Jumat (12/12), Kapolda Riau dan Kapolresta Pekanbaru silaturrahmi sekaligus permintaan maaf secara terbuka kepada mahasiswa dan masyarakat Riau. Dimulai pukul 2 siang di Lantai IV gedung Rektorat Universitas Riau. Hadir Kapolda Riau, Kapolresta Pekanbaru, dan beberapa organisasi masyarakat islam.
M.Ihsan Hidayat buka acara dengan membacakan ayat suci al-qur’an. Zulfa Henri selaku Koordinator Gerakan Rakyat Riau Menuntut (Gerram) beri sambutan. Ia sampaikan prolog insiden pemukulan mahasiswa di Radio Republik Indonesia atau RRI, Selasa (25/11) lalu. Kata Zulfa kejadian tersebut tidak di sangka karena selama ini mahasiswa menganggap polisi adalah mitra.
Dia menyebutkan hasil kesepakatan pertemuan 29 November antara kepolisian dan mahasiswa. Yang pertama melakukan permohonan maaf secara terbuka dihadapan mahasiswa, umat islam dan media massa. Kemudian menindak tegas secara hukum anggota kepolisian yang melakukan tindakan pemukulan dan perusakan fasilitas termasuk mushola. Ketiga, bertanggungjawab atas kerusakan fasilitas dan sarana prasarana. Terakhir bertanggung jawab atas pengobatan luka yang dialami korban.
Zulfa berharap kedepannya agar Kapolda dan Kapolresta menekankan pada setiap anggota kepolisian insiden pemukulan tersebut tidak terulang lagi apabila ada aksi damai dari mahasiswa.“Disadari atau tidak, diakui atau tidak, aset termahal republik ini ada di kaum muda,†tegasnya.
Kapolda Riau Brigjen Pol Dolly Bambang Hermawan katakan bahwa insiden tersebut bukan peristiwa yang disengaja melainkan karena keteledoran. “Kita bertekad kedepan untuk perbaiki sistem,†ujarnya.
Usai pembacaan doa acara diambil alih oleh pihak kepolisian. Mereka sampaikan sosialisasi mengenai keamanan dalam berkendara, dan ajak seluruh undangan berdiri dan ucapkan saya pelopor keselamatan berlalu lintas.
Ketika anggota kepolisian di persilahkan maju untuk bersalaman dengan mahasiswa, salah seorang anggota Front Pembela Islam (FPI) maju dan mengambil mikrofon. Ia sampaikan 5 tuntutan. Pertama FPI minta permintaan maaf diulang, kedua tekankan bahwa perang di masjid tidak diperbolehkan. Selanjutnya, dia mengajak kepolisian untuk bertaubat kepada Allah SWT dan Rasulnya. Keempat, dia mengharapkan agar insiden pemukulan tidak terulang dan terakhir katanya jadilah institusi yang menegakkan kebenaran.
Mengangapi tuntutan FPI, Dolly Bambang Hermawan menjawab bahwa permintaan maaf terhadap umat islam dan masyarakat Riau sudah disampaikan lewat media. Kapolresta juga sudah mengadakan pertemuan dengan Majelis Ulama Indonesia. “Acara siang ini khusus silaturrahmi dengan mahasiswa,†jelasnya .
Taufik—Anggota Gerram dan Advokasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO menyayangkan tidak adanya kejelasan mengenai proses kasus dari Kapolda dan Kapolresta dibahas pada silaturrahmi ini. Menurutnya acara ini hanya sebatas ceremonial. Ia berharap di momen ini seharusnya Kapolda bisa duduk bersama untuk membahas permasalahan, dan menerima tuntutan Gerram.
Hal serupa di katakan oleh Sandika, Advokasi Himpunan Mahasiswa Kabupaten Rokan Hilir (Himaperohi). Menurutnya kepolisian hanya sebatas bersilaturrahmi karena tidak ada kejelasan yang disampaikan mengenai kasus pemukulan tersebut. Ia berharap adanya jaminan tegas dari kepolisian bahwa kedepan mahasiswa dapat melakukan aksi dengan aman. “Jangan nanti kita mengajak kawan-kawan aksi malah takut,†ujarnya. #Ayhesa Adma