Bangunan berbentuk segitiga dengan nuansa modern berdiri kokoh di depan Gedung Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau (FEB UNRI). One Alumni Coffee—nama kafe itu— hibah produktif dari Wan Muhammad Hasyim atau kerap disapa Suhu Wan. Padanan warna putih dan cokelat pada interior hiasi gerai kopi yang baru saja diresmikan pada Rabu (3/11).
Sehari sebelum peresmian, spanduk terpasang di depan bangunan tersebut. Isinya mempertanyakan landasan berdiri, status kepemilikan, serta pengelolaannya. Suhu Wan katakan, perizinan hitam di atas putih belum rampung seratus persen. Namun begitu, secara lisan sudah sering diucapkan.
Sementara itu, surat-surat untuk kepentingan bangunan yang bernilai Rp 600 juta sudah beres. Jika tidak begitu, ia bilang tentu tidak mau membangun di atas lahan antah berantah. Selain itu, Suhu Wan juga jelaskan bahwa kepemilikan gerai kopi ini akan diatasnamakan UNRI.
Sebelum kampus siap mengelola hibah produktif ini, Suhu Wan dan tim akan terus pantau keberlangsungan gerai kopi itu. Pelaporannya pun kata dia akan transparan. Jika tidak sempat mengelola, timnya akan melaporkan secara berkala ke Suhu Wan dan pihak kampus. Terkait hasil keuntungannya, diserahkan ke bagian pengembangan kemahasiswaan FEB. Suhu Wan tegaskan, ia tidak ikut terima keuntungan.
“Bagi saya semata-mata laba akhirat,†tuturnya.
Menyoal pembagian hasil keuntungan, Sri Indarti—Dekan FEB katakan akan kembali dibicarakan dengan Wakil Rektor (WR) II Bidang Umum dan Keuangan. Nantinya akan ditentukan berapa persenan untuk FEB dan kampus. Ia juga sampaikan kalau gerai kopi ini baru buka. Artinya, masih harus memikirkan biaya operasional ke depannya. Sehingga belum membicarakan mengenai aliran dana.
“Kita lihat dulu selama 3 sampai 6 bulan kedepan kemudian baru dibicarakan soal pendapatan,†ujarnya.
Suhu Wan juga angkat bicara terkait spanduk yang dipasang mahasiswa. Menurutnya, mahasiswa bebas berpendapat dan itu tidak apa-apa. Hanya saja, itulah yang menjadi tantangan bagaimana bisa menjawab tuntutan tersebut.
“Nggak apa-apa. Yang mau maling aja terhalang hujan, apalagi kebaikan,†kata pria yang lahir di Sungai Piring Kabupaten Indragiri Hilir itu.
Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UNRI ini ceritakan, niat pembangunan kedai kopi sudah lama direncanakan. Bahkan jauh sebelum ia terpilih jadi ketua. Peletakan batu pertama berlangsung pada Maret. Hanya butuh waktu delapan bulan untuk menyelesaikan fisik bangunan. Pembangunan dipantau langsung oleh laki-laki yang punya bisnis ritel Idol Mart tersebut.
Tak sendiri, Suhu Wan gandeng Ade Makmursyah, seorang konsultan bisnis. Ia mengurusi perencanaan bisnis dan pengeololan pada tahap awal. Menurut Ade, baru kali ini ada seseorang yang menghibahkan kafe secara menyeluruh kepada kampus.
Ade yang didatangkan dari Jakarta inginkan tempat tersebut sebagai tempat yang nyaman bagi mahasiswa. Mengerti apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Misalnya, menyediakan jaringan internet gratis dan sumber listrik yang memadai. Menurutnya, harga di kedai kopi ini terbilang murah jika dibandingkan dengan yang lain.
Kehadiran kedai kopi Ini tak lantas hanya sekadar ajang kongko bagi civitas academica UNRI. Lebih daripada itu, kata Ade, juga sebagai wadah magang bagi mahasiswa. Katanya, mahasiswa diperbolehkan ikut menjadi bagian One Alumni Coffee, bisa barista dan pelayan. Kini, ada dua mahasiswa FEB dan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik yang bergabung.
Sri Indarti juga jelaskan sekilas koordinasi antara Suhu Wan dengan pihak kampus. Sebelumnya, ia sudah ajak Suhu Wan berkeliling untuk tentukan lahan. Alur koordinasinya dimulai pada Februari lalu. Sri Bersama Suhu Wan datangi Rektor Aras Mulyadi untuk sampaikan niat itu.
Gayung bersambut, Aras mendukung dan menyetujui pembangunannya. Setelah itu, Sri ajak jumpa Syaiful Bahri— WR IV Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Sistem Informasi. Tak sampai situ, urusan ini juga sampai pada WR II Bidang Umum dan Keuangan. Selanjutnya berurusan dengan Satuan Pengawas Internal, tepatnya bagian Rumah Tangga.
“Setelah diukur lahan dan dipastikan tidak mengganggu kegiatan perkuliahan, barulah dibangun,†Jelas Sri yang diwawancarai melalui telepon pada Minggu (6/11).
Teguh P. Hadilala isi posisi Social Media Specialist. Ia ceritakan mengenai rekrutmen karyawan One Alumni Coffee. Lowongan itu ia ketahui lewat media sosial. Sistemnya hanya membagikan brosur kemudian menandai Instagram gerai kopi yang ada di Pekanbaru. Ia mendaftar usai melihat lowongan tersebut di status WhatsApp.
Lanjutnya, pendaftar untuk lowongan barista mencapai 100 orang lebih. Total karyawan yang diterima hanya 7 orang. Meliputi Supervisor, Social Media Specialist, Barista, dan waitress. Sedangkan rentang gaji berkisar antara dua sampai tiga juga rupiah secara umum untuk semua karyawan.
Menyangkut kabar bahwa ada dosen yang belum mengetahui, ia meluruskan bahwa kedai kopi itu memang belum diperkenalkan. Momen peresmian jadi waktu yang tepat untuk memperkenalkannya. Pihak FEB juga akui belum gencar lakukan sosialisasi terkait pembukaan gerai kopi ini, mengingat masih pandemi sehingga komunikasi dengan mahasiswa belum optimal.
Sri juga sampaikan bahwa dana pembangunan One Alumni Coffee tidak sama sekali menggunakan dana dari kantong FEB. Semuanya berasal dari kantong Suhu Wan.
Ade, sebagai konsultan bisnis Suhu Wan menyebut aneh bila projek kampus tidak diketahui oleh civitas academica. “Ke mane aje lu,†ucap Ade dengan logat Betawi.
Penulis: Novita Andrian
Editor: Andi Yulia Rahma