia ialah konten, story telling, interaktif, dan juga sharing,” ujar Hermawan yang memulai video dokumenter pada 1990. Ia berharap kru BM banyak buat atau berkontribusi video di Riau, misalnya muatan tentang pembelaan masyarakat. “Harus tingkatkan kecakapan dilapangan, banyak belajar terutama dalam segi advokasi dan edukasi,” paparnya. Ia juga setuju dengan gagasan Andreas Harsono—Pendiri Yayasan Pantau yaitu jurnalisme bukan sekedar menyampaikan berita atau membuat berita tetapi penyebar ilmu pengetahun.

Pimpinan  Umum BM, Ahlul Fadli katakan bahwa kru harus lebih serius lagi ikuti kegiatan pelatihan. Tidak menunda waktu yang telah ditetapkan panitia, dan deadline merupakan tanggung jawab. Ia berharap hal baru yang didapat peserta tentang video bisa diaplikasikan untuk pembuatan berita di Bahana.

“Kegiatan ini sangat menarik, tambah ilmu pengetahuan, dan belajarnya santai tidak terlalu mengurui, kalau bisa kegiatan seperti sering diadakan,” ujar Aisyah Nurul Surrayya salah satu Peserta.(*29)