Kursi kekuasaan orang nomor wahid di Universitas Riau atau UNRI akan berganti tuan tahun ini. Deni Efizon kembali coba berlaga memperebutkan tahta tertinggi kampus biru langit. Setelah empat tahun lalu namanya digulung oleh Aras Mulyadi.  Ia semakin mantap maju setelah mengetahui dirinya lulus penyaringan calon rektor Juni lalu.

Dalam kacamata dosen dengan keahlian konservasi Sumber Daya Perairan ini, ia melihat ada banyak sekali dosen yang hebat di UNRI. Namun, katanya, tidak ada yang mau mendaftarkan diri. Selain itu, di antara 1.200 dosen, hanya sepuluh persen saja yang memenuhi persyaratan menjadi bakal calon rektor. Jelas, untuk menjadi rektor, syarat yang diajukan tidak main-main. 

Selain lulus syarat, Deni juga menyebut dirinya berasal dari luar. Maksudnya, ia tidak memiliki kekuasaan atau jabatan khusus di dalam kampus.  Hanya seorang dosen biasa. Walaupun begitu, perkembangan kampus tak luput dalam pengawasannya.

“Saya merasa prihatin dengan perkembangan UNRI hari ini. Untuk itu, saya ingin masuk ke dalam,” jelasnya saat di wawancara kru BM pada Jumat (22/7).

Ia menilai bahwa UNRI kini sangat jauh terbelakang. Bukan hanya dalam aspek pendidikan saja. Namun, lingkungan yang juga tidak memadai. Berangkat dari situ, ia berjanji akan memajukan UNRI. Ada empat sisi yang menurut Deni perlu diperhatikan.

Pertama, tentu saja pendidikan. Dari pemeringkatan oleh beberapa institusi ataupun kementerian, Pria kelahiran Sungai Salak ini sebut angka untuk UNRI dari tahun ke tahun selalu bertambah besar.

Menurutnya naik, tidak selamanya baik. Bertambah besarnya angka mengartikan bahwa urutan UNRI semakin ke bawah. Padahal sebenarnya, untuk ukuran institusi akademika di Sumatra, UNRI patut dipandang dengan baik.

Menurut Deni, ada beberapa musababnya. Seperti tidak ada perubahan, penambahan, serta perkembangan. Contohnya saja tidak ada civitas akademika kampus atas status mahasiswa asing. Padahal, sebutnya, hal ini menjadi persyaratan penilaian keunggulan kampus. 

Selanjutnya, kampus sendiri tidak memiliki program studi atau prodi yang sudah berakreditasi internasional. Selain itu, jumlah prodi dengan akreditasi A kurang dari 50 persen. Kenyataan ini memberikan pengaruh terhadap target keunggulan perguruan tinggi. 

“Bukan tidak ada perubahan dan kemajuan, tapi orang di luar [kampus lain] larinya luar biasa,” ujarnya.

Lanjut ke sisi kedua, yaitu prasarana. Pria berusia 56 tahun itu ajak civitas akademika melihat gedung-gedung mangkrak yang ada di kampus. Katanya, jangankan bangunan besar, ia sebut ruang sesederhana kelas dan laboratorium saja kalah memadai dibandingkan dengan sekolah di luar. Ditambah lagi dengan tidak adanya gedung monumental. Maka, ia janjikan akan membangun gedung tersebut. 

“Padahal kalau di ketahui, Universitas Riau hadir dan berada dalam suatu provinsi yang kaya. Tapi tidak berkolerasi positif, gitu loh,” singgungnya.

Lalu, hal yang akan di bangunnya adalah kreativitas tinggi civitas akademika, khususnya mahasiswa. Hal ini hanya dapat dicapai jika ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai pula. Seperti perpustakaan yang bisa beroperasi 24 jam. Kemudian, tempat berkumpulnya mahasiswa yang sudah dilengkapi dengan internet gratis.

Buntutnya, kata Deni, jika semua sudah mantap, radikalisme dan sejenisnya akan mudah ditaklukkan. Sebab, mahasiswa sudah paham dengan hal tersebut.

Terakhir, adalah membangun kerja sama dengan seluruh pihak. Terlebih pada daerah yang memiliki potensi. Sehingga, bisa menopang institusi ini. Menurutnya, badan-badan tersebut memiliki anggaran yang dapat digunakan untuk membangun kampus menjadi lebih baik lagi.

Deni punya visi Transformasi Universitas Riau Menjadi Universitas Riset Unggulan yang Bermatabat.

Pada akhir wawancara, Deni juga berikan pertimbangan untuk membaca kembali majalah BM bertajuk Merisik Calon Rektor. Dalam salah satu tulisan majalah dengan terbitan edisi akhir tahun itu, Deni menempati posisi pertama jadi calon kuat. Ia dipilih oleh mayoritas mahasiswa, pegawai, dan alumni yang mengisi survei.

Namun, saat sidang tertutup senat penyaringan tiga calon rektor, ia menempati posisi terakhir. Deni berada di bawah Sri Indarti dan Iwantono. Meski begitu, Deni tetap optimis menang dalam pilrek tahun ini.

Penulis: Karunia Putri

Editor: Andi Yulia Rahma