Tertanggal 8 Maret lalu, jabatan Direktur Rumah Sakit Universitas Riau (RS UNRI) beralih tampuk kekuasan. Setelah sebelumnya dipegang oleh Zulharman, kini posisi itu resmi berpindah kepada Surya Hajar Fitria Dana.
Pengangkatan ini dihadiri seluruh staff medis dan nonmedis rumah sakit. Turut pula bergabung Iwantono selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.
Bergelar Dr. Surya Hajar Fitria Dana, Sp.P(K)., FCCP., FISR, ia harapkan RS UNRI dapat menjadi rumah sakit pendidikan. Utamanya mendidik Sumber Daya Manusia UNRI.
“Ke depannya kita akan melayani semua pasien umum, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Tenaga kerja, BPJS Kesehatan, dan asuransi,” pungkasnya.
Surya lahir di Binjai pada 21 September 1974. Ia merupakan seorang Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. Sejak 2011, ia mantap berprofesi sebagai dokter, terhitung sudah 11 tahun. Gelar dokternya pun didapatkan setelah mengenyam pendidikan di Universitas Andalas, Padang.
Semasa menjadi tenaga pendidik di Fakultas Kedokteran (FK) UNRI, relasi organisasi pria berumur 47 tahun ini terbilang luas. Buktinya, Surya bergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Sejak 6 bulan lalu, ia menjabat sebagai wakil ketua. Selain itu, juga sebagai Ketua Tim Tanggap Bencana PDPI. Terakhir, tentunya aktif bergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia.
Kerja-kerjanya tak berhenti sampai di situ. Pada 2018 saja, Surya melakoni sebagai dokter praktik untuk memberikan pelayanan pasien di RS Aulia Pekanbaru.
Usai dilantik pada 5 April, Surya mulai menjalankan tugas barunya. Langkah awal dimulai dengan berbenah tata letak properti rumah sakit sampai melengkapi spesialis. “Mesti lari sekencang-kencangnya untuk mencapai ketertinggalan kemarin.”
Direktur baru RS UNRI ini mulai tunjukkan aksinya dengan rencana gebrakan yang sudah disusun apik. Surya hendak menjadikan RS UNRI sebagai rumah sakit pendidikan. Tak hanya FK saja yang dilibatkan. Beberapa fakultas seperti Teknik, Pertanian, dan sebagainya untuk dididik. Rencananya pun RS UNRI akan dijadikan tempat penelitian. Bahkan katanya, RS UNRI akan dibangun menjadi rumah sakit andalan, tak hanya sekadar rumah tidur semata.
“Dengan segala potensi yang ada, program ini akan segera diwujudkan. kita ada limbah, bisa belajar di sini. kalau perlu mereka magang di sini, penelitian di sini juga,” ucap Surya.
UNRI merupakan salah satu dari 21 universitas negeri yang diamanahkan mendirikan rumah sakit pendidikan. Kepemilikannya pun di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut Surya, SDM UNRI dirasa sudah mumpuni. Buktinya saja tenaga medis spesialis bertambah dua orang. Totalnya menjadi dua belas dalam kurun waktu tiga minggu.
SDM yang ada harus menjadi faktor pendukung perkembangan RS. Perlu ada kegiatan penelitian, magang, maupun lapangan kerja bagi mahasiswa. Harapannya, RS UNRI menjadi rujukan bagi masyarakat Riau.
Selain melihat serba-serbi RS UNRI, letak kampus dinilai Surya cukup strategis. Posisinya di tengah perkotaan yang padat penduduk. Selain itu mudah diakses sebagai faktor pendukung
“Kita betul-betul fokus melayani, terutama civitas akademika, masyarakat sekitar,” jelasnya saat ditemui di ruang kerja.
Untuk memaksimalkan terwujudnya RS Pendidikan, kerja sama dengan berbagai mitra mulai gencar dibangun. Di antaranya BPJS tenaga kerja, BPJS Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia, Jasa Raharja, dan semua rumah sakit jejaring. Upaya ini dilakukan guna melengkapi kekurangan yang ada. Tak hanya membangun relasi di luar kampus, Surya jelaskan bahwa kerja sama fakultas juga telah dieratkan.
Sejak keluarnya surat keputusan pemindahan tugas ke RS UNRI, Surya kembali membuka pelayanan klinik pada 9 Maret. Bukanya pun 24 jam, setelah sebelumnya hanya 8 jam. Dalam peningkatan pelayanan, ia ajukan surat kepada Rektor untuk memfasilitasi dan mempermudah civitas akademika UNRI. Baik itu dosen, pegawai, hingga mahasiswa untuk berobat di RS UNRI. Caranya dengan memindahkan BPJS agar terdaftar di RS menggunakan aplikasi mobile Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN mobile merupakan inovasi BPJS Kesehatan untuk mempermudah akses pelayanan fasilitas kesehatan.
“Enggak ada istilahnya bayar-bayar, tetap gratis berobat di sini,” tukas Surya.
Kebijakan tersebut diambil bukan tanpa sebab. Baginya, kebijakan ini menjadi hak bagi civitas akademika maupun alumni untuk menggunakan fasilitas rumah sakit tanpa terkecuali. Bak kata pepatah bahwa UNRI ialah jantung hati masyarakat Riau, maka rumah sakit adalah jantung hatinya UNRI.
“Jantung hatinya UNRI ya rumah sakit,” lanjutnya.
Rencananya, pada 2023 semua universitas yang punya rumah sakit harus menjadi RS Pendidikan. Surya mengamini sudah banyak kampus yang menjadikan rumah sakitnya sebagai RS Pendidikan. contohnya Universitas Sumatera Utara, Universitas Andalas, dan Universitas Indonesia.
Surya ingin, program yang telah dicanangkan berjalan dengan baik. Kerja sama antarstaf internal maupun eksternal yang dibangun diharapkan dapat memajukan RS UNRI menjadi RS Pendidikan yang mumpuni.
“Intinya bagaimana motivasi mereka dan membangun semangat. Insyaallah bisa dibangun,” tutup Surya.
Penulis: Febrina Wulandari
Editor: Firlia Nouratama