Memilih Koordinator Fopersma Riau di Lokasi Camping

Forum Pers Mahasiswa (Fopersma) Riau adakan Musyawarah Tahunan (Mustah) di Desa Buluh Cina, 4-5 November 2017. Beberapa Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang hadir ialah LPM Aklamasi Universitas Islam Riau, LPM Bahana Mahasiswa Universitas Riau, LPM Gagasan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska), LPM Komunika Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska dan LPM Visi Universitas Lancang Kuning.

Mustah kali ini dilakukan sambil camping. Pembahasan mengenai evaluasi program kerja Fopersma satu tahun kebelakang, memilih koordinator Fopersma baru dan memberi usulan program kegiatan kedepannya.

Jeffri Novrizal Torade Sianturi sampaikan laporan pertanggungjawaban. Ia jelaskan lebih dulu mengenai sejarah Fopersma. Fopersma dulunya bernama Visi ABG. Diambil dari gabungan huruf awal nama LPM. “Sudah berdiri sejak 1980-an.”

Visi ABG aktif dalam tiap diskusi dan kegiatan jurnalisme. Termasuk saat diskusi bahas kemungkinan dalam Riau Merdeka. Buku Gerakan Riau Merdeka: Menggugat Sentralisasi Kekuasaan yang Berlebihan karangan Heri Suryadi, dijelaskan bahwa setelah adanya gejolak nasional untuk lengserkan Soeharto. Gabungan Pers Mahasiswa Riau acap lakukan diskusi, meski dalam hal ini tak dijelaskan rinci bahwa yang dimaksud adalah Visi ABG.

Visi ABG kemudian vakum di 2006. Lalu dihidupkan kembali pada 2010 dan berubah nama menjadi Fopersma. Alasan berganti nama karena semakin banyak bibit baru pers mahasiswa yang terbentuk di Riau, sehingga Fopersma bisa menjadi wadah.

“Angka 4 diakhir Fopersma merupakan jumlah LPM yang menjadi penggagas berdirinya forum tersebut,” ujar Jeffri.

Usai jelaskan sejarah Fopersma, Jeffri kemudian bahas rancangan program kerja dan program yang terealisasi pada masa kepengurusannya. Ada pengembangan sumber daya manusia lewat pertukaran kru dalam Diklat dasar antar LPM, berbagi informasi pelatihan tingkat lanjut, evaluasi terbitan, memperkuat jejaring dengan media lokal dan nasional serta memanfaatkan blog untuk publikasi liputan bersama.

Namun hingga akhir masa jabatan ada beberapa program kerja yang terkendala seperti pembuatan blog. “Hal ini karena kurangnya komunikasi dengan beberapa LPM yang baru tergabung, takutnya ketika nanti dibuat dan penulisnya itu itu saja, ada kecemburuan sosial,” ujar Jeffri.

Selain itu, evaluasi terbitan juga hanya dilakukan dua kali dalam setahun. Hal ini Jeffri akui karena sulitnya mencari waktu yang pas, juga karena setiap LPM punya agenda yang berbeda-beda.

Perwakilan LPM sampaikan tanggapannya mengenai evaluasi program kerja. Butir rekomendasi juga disampaikan dalam musyawarah diantaranya membuat blog berbayar yang penulisnya Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi dari tiap LPM. Blog berbayar ini diharapkan akan memacu semangat tim penulis. “Karena nanti jika sudah berbayar pasti akan merasa rugi apabila tidak dimanfaatkan,” ujar Rizky perwakilan LPM Bahana Mahasiswa UR.

Annafi Mujawaroh dari LPM Gagasan UIN Suska ajak memanfaatkan media sosial untuk Fopersma.

Rekomendasi lain ialah mengumpulkan daftar LPM yang ada di Riau kemudian mengajak bergabung dalam Fopersma. “Bisa juga kita roadshow ke tiap kampus di Riau untuk adakan pelatihan jurnalistik untuk mahasiswa.”

Kemudian buat diskusi rutin yang membahas isu hangat lokal dan nasional, diskusi ini bisa bersifat internal ataupun terbuka untuk umum serta mengundang serikat pers yang ada di Riau.

Musyawarah berakhir sekitar pukul sebelas malam dengan pembacaan ikrar Fopersma, peserta kemudian beristirahat. Pagi harinya, peserta berkemas dan membersihkan lingkungan sekitar, kemudian pulang. *Rizky Ramadhan