Akrom Mahdi bersama Khariq Anhar maju rebutkan kursi Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Uniersitas Riau (BEM UNRI). Pasangan nomor urut satu ini usung pionir perubahan yang hadir untuk UNRI dan Indonesia.
Bawakan nama Akar, singkatan Akrom-Khariq, konco ini maju lantaran panggilan supaya tak terjadi aklamasi seperti Pemira silam. Kata Akrom, aklamasi tak lain adalah perbuatan yang ditinggalkan penguasa.
Mahasiswa jurusan Menajemen ini inginkan perubahan pada kelembagaan BEM UNRI. Hal yang ingin ia benahi dari dalamnya adalah budaya organisasi yang baik, dengan menghargai waktu dan orang-orang yang berperan dalam kegiatan.
Bukan hanya itu, Akrom inginkan UNRI bebas dari permasalahan. Seperti misalnya kekerasan seksual yang beberapa kali menimpa mahasiswa di UNRI. Persoalan pelecehan seksual yang baru terjadi di fakultasnya pun, ia tanggapi kalau dirinya akan berpihak selalu pada korban. Ia pun telah mengerahkan BEM fakultasnya untuk gerak mendampingi korban.
Sejalan dengan itu, Khariq wakilnya, impikan UNRI yang aman dan nyaman. Berbagai hal perlu disoroti, contohnya perpeloncoan di kelembagaan yang kerap dilumrahkan. Baginya ini adalah bagian dari sistem yang mesti diperbarui.
“Sistem itu mungkin sudah baik, tapi ada bisa ditingkatkan maupun. Bisa untuk lebih baik lagi,” kata Khariq.
Permasalahan lainnya ialah rancangan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum atau PTN BH. Angan-angan Rektor UNRI Sri Indarti ini, kata Khariq perlu diawasi.
“Sebaiknya mahasiswa punya kontrak dengan (pihak) rektorat,” ungkapnya.
Tak tertinggal Khariq jadikan isu lingkungan sebagai isu utama di langkah awalnya.
Beranjak dari sana, keduanya mantap maju berbekal dukungan dari beberapa pejabat di BEM fakultas-fakultas. Tak langsung didapati begitu saja, keluarnya dua nama Akrom dan Khariq ini lewati diskusi yang cukup alot. Aku Khariq, diskusi ini libatkan berbagai gubernur dari fakultas.
Akrom-Khariq, keduanya saling mengenal sejak menjadi mahasiswa baru tahun 2020. Mereka sempat berada dalam organisasi serupa Forum Mahasiswa Bidikmisi dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah UNRI. Namanya tercatat menjabat sebagai gubernur di fakultasnya. Akrom di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sedangkan Khariq di Fakultas Pertanian.
Duet pasangan ini maju bawakan janji bangku kabinet yang diisi dengan warna keragaman. Tidak memandang suku ataupun agama.
Pasangan ini pun janjikan adanya Internasional Expo sebagai salah satu pembaruan di BEM. Ialah perlombaan kancah internasional yang membawa ciri khas dari daerah atau negaranya. Misalnya adu syair yang bisa diikuti Negara Malaysia atau Brunei Darussalam.
Mengenai lanjutan dari program pengurus sebelumnya, pasangan ini ingin lanjutkan kelas relawan dan juga training organisasi tiga.
“Itu sudah bagus, tapi kami ingin menaikkan step nya ke langkah selanjutnya,” jelas Khariq lagi.
Mencontoh dari Universitas Gajah Mada dan Universitas Indonesia yang mengundang calon pemimpin daerah, pasangan ini ingin meniru langkah tersebut dalam kerjanya. Misalnya mendatangkan calon pemimpin Gubernur Riau suatu hari nanti, dan lakukan dialog dengan mahasiswa. Selain mendengarkan visi dan misi, bisa juga membuat adanya perjanjian.
Visi mereka ialah BEM UNRI sebagai pionir perubahan yang hadir untuk Universitas Riau dan Indonesia. Perwujudan visi yang direncanakan Akrom-Khariq ini, dilewati melalui tiga butir misi.
Pertama, hadir sebagai wadah revitalisasi aktivitas mahasiswa Unri yang berorientasi pada ambil peran.
Kedua, hadir sebagai motor pergerakan yang tumbuh dari hati dan merajur kolaborasi antar lembaga selingkungan Unri.
Ketiga, hadir sebagai telinga dan tangan mahasiswa Unri untuk merekontruksi ruang aspirasi yang responsif dan soslutif.
Penulis: Desi Angraini
Editor: Fitri Pilami