Modus Penipuan Mengatasnamakan Dekan FMIPA

SEBUAH pesan singkat masuk ke telepon genggam Alisyah Kris Rahayu Ningsih. Ia lalu membaca pesan dari nomor yang tidak dikenal di tengah istirahat malamnya, 21 November lalu.

Seseorang dalam pesan tersebut mengaku Adel Zamri, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Riau (UR). Dengan pengetikan kata yang disingkat-singkat, Alisyah mendapat beasiswa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2017 senilai empat juta rupiah atas usul Rektor UR Aras Mulyadi. Tertulis angka 09898747 sebagai kode registrasi.

Masih di dalam pesan, Alisyah harus melapor segera pada Handoko Bagian Keuangan Pendidikan Tinggi (Dikti).  Di akhir pesan,  ia beralasan sedang ada acara sehingga hanya sempat mengirim pesan singkat.

Alisyah tak langsung percaya. Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA  angkatan 2017 ini menanyakan kepada Yani ketua tim PKM. Yani hanya beri saran hati-hati modus penipuan. Ia kemudian menghubungi Handoko sesuai isi pesan. Alisyah mengaku, dengan gaya bicara berwibawa membujuk dan memintanya untuk mengirim kode registrasi dan nomor rekening. Akhirnya Alisyah mengirim permintaan Handoko.

Selang beberapa menit, sebuah panggilan dari nomor yang sama kembali masuk.  Ia menanyakan seberapa jauh jarak rumah Alisyah ke mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Bank Rakyat Indonesia (BRI). Alisyah diperintahkan harus tiba di mesin ATM selama 15 menit. Jika terlambat kode akan hangus. Bersama saudaranya, Alisyah menuju ATM pukul 10 malam.

Sesampainya di tempat yang dituju, ia memasukkan kartu ATM BRI sambil  pegang telepon dengan panggilan yang masih tersambung. Lalu mengikuti instruksi penelepon untuk memilih menu transfer maksimum sampai tersisa batas isi saldo. Ia sama sekali tak curiga, uang senilai Rp.1.149.717 telah dikirim.

Kembali dihubungi nomor yang sama, Alisyah dikatakan gagal melakukan registrasi.  Ia diminta mengirim ulang uang. Alisyah punya uang di buku tabungan Bank Mandiri. Permintaan ini pun dipenuhinya dan mentransfer uang senilai Rp.579.717. Total, Alisyah sudah mengirim Rp. 1,729.434.

Orang lain yang menarik uang di ATM sebelahnya sudah mengingatkan Alisyah hati-hati tindakan penipuan. Namun, ia tak menghiraukannya.

Setelah melakukan transfer uang kedua kali, Alisyah menerima telepon lagi. Di ujung telepon, menjelaskan kekecewaan pihak kampus karena Alisyah tidak sukses melakukan registrasi beasiswa.  “Kamu belum finish, cari ATM bank lain.”

Berhubung tak memiliki saldo di buku tabungan lain, Alisyah kembali ke rumahnya di Kubang Raya. Panggilan berikutnya datang dari seseorang mengaku sebagai Iwantono Wakil Dekan III FMIPA. Ia mengatakan bahwa dapat info dari Handoko, Alisyah gagal dalam registrasi dan pihak kampus merasa kecewa akan hal ini.

“Kampus malu sama kamu,” kata penelepon yang mengaku dirinya Iwantono.

Usai menyampaikan hal tersebut, ia mengancam  jika tak dikirim uang Rp. 1.150.000 maka Alisyah akan di Drop Out (DO) dari kampus. Kali ini, Aliysah tidak memenuhi permintaan dari nomor yang tidak dikenalnya.

Hingga pukul 2 pagi teleponnya berdering. Ia sangat khawatir mendengar ancaman ini.  Karena itu ia segera menghubungi orangtuanya di Batusangkar, Sumatera Barat untuk mentransfer sesuai permintaan.

“Hati-hati, sekarang banyak modus penipuan,” kata Ayah Alisyah. Orang tua Alisyah juga sempat ingin mengirim tetapi tak jadi.

Esok hari, pukul 6 pagi  ia kembali ditelpon dan disuruh menemui Dekan dengan membawa kode registrasi. Sesampainya di dekanat, Ia bertemu Arif, Koordinator Dekanat. Setelah menceritakan kronologis yang dialami, Arif pun menyimpulkan bahwa ini modus penipuan.

Alisyah pun melaporkan kasus ini ke polisi. “Jarang akan ditemukan kembali lengkap dengan uangnya,” kata Alisyah menirukan penjelasan polisi. Ia sangat terpukul dan tak melanjutkan kasus ini.

Alisyah sempat mencoba menghubungi kembali nomor tersebut. Mengirim pesan singkat yang mengungkapkan kekesalan dan kekecewaaannya soal penipuan yang menimpanya itu. Ia heran hingga sekarang nomor masih aktif tetapi tak diangkat  jika dihubungi.

“Semoga tak ada lagi korban setelahku,” harap Alisyah.

KEJADIAN seperti ini juga menimpa Wilki Zone Turnip. Saat tengah memegang telepon seluler, sebuah pesan masuk mengatasnamakan orang nomor satu di FMIPA tersebut, Jumat, awal Desember lalu.

Tak semalang Alisyah, mahasiswa fisika FMIPA  ini telah menduga modus penipuan. Alasannya karena ia tak lolos PKM tahap selanjutnya. Segera setelah menerima pesan, ia langsung bertanya kepada teman-teman untuk meyakinkan dirinya.

“Itu pukul sembilan malam, tak mungkin Dekan bela-belain menghubungi aku malam begitu kan,” ungkap Wilki dengan logat Bataknya. Ia tak bernasib sama seperti Alisyah.

Adel Zamri mengonfirmasi hal ini saat ditemui di ruang kerjanya.  Ia jelaskan bahwa itu adalah kesalahan mahasiswa yang mudah saja percaya pada pesan singkat yang tak jelas. “Kalaupun ada pasti kami mengirimkan surat, tak ada istilahnya melalui pesan singkat.”

Dekan kelahiran Bukittinggi ini sayangkan data UR yang terbuka, bisa diakses siapa saja bahkan tidak diketahui siapa yang mengakses. Tak hanya mahasiswa yang mengalami, dosen pun pernah mengalami bahkan tertipu puluhan juta.

“Meskipun melapor, itu bukan tanggung jawab saya karena yang menipu kan bukan pegawai saya,” tutupnya.*Annisa Febiola