Buntut berbagai kasus aparat kepolisian, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Riau Bersatu (BRB) menggelar aksi di depan Markas Kepolisian Daerah atau Mapolda Riau, Jalan Pattimura, pada Jumat 29 Agustus 2025. Mereka mengangkat kasus pelanggaran hak asasi manusia, lemahnya penegakan hukum di Riau, serta kasus yang menewaskan seorang pengemudi ojek online atau ojol, Affan Kurniawan.
Kendaraan rantis Brigade Mobile atau Brimob melindas Affan saat demonstrasi di Jakarta pada Kamis, 28 Agustus 2025 lalu. Selain itu, massa aksi juga menyoroti kasus meninggalnya salah satu pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan, Pekanbaru pada Jumat, 25 April 2025.
Koordinator Pusat BRB, Ikhsan Tarigan bersama BEM Seluruh Indonesia akan terus mengawal kasus Affan. Dasar dari pergerakan ini adalah kemanusiaan. Konsolidasi tak boleh lambat. “Seharusnya gerakan bisa langsung turun, pagi ini pun kami bersama kawan-kawan UIN turun ke jalan,” katanya.
Ikhsan bilang kapolda sedang memainkan strategi green policing untuk meredam gerakan dari bawah. Kepolisian terlalu banyak pencitraan, katanya. Pun Polda Riau masih lemah dalam penegakan hukum. “Banyak persoalan hukum yang tidak mendapat kejelasan dan seolah dibiarkan berlarut-larut,” ujar Ikhsan.
Koordinator Aksi dari Universitas Islam Negeri Syarif Kasim atau UIN Suska Riau, Raja Pradigjaya Dewactry Ingguna menyebut lebih dari 2.000 orang mengikuti aksi. Di antaranya mahasiswa, pengemudi ojol, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau Walhi Riau, hingga kelompok Aksi Kamisan.
Mereka menyampaikan tuntutan secara langsung ke Kapolda Riau, Herry Heryawan. “Mahasiswa UIN Suska akan segera konsolidasi dalam waktu dekat dan masif, untuk kembali ke isu awal sembari mengawal tuntutan yang sudah di serahkan hari ini,” tulisnya via pesan WhatsApp, Sabtu 30 Agustus 2025.
Mereka turut berbelasungkawa atas kejadian yang menimpa Affan. Harapannya kepolisian bisa mengusut tuntas peristiwa yang dialami pemuda itu. Melakukan penyelidikan secara menyeluruh dan transparan. Pemerintah, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Kapolri, dan Dewan Perwakilan Rakyat dapat mendengarkan aspirasi masyarakat dan segera berbenah. “Bagi kawan-kawan mahasiswa dan masyarakat sipil, ini alarm keras bagi kita untuk memasifkan gerakan kembali. Gugur satu tumbuh seribu,” ucap Raja.
Baca Juga BEM FISIP Unri Taja Mimbar Bebas Aparat Keparat
Lima Tuntutan Aksi
Ketua Senat UIN Suska Riau, Mushawwir Salam membacakan lima tuntutan, di antaranya:
- Mendesak Pencopotan Kapolri: Menuntut dan mendesak Presiden Republik Indonesia untuk mencopot Kapolri dari jabatannya. Tindakan ini adalah wujud pertanggungjawaban politik atas kegagalan kepemimpinan dalam melakukan reformasi internal dan mencegah berulangnya pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
- Mengusut Tuntas dan Transparan Insiden Affan Kurniawan: Menuntut agar pengusutan kasus kematian Affan Kurniawan dilakukan secara transparan dan akuntabel. Harus ada penindakan hukum yang tegas terhadap semua pihak yang terlibat dalam insiden fatal ini, mulai dari operator kendaraan taktis hingga komandan yang memberikan instruksi. Insiden ini harus menjadi kasus terakhir yang menunjukkan arogansi kekuasaan di institusi Polri.
- Membebaskan Segera Massa Demonstrasi yang Ditahan: Menuntut pembebasan tanpa syarat 300 massa demonstrasi yang ditahan di Polda Metro Jaya, yang sebagian di antaranya adalah remaja di bawah umur. Penahanan tersebut merupakan bentuk penangkapan sewenang-wenang (arbitrary arrest) yang jelas melanggar hak-hak dasar warga negara.
- Mengevaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Massa: Menuntut evaluasi dan revisi total terhadap SOP penanganan unjuk rasa. SOP baru harus sejalan dengan prinsip perlindungan HAM dan mengadopsi pendekatan humanis serta non-represif yang mengutamakan dialog dan komunikasi.
- Menuntut Kapolda agar mengajukan rekomendasi ke Kapolri terkait perbaikan internal kepolisian.
Aksi Fokus Pada Kasus RSJ Tampan
Ikhsan Tarigan menegaskan pihaknya sejak lama mengawal kasus RSJ Tampan yang tak kunjung selesai. Ini bukan sekadar isu biasa, tapi tentang kemanusiaan. “Kasus ini telah terjadi di bulan Mei, hingga saat ini belum selesai,” ucapnya.
Ikhsan menduga kepolisian sengaja menutupi kasus. Padahal Kapolda sudah melakukan pengecekan kamera pengawas, namun sampai saat ini mereka belum menemukan pelakunya. Pihak mereka bilang ada dugaan bunuh diri. “Dugaannya bunuh diri dari rumah sakit. Kalau memang benar, berarti ada kelalaian,” ucapnya.
Pemuda itu membandingkan lambannya penyelesaian kasus RSJ dengan kasus lain. Polisi dapat mengungkap para tersangka kebakaran hutan lebih awal ketimbang kasus RSJ yang memiliki bukti konkret berupa rekaman kamera pengawas. “Ini bukan hanya persoalan pribadi karena korban adalah saudara kami. Namun sekalipun bukan saudara, kami tetap akan memperjuangkannya karena menyangkut nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia,” ucapnya.
Menurutnya sampai saat ini hanya BEM Riau Bersatu yang konsisten menyoroti kasus itu. Mereka menilai adanya upaya berulang kali untuk menutupi kasus. Baik dari tingkat Polda maupun Polres. “Kami berharap ada perhatian serius. Bahkan jika perlu dibuka audiensi publik agar penegakan hukumnya jelas,” tambahnya.
Ikhsan berharap Polda Riau jangan mengurusi soal kasus alam saja, tetapi juga masalah masyarakat. “Manusia kan lebih tinggi daripada alam. Jangan gajah itu lebih tinggi daripada manusia. Harapannya manusia harus lebih tinggi [diperhatikan],” tutupnya.
Kapolda Riau Pinta Polri Usut Tuntas Kasus Affan
Kapolda Riau, Herry Heryawan hadir di atas mobil komando. Ia mengatakan sangat terbuka dengan kritik yang diberikan mahasiswa, ojol, maupun masyarakat. Herry meminta maaf atas kejadian yang menimpa Affan. “Saya merasa senang dan bangga kepada massa aksi yang hadir, semoga personel Polri yang melakukan pelindasan dapat diusut tuntas dan diberikan hukuman yang seadil-adilnya,” ucapnya.
Herry mengatakan Polda bersama polisi Riau lainnya sudah melakukan Shalat Ghaib. Lanjutnya mereka akan melaksanakan tahlilan di Masjid Agung An-Nur pada Sabtu, 30 Agustus 2025.
Selain itu, Anggota Polsek Lima Puluh, Viola Dwi Anggreni menanggapi kejadian Affan sebagai situasi yang tak diinginkan. Kepercayaan masyarakat kepada pihak kepolisian menurun. Ini menjadi kritik untuk kepolisian. “Kami tetap akan melaksanakan kewajiban melayani masyarakat dengan sepenuh hati,” ucap Viona.
Ia berharap massa aksi dan polisi bisa saling mengerti dan semoga tak ada lagi Affan kedua. “Sehingga kita bisa menjalani unjuk rasa yang solutif, bukan untuk membahayakan nyawa orang lain dan merusak fasilitas negara,” tutupnya.
50 Komunitas Ojek Online Pekanbaru Hadir Unjuk Rasa
Pengemudi Ojol, Ardianto mengatakan pengemudi ojol lainnya memang berencana melakukan aksi. Guna menuntut pertanggungjawaban pemerintah. Takut tak sempat mengurus surat, mereka memilih hadir membersamai aksi dari Aliansi BRB. Lebih dari dari 50 komunitas di Pekanbaru datang. “Kami dari ojol, membersamai kalian. Kami berharap sama kalian,” ucap Ardianto meniru pembicaraannya dengan Koordinator Aksi, Raja.
Menurut pria yang akrab dipanggil Presiden Panam itu, citra polisi sudah buruk di mata masyarakat. Tidak hanya kasus Affan yang membuatnya berpendapat demikian. Ada banyak oknum polisi yang melakukan kekerasan lain. Salah satunya kasus Brimob yang mengeroyok satu ojol hingga kejang-kejang. “Kacau sudah, semakin tidak percaya masyarakat,” ujar Ardianto.
Pria yang sudah menjadi ojol sejak 2018 ini mengungkapkan beberapa BEM akan melakukan konsolidasi di malam hari. “Bubarkan saja kepolisian. Kalo tidak, masukkan ke ABRI sekalian,” tutupnya.
Selain Ardianto, Pengemudi Ojol, Sinta juga mengikuti aksi setelah mendapat pesan di ruang obrolan WhatsApp. Ia merasa kejadian yang menimpa Affan tak wajar.
Pewarta: Farziq Surya, M. Rizky Fadhillah, Aulia Hasanah
Peyunting: Fitriana Anggraini