Tim Lancang Kuning Angkat Tema Overthinking Untuk LIDM

Tim Lancang Kuning Universitas Riau (Unri) menggelar penayangan perdana video dokudrama pada Rabu, 10 September 2025. Bertajuk Tentang Mengerti, video akan berkompetisi dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM). Kegiatan berlangsung di Gedung Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unri.

Ketua Tim, Peter Yohansen mengatakan tim mereka ingin keluar dari zona nyaman. Berbeda dengan judul tahun lalu, Pendekar Lestari, film kali ini mengambil tema overthinking. Ide muncul dari pengalaman mereka sendiri yang kerap berpikir berlebihan. Setelahnya Tim Lancang Kuning melakukan riset. Mereka menayangkan  film ini bertepatan dengan Hari Pencegahan Bunuh Diri. “Jadi ya sudah kita ambil tema ini saja,” Jelas Peter.

Film ini bercerita tentang bagaimana seorang mahasiswa hidup berdampingan dengan rasa overthingking ketika menempuh jenjang semester akhir. Tokoh utama Bara, ia tipe yang tidak mau terbuka tentang masalahnya kepada orang lain. Sehingga ia kerap kali merasa overthingking. Tak mau kondisinya semakin larut, ia  mencoba bangkit kembali. Perlahan-lahan Bara keluar dari keterpurukan.

Zaky selaku pemeran Bara di video membenarkan. Tema yang diangkat sesuai dengan kehidupan. “Jadi karena ceritanya juga sesuai dan betul-betul ada risetnya,” tambahnya.

Lebih lanjut, Peter mengatakan tim produksi sampai menggandeng Psikolog Klinis Pekanbaru, Sarah Aurelia Saragih dalam pembuatan video. Harapannya karya mereka dapat menjadi ruang untuk saling bercerita kala overthinking melanda.

Produksi video dokudrama ini sendiri banyak diambil dari kawasan sekitar kampus. Selain kru inti empat orang, pembuatan video juga dibantu kurang lebih 15 orang. “Kami kebanyakan syuting di [Gedung] Dekanat FISIP, Lab Ilmu Komunikasi, dan juga di kamar kost aku,” kata Peter.

Editor Tim Lancang Kuning, Amirul Firdaus mengaku sempat khawatir tidak mendapatkan respons yang baik dari penonton. Ia berterus terang merasakan tantangan untuk mendapatkan empati penonton dalam lima menit pertama. “Untuk membangun momentum atau atmosfer dalam waktu lima menit untuk mendapatkan empati dari penonton itu sulit,” jelasnya.

Bahkan mereka memerlukan waktu dari bulan Maret hingga Mei untuk menyelesaikan video. Meski harus banyak berkorban dalam pendanaan, banyak pihak-pihak lain yang membantu. Jurusan Ilmu Komunikasi salah satunya. Meminjamkan beberapa barang yang diperlukan sehingga pekerjaan mereka lebih ringan. Mulai dari awal hingga akhir, mereka menghabiskan sekitar dua sampai dua setengah juta.

Pria yang juga produser film itu berencana akan mengadakan sosialisasi ke sekolah dan komunitas jika lulus ke tingkat nasional. Harapannya dapat membentuk sebuah gerakan yang dapat memberikan dampak lebih luas lagi. “Jadi karyanya tidak mentok di sini saja, tetapi kami juga ada riset dan dampak,” pungkas mahasiswa Ilmu Komunikasi itu.

Pewarta: Aulia Hasanah dan Talita Nur Havizah
Penyunting: M. Rizki Fadilah