Tahapan pemungutan suara pada Pemilihan Raya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2020 telah usai. Namun, Panitia Pemilihan Raya Fakultas (PRRF) belum mengumumkan hasilnya.  Gubernur dan Wakil Gubernur Mahasiswa terpilih baru akan diumumkan selang tiga hari, sejak pemungutan suara 19 November lalu.

Agung Dermawan Ketua PPRF katakan, ada 3861 mahasiswa FISIP yang menggunakan hak suaranya. Namun 86 suara dinyatakan hangus karena memilih lewat batas waktu.

Data yang disampaikan Agung berbeda dari tampilan data di situs web Pemira FISIP. Dari 5203 daftar pemilih tetap, hanya 3797 mahasiswa yang gunakan hak pilihnya. Sisanya 1406 mahasiswa tak memilih.

Pemira Fisip tahun ini diikuti dua pasangan calon (paslon). Pasangan nomor urut 1 Muhammad Ali Akbar dan Laposa Mirta Dea Roja. Masing-masing dari Jurusan Administrasi Publik dan Hubungan Internasional angkatan 2018.

Sedangkan Muhammad Abdul Yazid mahasiswa Sosiologi 2017 berpasangan dengan  Rafis Fajri Jas dari Administrasi Publik 2018 di nomor urut 2.

Pemilihan dilakukan  dengan sistem e-voting di laman website pemirafisipunri.com. Situs web  pemilihan dibeli sudah jadi. Panitia tinggal menyesuaikan dengan kebutuhan.

“Ada dari panitia punya kawan, dari kawannya itu lah,” kata Agung.

Mahasiswa dapat login menggunakan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) sebagai username. Lalu NIM ditambah tanggal dan bulan lahir sebagai sandinya. Pemilihan dijadwalkan berlangsung mulai pukul delapan pagi hingga empat sore.

Fasha Pratama tim sukses paslon 1 berikan saran mengubah sistem masuk pada situs web pemilihan. Mereka menilai web tersebut rawan bocor dan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Namun, sampai pada penandatanganan berita acara tentang tata cara pemilihan dan login, panitia tidak mengubahnya karena yakin dan beranggapan akan aman-aman saja,“ kata Fasha.

Muhammad Farrel Ketua Panitia Pengawas atau Panwas katakan, sistem yang dirancang sudah diusahakan sebaik dan sesempurna mungkin. Sudah dipastikan juga kepada seluruh mahasiswa FISIP dan PPRF. Namun ia mengaku baru pertama kali juga melakukan kegiatan ini.

“Belum ada gambaran lebih jelas tentang bagaimana proses yang dialami.”

Hingga saat hari-H pemilihan, sejumlah laporan masuk ke PPRF. Di antaranya kesulitan login dan beberapa mahasiswa laporkan belum belum melakukan voting, tapi hak suaranya sudah terpakai.

Mengatasi hal ini, PPRF mengimbau mahasiswa yang terkendala agar menghubungi panitia. Panitia akan me-reset ulang akun yang bersangkutan agar dapat memilih. Syaratnya, mahasiswa harus menunjukkan Kartu Rencana Studi, NIM, dan foto diri. Setelah itu, mahasiswa mendapatkan hak pilihnya kembali.

Ahlunazari Hampratama Wakil Ketua PPRF ceritakan mulanya panitia temukan satu perangkat dengan IP Address yang sama, melakukan voting lebih dari satu kali. Panitia memberhentikan pemungutan suara untuk terlebih dahulu menelusuri hal ini. Penundaan diumumkan melalui akun Instagram @pemirafisipunri2020 sekitar pukul dua siang.

Pengumuman penundaan e-voting pemira fisip unri 2020
Pengumuman penundaan e-voting Pemira FISIP UNRI 2020

“Memang keterbatasan dari kami juga. Sudah terlacak, lokasinya di Pekanbaru. Cuman, Pekanbaru-nya di mana, ya memang sulit dilacak.”

“Login, logout, login, logout gitu dia. Karena diduga ada kecurangan, makanya ditunda,” tambah Agung.

Kata Agung, lebih dari seratus mahasiswa menghubungi panitia karena kesulitan masuk ke situs web. “Tapi yang udah terpakai suaranya tanpa mem-voting, gak sampai seratus,” katanya.

Ia jelaskan, suara tersebut tak condong hanya ke salah satu paslon, namun ke keduanya.

“Dibilang memihak ke sini gak bisa, ke satu lagi juga gak bisa,” tambah Pratama.

Saat dikonfirmasi mengenai indikasi pelaku, Farrel katakan tidak mengetahuinya.  Panwas dan PPRF sudah minta klarifikasi dari kedua paslon. Keduanya mengaku tidak melakukan kecurangan tersebut.

“Pesta demokrasi ini diselenggarakan bersih, terbuka, dan ada diskusi setiap hari. Jadi kami menyimpulkan ada indikasi orang ketiga yang sengaja ingin mengacau, di luar PPRF dan Panwas. Misalnya, dia punya data-data mahasiswa FISIP, data itu yang dimainkannya.“

Sebelumnya, Panwas telah menerima laporan terkait jatuhnya spanduk kampanye salah satu paslon. Paslon bersangkutan menuduh lawannya sebagai dalang. Dari hasil penelusuran Panwas, Farrel katakan memang kualitas spanduknya yang tidak bagus, sehingga mudah lepas.

Fadel Muhammad Azhari, salah satu tim sukses paslon 02 mengaku sejak awal sudah mendapatkan gangguan. Sebelum pelaksanaan kampanye, ia menerima pesan WhatApp mengatasnamakan PPRF. Isinya menanyakan bagaimana strategi politik yang akan dijalankan timnya. Setelah dikonfirmasi kepada panitia, hal itu tidak benar. Panitia mengaku tidak pernah mengirimkan pesan tersebut.

“Kemudian oknum tak bertanggung jawab ini masuk ke grup mahasiswa baru. Memframingkan paslon sebelah dan menjatuhkan kami secara frontal,” tutur Fadel kala dihubungi Jumat malam.

Akan tetapi, ia tak bersedia memberikan bukti saat kru Bahana meminta rekaman layar pesan tersebut. Ia berdalih bahwa bukti sudah diberikan kepada panitia.

Fasha Pratama menunjukkan 11 bukti percakapan via WhatsApp dari mahasiswa yang mengaku suaranya hilang tak bisa memilih.

Kru Bahana juga coba menghubungi beberapa mahasiswa FISIP untuk tanyakan hal ini. Salah satu narasumber katakan sudah login ke laman voting pukul 17.44. Ketika hendak memilih, ternyata tidak bisa karena haknya sudah terpakai. Ia mengaku tidak melaporkan ke panitia karena tak dapat informasi.

“Saya kira gak jadi masalah,” ucap narasumber yang tak mau disebut namanya.

Meskipun paslon 01 beserta tim suksesnya merasa keberatan jika dilanjutkan, pemilihan kembali dibuka pukul 17.00 hingga 19.24 WIB.

Sampai Jumat malam, paslon 01 tidak bersedia menandatangani berita acara dan hasil perhitungan suara. Fasha katakan pihaknya sedang mengumpulkan bukti terkait kecurangan yang terjadi.

“Kami gak mau. Karena kalau sudah ditandatangani dan mendapatkan bukti pelanggaran, kami tidak bisa menuntut,” kata Fasha.

Reporter: Andi Yulia Rahma, Tegar Pamungkas

Editor: Annisa Febiola