Landasan Jurnalis Menulis Berita di Hari Kedua Kenal Bahana

Diklat Kelas Jurnalistik (Kenal) Bahana masuki hari kedua. Tampak peserta telah berkumpul di Ruang Sekretariat Bahana Mahasiswa Universitas Riau pada Sabtu (1/6) lalu. Mereka akan menyantap dua materi dasar untuk menjadi seorang jurnalis.

Pertama 10 elemen jurnalisme. Bahana hadirkan Hasan Basril sebagai pemateri. Menurutnya wartawan adalah pekerjaan yang perlu dedikasi dan tidak bisa dilakukan setengah-setengah.

“Jadi kalau mau jadi jurnalis yang serius, selalu punya semangat tinggi. Jangan terpecah konsentrasinya dengan aktivitas lain,” ungkapnya.

Seorang jurnalis harus memberikan berita yang faktanya sudah teruji, kata Hasan bukan menciptakan spekulasi, menebak-nebak informasi tanpa terbukti kebenarannya.

Ia pun ceritakan tentang elemen jurnalisme yang dijadikan landasan bagi jurnalis saat memproduksi berita. Mulanya hanya terdapat sembilan elemen jurnalisme. Namun, elemen tersebut bertambah dan kini menjadi sepuluh.

Elemen tersebut diantaranya berpihak pada kebenaran, loyalitas utama kepada publik. Kemudian disiplin melakukan verifikasi, menjaga independensi, dan memantau kekuasaan.

Lalu ada memberi ruang bagi publik untuk saling kritik dan berkompromi, membuat hal penting untuk menjadi menarik. Membuat berita komprehensif dan proporsional serta mendengarkan suara hati nurani. Terakhir elemen yang ditambah yakni tanggung jawab terhadap berita.

Sebagai Pemimpin Redaksi GoRiau.com, Hasan bertanggung jawab menyaring berita-berita yang akan dipublikasikan. Hal ini karena setelah dipublikasikan, berita tersebut sudah menjadi tanggung jawabnya.

“Kita ikut bertanggung jawab ketika ada informasi bohong, informasi palsu. Itu tugas sebagai pemimpin redaksi,” tegasnya.

Lanjutnya, sepuluh elemen ini dirumuskan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam karyanya yang berjudul The Elements of Junalism.

Seharusnya elemen jurnalisme ini menjadi pegangan jurnalis dalam menghasilkan karya jurnalistik. Namun, menurutnya seringkali elemen tersebut berakhir diabaikan dengan berbagai alasan.

Ketika dihadapkan pada berita yang memiliki dua sisi berbeda seperti menyangkut kepentingan besar, namun ada kepentingan lain yang dikorbankan. Maka, karena naluri kemanusiaan, Hasan memilih untuk tidak menaikkan berita tersebut.

“Kita dorong bagaimana orang-orang yang bekerja di bidang ini dapat bekerja di bidang lain sampai akhirnya tidak bergantung lagi,” tambahnya.

Materi terakhir ialah Feature. Suryadi selaku pemateri sampaikan materinya di Ruang Aula Rektorat UNRI. Menurutnya feature tidak bisa didefiniskan secara lisan. Perlu satu fokus karena ada sisi kemanusiaan yang diangkat.

Feature itu dapat dijelaskan dari karya yang dihasilkan” ujar Wartawan Mongabay ini.

Untuk menulis feature, Suryadi katakan harus memperhatikan 5W+1H. Yakni what, when, who, where, why, dan how. Yang nantinya menjadi satu fokus untuk dijabarkan.

“Sebuah naskah feature harus punya satu fokus,” ujarnya.

Jelasnya feature tampak seperti pengembangan dari cerita pendek yang memiliki ketentuan tersendiri. Feature mengemas informasi dengan lebih detail, menghibur, awet, panjang, deskriptif, mengandung anekdot, dan berisi kutipan atau dialog.

Untuk teknik penulisan feature, Suryadi ujar ada yang hal yang perlu diperhatikan seperti menyiapkan fokus. Lalu, menyiapkan layout atau kerangka untuk menuju fokus yang diinginkan.

Selain itu, untuk dapat menulis feature maka perlu sering membaca novel. Menurut Suryadi bentuk feature seperti narasi cerita, dengan sering membaca novel dapat memudahkan menulis, karena terbiasa jelasnya.

Terakhir, Suryadi menyampaikan struktur dari feature, pertama judul. Lalu lead, ialah paragraf pembuka di dalam sebuah berita. Penulisan lead dalam feature yang baik, kata Suryadi layaknya umpan kepada pembaca supaya dia penasaran, penuh tanda tanya, dan menarik. Kemudian ada perangkai, body, dan terakhir penutup.

“Pokoknya buat lead seolah-olah kalau pembaca tidak meneruskan membaca sampai akhir, dia merasa tidak puas,” ucapnya.

Suryadi menambahkan kekuatan dari feature yaitu tak akan hilang oleh waktu, “Walaupun kejadian telah berlangsung sebulan, setahun, ataupun beberapa tahun yang lalu, feature tetap dapat menarik perhatian,” tutupnya.

Selepas pemaparan materi, dilakukannya simulasi peliputan. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk akhirnya dievalusi pada hari berikutnya.

Penulis: Ahsan Dzul Fahmi dan Nur Wachida Olivia

Editor: Arthania Sinurat