Pasangan Arif dan Robby Unggul 63.26 Persen di Pemira FMIPA

Pemilihan Raya (Pemira) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Riau (UNRI) sudah usai. Pasangan calon atau paslon nomor urut 01 Arif Darma Saputra dan Robby Feriko Syahputra menang telak dari rivalnya—Faisal Zakky dan Syahrul Efendi Harahap —nomor urut 2. Kemenangan ini diumumkan lewat Zoom Meeting, pada Rabu (23/11).

Arif dan Robby unggul 601 suara dengan persentase 63.26 persen. Sementara itu, paslon nomor urut 02 peroleh 349 suara atau 36.74 persen.

Ketua Panitia Pengawas atau Panwas Muhammad Aditya Pratama sebutkan, ada 1.131 suara yang masuk dari 2.657 Daftar Pemilih Tetap. Suara sah terhitung berjumlah 950. 181 sisanya dianggap tidak sah. Sebanyak 1.525 mahasiswa memilih untuk tak gunakan hak pilihnya.

Ia jelaskan beberapa hal yang menjadikan suara tidak sah. Salah satunya tidak menyertakan foto Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) saat memilih. Selain itu, mahasiswa hanya menyertakan foto wajah saja, namun tidak disertai foto KTM.

Pasca kemenangan tersebut, Arif dan Robby katakan sangat bersyukur diberi kepercayaan oleh masyarakat FMIPA. Tetapi, mereka rasa ini belum menjadi sebuah pencapaian. Sebab, keinginan keduanya ialah mampu mewujudkan FMIPA semakin baik.

“Masih ada sedemikian harapan dan tugas yang harus diemban, ” ujar Arif, mahasiswa fisika angkatan 2019 ini.

Arif ceritakan kalau mereka sempat mendapatkan tekanan yang menjatuhkan kredibiltas dia dan rekannya. Seperti video kampanye Tiktok yang disunting dengan tulisan ‘jangan pilih saya’. Arif mengaku, ia dan Robby saling menguatkan. Mereka berusaha untuk tidak terlalu menggubris. Pun menganggap hal itu sebagai bentuk ekspresi demokrasi saja.

Berkenaan dengan visi misi mereka, salah satu langkah awal yang akan dilakukan adalah mengembalikan marwah Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA sebagai lembaga yang bernuansa saintis muda. Sesuai dengan budaya dan iklim fakultas. Maksudnya, sebagai agent of change dan iron stock isu-isu di universitas dan nasional. Mereka juga tidak melupakan budaya fakultas FMIPA yang banyak berjibaku dengan riset, penelitian, dan analisis.

“Iklim fakultas yang banyak bersaing menghasilkan akademisi yang berprestasi. Maka kami ingin menyediakan wadah yang seluas-luasnya untuk mahasiswa berproses,” tambahnya.

Selain itu, paslon terpilih ini juga berkeinginan mengubah stigma mahasiswa yang menganggap BEM FMIPA tidak lebih sebatas Event Organizer. Caranya dengan menghadirkan interaksi lewat jalur koordinasi melalui Dewan Perwakilan Mahasiswa dan seluruh Himpunan Mahasiswa Jurusan. Tujuannya agar tercipta harmonisasi dan tidak ada agenda yang tumpang tindih.

Gebrakan baru selanjutnya adalah melahirkan Careers Unit, Backing and Communication atau CUBIC. Program ini akan melakukan pengkajian, pengembangan, serta pendampingan kepada civitas akademika FMIPA UNRI. Hal ini menunjang kemampuan pengelolaan karakter, kemampuan lunak, prestasi, dan kemampuan berinteraksi.

Sementara itu, pada bidang pengabdian akan ada program Balistik Akademika dengan Teknologi Informasi atau disingkat BAKTI. Kegiatan ini menghadirkan ekspedisi mahasiswa untuk kepedulian terhadap daerah-daerah yang membutuhkan perhatian. Mahasiswa umum dapat memantau serta berkontribusi langsung melalui situs yang akan dibuat nantinya.

Program kerja lainnya yang akan dilaksanakan ialah TIKAM atau Tim Kerja Advokasi Mahasiswa. Selain itu, ada APA KABAR MIPA atau Ayo Kajian Bareng MIPA.

***

Tiga pekan lalu, pesta demokrasi FMIPA dimulai. Pendaftaran bagi gubernur mahasiswa (gubma) dan wakil gubernur mahasiswa (wagubma) dibuka s2lama seminggu. Begitupun dengan Dewan Perwakilan Mahasiswa atau DPM. Terhitung mulai 4 hingga 10 November.

Sebelum itu, Panitia Pemilihan Raya Fakultas atau PPRF lakukan pengenalan Pemira sebagai langkah awal. Mimbar bebas dan sosialisasi akbar menjadi dua langkah yang dipakai. Kegiatan ini berlangsung secara virtual melalui Google Meet. Tujuannya mendukung demokrasi. Pun memberikan informasi kepada mahasiswa terkait aturan Pemira.

Pada tahap verifikasi berkas, sebanyak empat pasang bakal calon mendaftar. Antara lain ada Ardi Kurniawan dan Rendi Herliyansah. Masing-masing dari jurusan Matematika dan Kimia. Lalu, Arif Darma Saputra dari Jurusan Fisika bersama Robby Feriko Syahreza dari Jurusan Matematika. Faisal Zakky menggandeng Syahrul Efendi Harahap. Keduanya dari Jurusan Fisika dan Ilmu Komputer. Terakhir, Nanda Eka masih dari Jurusan Fisika dan rekannya dari Ilmu Komputer—Raju Willy. Sedangkan untuk DPM, sebanyak 25 orang mendaftarkan diri.

Usai pendaftaran tutup, hanya tiga pasangan calon gubma saja yang berkasnya sampai kembali ke tangan panitia. Mereka adalah pasangan Ardi Kurniawan-Rendi Herliyansah, Arif Darma Saputra-Robby Feriko Syahreza, dan Faisal Zakky-Syahrul Efendi Harahap. Padahal, setiap pasangan bakal calon mesti kembalikan berkas formulir yang telah diambil. Sedangkan DPM, tersisa 21 orang lagi.

“Hanya 21 orang calon anggota DPM dan 6 orang calon gubma dan wakilnya yang mengembalikan berkas,” pungkas Muhammad Hardiansyah selaku Ketua PPRF.

Lanjut ke tahap verifikasi. Ketua PPRF, Ketua Panitia pengawas (Panwas), Steering Committee (SC), dan satu orang perwakilan dari masing-masing tim sukses ikut menjadi saksi. Pasangan Ardi dan Rendi dan Willy harus gugur di tahap ini.

Hardiansyah jelaskan beberapa penyebab bakal calon calon gugur. Di antaranya pengembalian berkas tak sesuai jadwal yang akhirnya ditolak panitia. Ada pula yang tak kembalikan berkas persyaratan. Hal ini sangat disayangkan panitia, sebab telah mengingatkan bakal calon setiap lini masa dalam Pemira.

“Dikarenakan mereka telat dan tidak lagi di jam prosedur verifikasi, berkas mereka kami tolak,” ucapnya.

Sementara itu, Muhammad Aditya Pratama selaku Ketua Panwas tambahkan bahwa ada beberapa laporan yang masuk. Masalahnya pun masih sama, bakal calon tak terima berkasnya ditolak. “Mereka melakukan aduan ke Panwas.”

Lebih lanjut, Adit menyebut jika Panwas selalu hadir dalam setiap rangkaian acara Pemira. Baik yang dilakukan penyelenggara ataupun dari anggota PPRF. Panwas, katanya, selalu berkontribusi, mengawasi, serta menjaga jalannya demokrasi agar tetap kondusif.

“Melindungi PPRF dalam sebuah lingkaran agar PPRF itu tidak ke luar dari landasan aturan yang telah ditetapkan,” tambah Adit.

Bakal calon yang lolos verifikasi akan ikuti tahap uji kelayakan. Tahap ini berupa uji wawasan kepemimpinan dan umum. Pelaksanaannya dilakukan oleh Tim Kelayakan Dan Kepatutan DPM FMIPA.

Untuk sistem pemungutan suara, panitia bekerja sama dengan Pusat Komunikasi Unit Pelaksanaan Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi atau UPT TIK, sebagai penyedia server dan database-nya. Nantinya uji kelayakan server akan dilakukan. Mereka juga bekerja sama dengan pihak dekanat sebagai penyedia data email mahasiswa FMIPA.

Terkait cara memilih, kata Adit, mahasiswa sebagai Daftar Pemilih Tetap akan diberikan pranala pada hari pemilihan. Untuk memilih, mahasiswa harus mendaftar menggunakan Nomor Induk Mahasiswa dan email student. Barulah kode One Time Password akan diberikan.

Selain itu, para pemilih nantinya juga akan tetap melakukan beberapa persyaratan seperti berswafoto dengan KTM. Pun harus sesuai dengan kriteria oleh panitia.

Hal serupa juga dipaparkan Dimas Subaktianto, Anggota Kelompok Studi Linux sebagai penyedia server. Katanya, sistem yang digunakan pada Pemira FMIPA sama dengan Pemira UNRI lalu. Masih memakai sistem E-Voting.

“Alurnya sama, cuma nanti akan dikondisikan sesuai dengan event yang berlangsung,” tuturnya.

Dimas juga bilang, persiapan sistem sudah matang. Bahkan belum ada kendala sampai sehari jelang Pemira.

“Tinggal pelaksaannya saja besok,” tutup Dimas saat diwawancarai kru Bahana (22/11).

Di hari pengumuman dan penetapan hasil Pemira, Adit katakan proses dari awal hingga hari pemilihan berjalan lancar dan kondusif. Ini juga merupakan momentum menumbuhkan masa-masa demokrasi yang telah lama hilang. Sebab, FMIPA sudah lama tidak mengadakan Pemira.

“Pemira berjalan dengan sangat demokratis. Tidak ada kendala serius, paling terkait jaringan masing-asing saat melakukan vote, karena kita kan online.” tutupnya.

Penulis: Fani Oktaviona, Almuhaimin Kembara Elmarbuni

Editor: Firlia Nouratama