Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa kembali menaja Pendidikan dan Pelatihan Kelas Jurnalistik atau Diklat Kenal Bahana. Mengusung tema Ulas Fakta dengan Warta, kegiatan ini bertempat di Meeting Room Perpustakaan Universitas Riau pada Jumat hingga Minggu, 13 Juni – 15 Juni 2025.
Materi pertama membahas 10 Elemen Jurnalisme. Jurnalis Bisnis Indonesia, Aang Ananda Suherman mengatakan jurnalis harus membuktikan berita itu benar. Ketika menemukan berita, yang pertama kali dilakukan adalah mengkonfirmasi sumbernya. Ia menekankan bahwa jurnalis tidak boleh berpihak dan harus loyalitas kepada masyarakat.
“Pada dasarnya jurnalisme adalah tentang menyuarakan suara masyarakat,” ujarnya.
Pria yang akrab dipanggil Aang itu menjelaskan perbedaan informasi dan berita. Informasi adalah seluruh informasi yang ada termasuk dari sosial media. Sedangkan berita adalah meliput informasi hingga menjadi berita. Sehingga berita merupakan informasi yang ter verifikasi.
“Kewajiban jurnalisme adalah kebenaran. Kebanyakan orang-orang sekarang hanya menerima informasi, bukan berita. Karena berita adalah informasi yang diverifikasi,” kata Aang.
Aang bilang berita tidak hanya tentang memikat, tapi juga harus relevan dan dibutuhkan. Ia peringatkan agar selalu skeptis dengan informasi di sosial media. Menurutnya, digitalisasi kerap kali dimanfaatkan sebagai ladang uang bagi banyak orang.
Materi berikutnya hadir dari Alumna Bahana Mahasiswa, Nurul Fitria. Ia bahas tentang Riset, Term of Reference atau ToR, dan Interview. Sebelum terjun ke lapangan, jurnalis butuh riset agar dapat memahami topik yang akan dieksekusi.
“Riset ibaratkan sebuah batu loncatan ide. Percuma ada ide tanpa riset,” begitu ujarnya.
Riset tidak hanya didapat melalui media sosial, tetapi juga dapat dicari melalui gosip atau penggalian melalui literatur. Selain riset, ada pula Term of Reference atau ToR. Mirip seperti kerangka berpikir, ini dibuat setelah melakukan riset.
Implementasi ToR adalah wawancara. Bertujuan untuk mendapatkan informasi melalui dialog bersama narasumber. Ada tiga macam metode dalam mewawancarai narasumber. Pertama, face to face. Wartawan bertemu narasumber secara langsung dan biasanya ada janji temu.
Selanjutnya door stop, yakni ketika wartawan mewawancarai narasumber secara mendadak. Terakhir, press conference. Wartawan diundang ke tempat narasumber bersama media lainnya untuk mendapatkan informasi. Setelah informasi dikumpulkan, lanjut ke tahap penyaringan. Agar informasi relevan dengan ide yang sudah ditentukan.
Bentuk ToR sebenarnya tidak memiliki karakteristik khusus. Namun, secara umum terdapat bagian-bagian seperti topik, latar belakang masalah, dan sudut pandang. Kemudian ada poin permasalahan, pembagian tulisan, narasumber, daftar pertanyaan, daftar foto atau grafis jika diperlukan, hingga deadline.
“ToR itu dalam liputan seperti isi dapur,” ucap wanita dengan panggilan Yaya itu.
Ia juga sampaikan persiapan sebelum wawancara. Mulai dari bahan wawancara atau ToR, persiapan mental, hingga alat perekam. “Alat perekam inilah senjata mutakhir kita dalam menulis,” terangnya.
Alumna Bahana Mahasiswa, Denisa Nur Aulia hadir sebagai pemateri Straight News. Denisa menyampaikan beberapa struktur dari straight news yaitu judul, lead, isi, dan penutup. “Bagian judul hanya tujuh kata dan itu sudah meringkas isi beritanya,” ujar Denisa.
Ciri utama straight news di antaranya ditulis singkat, padat dan lugas. Juga tak memuat opini penulis, menggunakan 5W+1H (what, why, where, who, when, dan how). Minimal ada dua narasumber yang diwawancarai dalam berita.
“Harus butuh dua, satu untuk memberikan informasi secara detail dan satu lagi sebagai pelengkap atau pendukung informasi,” tutupnya.
Penulis: Farziq Surya, M. Rafli, Sherly Ananda
Editor: M. Rizki Fadilah