Ishlahul Fikri dan Zulfajri maju dalam perebutan kursi nomor satu dan dua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau (BEM UNRI). Pasangan nomor urut 01 ini bawa isu keberagaman dan keterbukaan di kepengurusannya nanti.
Fikri bilang, akan beri kesempatan bagi semua mahasiswa yang akan gabung jadi pengurus BEM UNRI. Ia juga berjanji akan merangkul semua golongan tanpa memandang suku, agama, juga ras.
Mahasiswa Ilmu Kelautan angkatan 2017 ini mengklaim telah buktikan adanya kemajemukan dalam kepengurusannya di BEM Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK). “Bisa dilihat dari struktur kepengurusan BEM saya, sudah diterapkan di sana [BEM FPK],†kata Gubernur BEM FPK nonaktif ini.
Senada dengan Fikri, Zulfajri mengaku kecewa dengan kepengurusan BEM UNRI kini. Ia menilai, BEM tak mampu merangkul semua kelembagaan mahasiswa. Fajri beri contoh, BEM UNRI tak pernah melibatkan BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dalam dua kali persiapan aksi. Saat itu, Fajri jadi Kepala Dinas Sosial Politik di BEM FISIP.
“Seharusnya, BEM UNRI hadir merangkul semua,†harap mahasiswa Ilmu Pemerintahan angkatan 2018 ini.
Selain isu keberagaman, keduanya maju ke palagan lantaran resah melihat Pemilihan Raya atau Pemira dua tahun belakangan selalu aklamasi. Juga dominasi kelompok tertentu di kampus UNRI. “Beberapa tahun terakhir ini itu saja yang mendominasi,†sambung Fikri.
Berangkat dari sana, keduanya mulai aktif berkumpul membentuk koalisi yang mengusung jargon Berdikari ini. Arya yang mengetuai Tim Pemenangan Paslon 01 sebutkan ada lima BEM fakultas yang mendukung pencalonan Fikri-Zulfajri. Kelimanya dari FPK, FISIP, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta beberapa presidium BEM Fakultas Hukum.
Dua nama Fikri dan Fajri tak didapat begitu saja. Cerita Arya, prosesnya memakan waktu hingga 40 hari. Sebelumnya, gubernur dan mahasiswa dari beberapa fakultas berkumpul membahas pencalonan. Berbagai hal jadi pertimbangan. Mulai dari internal organisasi, keaktifan di BEM fakultas, serta kesiapan personal. Usai pertimbangan rampung, dapatlah nama BEM FPK yang dinilai siap maju.
Selain itu, Fikri mengaku dapat dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. Alumni dan teman-teman fakultas membuatnya yakin bertarung. “Berkat dorongan dari kawan-kawan fakultas, akhirnya saya memantapkan diri untuk naik,†aku anggota Belukap Mangrove Club UNRI ini.
Sementara itu, Zulfajri dipilih bersanding dengan Fikri atas kesepakatan tim dan hubungan pertemanan yang telah terjalin. Keduanya juga tercatat sebagai anggota organisasi luar kampus yang sama. Fikri kader Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FPK dan Fajri aktif di Komisariat FISIP.
Duet pasangan ini maju dengan program yang tanggap pada isu-isu di lingkup kampus dan di masyarakat. Program itu seperti menyuarakan aspirasi menyoal pergerakan dan kesejahteraan mahasiswa.
Selain itu, juga berkolaborasi dengan pemangku kebijakan guna mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan buat pelatihan jangka pendek. Hal itu disiapkan sebagai bekal keahlian bagi mahasiswa yang muaranya akan turun ke masyarakat. “Dibutuhkan sertifikasi keaktifan untuk alumni nantinya,†tutur Fikri lagi.
Pasangan ini juga buat program desa binaan sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat. Terakhir, Fikri-Zulfajri berencana menggagas pembentukan Kementerian Kesehatan sebagai bidang baru di BEM UNRI. Mengingat, kondisi pagebluk kini yang masih butuh perhatian lebih. Kementerian baru ini akan melibatkan mahasiswa keperawatan atau kedokteran.
“Kawan-kawan kita dari kesehatan kan ada, itu harus dilibatkan,†kata Fikri menambahkan.
Fikri dan Fajri menilai saat ini kelembagaan mahasiswa tengah dihadapkan dengan minimnya minat mahasiswa berorganisasi. Keduanya akan memanfaatkan digitalisasi untuk menarik mahasiswa. Salah satunya melalui video ajakan oleh alumni aktivis kampus.
Visi mereka Menciptakan BEM UNRI sebagai Wadah yang Pluralis, Solutif, Adaptif dan Berdaya Saing bagi UNRI dan Indonesia itu akan diwujudkan melalui 4 butir misi.
Pertama, mewujudkan nuansa organisasi yang solid dan harmonis di lingkungan internal UNRI. Kedua, menjadi wadah pengembangan dalam peningkatan SDM yang kompetitif dan berdaya saing. Ketiga, memperkuat pergerakan mahasiswa yang inklusif dengan kajian strategis.
Menurut Fajri, penguatan terhadap pergerakan inklusif berarti bahwa harus ada kajian yang matang sebelum turun demonstrasi. Selain itu, juga perlu pengetahuan akan manfaat berdemonstrasi. Ketiadaan pengetahuan membuat sebagian mahasiwa enggan ikut aksi, sebab tak mengetahui hakikat andil mereka.
“Diajak demonstrasi, tapi tidak ada hasilnya,†sebut Fajri, salah satu anggota Ikatan Mahasiswa Kuantan Tengah itu.
Adapun misi terakhir mereka mengoptimalkan BEM UNRI sebagai rumah aspirasi pelayanan mahasiswa, juga partisipasi minat dan bakat yang inovatif.
Penulis: Febrina Wulandari
Editor: Annisa Febiola