Erwin, Calon Dekan FMIPA Pilihan Mahasiswa

Pemilihan Dekan FMIPA UR Periode 2018-2022 dilaksanakan Kamis (21/12). 28 anggota Senat akan memilih siapa yang melanjutkan estafet kepemimpinan orang nomor satu di FMIPA.

LPM BAHANA MAHASISWA UNIVERISTAS RIAU berinisiatif melakukan survei ketiga calon dekan kepada mahasiswa FMIPA. Meski tak punya hak suara memilih dekan, kami ingin tahu seberapa banyak mahasiswa mengetahui masing-masing calon dekan. Selain itu, seandainya diberi hak pilih, siapa yang dipilih mahasiswa untuk menakhodai fakultas ungu ini.

Caranya, menyebarkan 500 angket dengan responden yang dipilih secara acak pada awal Desember. Kami memberi catatan, jika tidak mengenal ketiga calon, tidak diperkenankan memilih calon dekan yang tersedia.

Tak semua angket kembali pada kami. Dari 500 hanya 488 yang menyerahkan kembali. Hasilnya, 72 responden memilih Syamsudhuha (14,7 persen), 60 responden memilih Yanuar (12,3 persen), 136 responden memilih Erwin (27,9 persen) dan 220 responden (45,1 persen) mengaku tak mengenal ketiga calon.

Infografis Pemilihan FMIPA3

Siapa tiga calon dekan FMIPA yang dimaksud? Annisa Febiola kru magang Bahana Mahasiswa mewawancarai mereka dan membaca beberapa sedikit riwayat hidup mereka secara tertulis. Berikut hasilnya.

PERTAMA, Syamsudhuha. Ia lahir di Bantar. Tepat  lima April lalu genap berusia 54 tahun. Pada 2002, gelar Doktor ia kantongi setelah mengenyam pendidikan di University of Manchester Institute Science Technology (UMIST), United Kingdom. Saat ini ia menjabat Wakil Dekan II bidang Umum dan Keuangan membantu Adel Zamri periode 2014 hingga 2018. Ia merupakan dosen matematika FMIPA dengan bidang Numerical Analysis. Jabatan sebelumnya, pada 2011 Kepala  Jurusan Matematika.

Kru Bahana berulangkali meminta wawancara dengan Syamsudhuha. Berbagai alasan diutarakan: sedang rapat, mengajar dan urusan luar. Mencoba menemui tiga kali dan telepon beberapa kali. Namun tidak berhasil. Sehingga, sedikit informasi yang bisa didapatkan.

KEDUA, Yanuar lahir 21 Januari 1965 di Bengkalis. Usai menamatkan  Sekolah Menengah Atas (SMA), ia melanjutkan ke Jurusan Fisika FMIPA UR. Menamatkan pendidikan strata satu cukup lama, sekitar 6 tahun. Dengan bimbingan dosen M. Ginting, ia berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul Fisika Modern. Pada 1989, gelar sarjana telah ia sandang.

Pada 1992, Yanuar bertolak ke Bandung untuk meraih gelar Magister. Masih dalam dunia fisika, bidang Fisika Material ia pilih untuk lebih ia dalami di Institut Teknologi Bandung. Dalam waktu tiga tahun, Yanuar berhasil menyematkan gelar Magister pada namanya dengan bimbingan Sukimo. Judul tesis yang ia teliti  Fabrikasi dan karakterisasi Lapisan tipis a-Si: H p-i-n dengan Metoda PECVD dan Unjuk Kerjanya. 

Yanuar kembali melanjutkan studi Doktoral ke salah satu negara benua biru. Negara tempat kekaisaran Napoleon, Perancis. Tepatnya  di Center of Electronics and Microoptoelectronics, University of Montpellier II. Pada 2000, meraih gelar doktor. Ia juga sempat menjadi asisten riset  di sana.

Setelah kepulangannya dari Perancis, Yanuar diamanahkan sebagai Ketua Jurusan Fisika FMIPA UR. Pada 2007 ia mengemban amanah sebagai Wakil Rektor IV bidang Kerjasama dan Perencanaan UR. Kembali diamanahkan pada periode berikutnya, kali ini sebagai Wakil Rektor II Bidang Keuangan UR.

Ada tiga motivasi Yanuar untuk maju sebagai Dekan. Pertama, pengalaman manajerial dan reputasi akademik yang dimilikinya. Kedua, ia bermaksud menjadikan atmosfir FMIPA feels like home atau FMIPA seperti rumah kita untuk seluruh civitas akademika. Terakhir, untuk mewujudkan harapan kolektif civitas akademik menjadi fakultas sains yang unggul dan berkarakter di tingkat nasional dan Asssociation of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Mantan Direktur Politeknik Bengkalis ini jelaskan program unggulan yang ia canangkan. Yang utama yaitu bagaimana untuk menyamakan semua sumber daya intelektual dan moral dalam pergerakan yang harmonis untuk FMIPA UR yang unggul dalam pembelajaran berbasis riset dalam mendukung visi UR sebagai universitas riset 2035.

Menurut Yanuar, yang menjadi catatan yaitu keterbukaan sistem keuangan untuk semua jurusan. Lalu kebijakan yang lahir dari  pemikiran dan masukan semua pihak. Di samping itu, belum dioptimalnya pengelolaan potensi sumber daya manusia FMIPA seperti bidang riset.

“Untuk internal staf pengajar perlunya sistem pelayanan seperti kenaikan pangkat dosen masih perlu dioptimalkan,” katanya.

Calon dekan penyuka musik ini ingin lakukan pembangunan suatu sistem untuk mengatur semua alur logis jenis, bentuk, pelaksana, model evaluasi, reward dan punishment, pelaporan dan pertanggungjawaban terhadap yang dilakukan FMIPA UR untuk memberikan layanan yang prima di bidang akademik maupun non akademik.

Yanuar mengaku tak punya usaha dan bisnis di luar kampus. Katanya  tak punya bakat di bidang bisnis. Itulah yang membuat ia fokus pada bidang akademik saja.

KETIGA, Erwin. Ia dilahirkan di Kerinci, tepatnya di Sungai Penuh pada 10 Agustus 1962 silam. Sama seperti Yanuar, mengawali studi sarjana  di Jurusan Fisika FMIPA UR. Kemudian ia melanjutkan program Magister. Kali ini tak lagi di negeri sendiri. Ball State University (BSU) Indiana, Amerika Serikat jadi pilihan. Pendidikan terakhir Doktor didapat dari Salford University, Inggris.

Erwin mengawali karir sebagai dosen fisika FMIPA UR sejak 1988. Pernah menjabat Sekretaris Jurusan Fisika pada 1995 hingga 1998, Ketua Jurusan Fisika dua periode mulai 2007 hingga 2014.

Delapan tahun malang melintang di UR, ia dinobatkan sebagai Dosen Berprestasi II tingkat universitas pada 1996. Terakhir, dikukuhkan sebagai Guru Besar pada 1 Desember 2012 dengan judul disertasi Magnetic and Microstructural Properties of Cosm Layer and Multilayer Film.

Selain bidang akademik, ia juga merambah dunia bisnis seperti usaha indekos dan cafe yang berlokasi di Panam. Menjadi lurah di Kelurahan Simpang Baru, Panam. “Lurah versi masyarakat,” sebutnya.

Dengan motivasi ingin menyumbangkan pemikiran untuk kemajuan FMIPA ke depan serta dorongan dari para sahabat, ia mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di FMIPA. “Saya punya kemampuan dan dukungan dari banyak pihak, terutama dari fisika sendiri.”

Erwin paparkan yang harus ia perbaiki di FMIPA.  Pertama mengenai laboratorium, terutama bagian teaching. Dosen pengampu harus mendampingi berjalannya proses praktikum. Juga, peralatan pendukung harus ditambah dan ditingkatkan.

Kedua, soal transparansi keuangan FMIPA.  Aliran dan sistem pembagian uang untuk masing-masing jurusan harus terbuka agar jelas dan tak ada kecurigaan. Ketiga yaitu accountibility. Semua pekerjaan harus dapat dipertanggungjawabkan, terutama masalah keuangan. “Selama ini kan kita tidak tahu bagaimana sistemnya.”

Kemudian masalah keadilan. Dosen ataupun pegawai dengan kinerja bagus akan diberi penghargaan. Sebaliknya, mereka dengan kinerja buruk akan diberikan semacam punishment.

Terakhir, penerimaan dosen dan pegawai harus diumumkan secara terbuka.

Calon dekan nomor urut tiga ini mengaku tak punya visi dan misi khusus. Ia hanya akan menjalankan visi dan misi dari UR dan FMIPA. Program utamanya menjadikan FMIPA sebagai fakultas nomor satu di UR dalam rangka ikut mendorong UR menjadi universitas riset.

Menurut data penyelesaian studi S1 FMIPA, contohnya biologi yang rata-rata menamatkan studi selama 4,39 tahun dengan lama penyelesaian tugas akhir 0,92 tahun. “Inilah bukti bahwa peralatan pendukung yang tak memadai,” keluh Erwin.*