“Banyak kasus yang terjadi, alat yang tidak ada atau tenaga medisnya yang tidak tau,” kata dr. Yudhistira Kurnia saat kegiatan Understanding the Heart by Learning Electrocardiogram with  Scome, Minggu (4/12) di ruangan Maha Raja Indera Fakultas Kedokteran Universita UR (FK UR).

Dalam acara yang ditaja Center for Indonesia Medical Student Activities disingkat Cimsa FK UR divisi pendidikan dokter, Yudhistira beri kuliah singkat soal pemeriksaan electrocardiogram atau dikenal EKG.

Yudhis—panggilannya, jelaskan didalam tubuh manusia digerakkan oleh energi. Pasien yang berusia diatas 35 tahun, wajib diperiksa jantungnya memakai EKG. Pemeriksaan EKG agar mengetahui sakit yang diderita pasien melalui aktivitas kelistrikan didalam jantung.

Didalam jantung, ada empat lintasan arus listrik yang menyebabkan kontraksi kembang kempis jantung. Sumber pertama kali dinamakan SA node, lalu dihantar ke AV node, kemudian ke berkas his, hingga terakhir serabut purkinje.

Ayu Husna, anggota Cimsa, menambahkan soal kontraksi pada jantung. Ada istilah depolarisasi dan repolarisasi.

Depolarisasi, arus listrik negatif bergerak dari luar ke dalam jantung sehingga jantung akan mengerucut. Sedangkan repolarisasi kebalikannya,  proses arus listrik positif bergerak dari dalam keluar jantung sehingga jantung mengembang.

Yudhis, jelaskan tentang lead, sebuah alat sensor yang mendeteksi arus listrik didalam jantung.  alumni FK UR ini ibaratkan tiga orang cara memandang gajah. Depan, belakang dan samping. Hal ini untuk memudahkan peserta yang campuran angkatan 2014 hingga 2016 dalam memahami lead.

Jumlah lead seluruhnya ada 12. Setiap lead penamaannya berbeda. Ada V1,V2,V3,V4,V5 dan V6. Lalu, aVL, a VF dan aVR. Terakhir, lead1,lead2 dan lead3.

V1 sampai V6 ditempel didada pasien. Gelombang paling besar pada V5 karena arus listrik dari SA node mengarah langsung ke V5. Sedangkan lebih kecil V1 karena meninggalkan SA node. Untuk pemasangan V1 sampai V6 tidak ada aturan. Berbeda dengan aVR, aVL dan aVF harus sesuai aturan. AVR ditempel ditangan kanan, aVL ditangan kiri dan aVF dikaki. Untuk aVF kabelnya bercabang untuk kedua kaki.

Usai Yudhis sampaikan teori dasar EKG, ia lanjutkan cara menggunakannya. Pertama, bagian yang akan ditempel lead diberi semacam gel agar hasil sensor lebih bagus. “Kalau perlu bulu-bulunya dicukur,” terang Yudhis.

Yudhis mengingatkan hal yang harus dihindari sebelum pemeriksaan EKG yaitu besi dan bersentuhan dengan orang lain. Katanya, dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan EKG.

Hasil dari pemeriksaan EKG berupa electrocardiograf. Ia seperti gelombang yang tercetak di garis-garis berbentuk kotak setiap 0,04 detik. Sudah ada ketentuan bentuk baku gelombang pasien yang normal. “Kalau beda dari ketentuannya, maka ada penyakit,” jelas Yudhis.

Yudhis berharap, mahasiswa FK memahami EKG. Sebab didunia kerja nantinya, ilmunya sangat diperlukan. Ia pun buat dua sesi pertemuan. Minggu selanjutnya, ia akan jelaskan analisis gelombang hasil pemeriksaan EKG untuk mengetahui penyakit yang diderita pasien. *Eko Permadi