Sempat diundur akibat kabut asap, Pemilihan Raya Universitas Riau (Pemira UR) akhirnya dilaksanakan pada Selasa (18/3). Pesta demokrasi terbesar di lingkungan kampus UR ini diadakan serentak di seluruh fakultas. Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP), mahasiswa yang terdaftar sebagai pemilih tetap dapat memberikan suaranya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang berada di Ruang Serba Guna.
Pukul 08.00 Â TPS FKIP belum dibuka untuk pemilih. Aditya, Ketua Panitia Pemilihan Raya FKIP mengatakan bahwa keterlambatan dikarenakan berita acara yang tertinggal oleh panitia dan harus dijemput kembali.
Kartini, mahasiswi FKIP jurusan Pendidikan Fisika, dan Syamsiah, mahasiswi FKIP jurusan Pendidikan Ekonomi terlihat sudah menunggu di depan TPS bersama beberapa calon pemilih lainnya. Kartini mengakui bahwa minat mahasiswa FKIP untuk memilih cukup tinggi. Syamsiah mengatakan bahwa ia sudah mantap menentukan calon presiden dan wakil presiden mahasiswa yang akan dipilihnya.
“Diibaratkan, kampus itu adalah miniatur negara. Kalau sebagai mahasiswa saja sudah golput, bagaimana kita bisa terjun ke pemilihan negara yang sesungguhnya,†komentar Syamsiah ketika ditanyai mengenai banyaknya mahasiswa yang memilih untuk tidak memilih.
Pukul 08.13, Pembantu Dekan III FKIP  Syafrial datang untuk memantau. Beliau ingin memastikan bahwa permintaan Forum Dekan untuk penambahan unit laptop sudah dilakukan. Menurutnya, sarana yang disiapkan kemarin terlalu sedikit bagi empat ribuan mahasiswa di FKIP yang akan memilih dengan enam jam waktu yang diberikan untuk pelaksanaan. “Kami ingin menghindari kericuhan. Jika sarananya semakin banyak, kemungkinan minat mahasiswa untuk memilih juga akan meningkat,†paparnya. Jumlah laptop yang digunakan TPS FKIP ada sepuluh unit.
TPS baru dibuka pada pukul 08.34 dan para calon pemilih yang sudah berkerumun di luar ruangan langsung mengantri untuk registrasi.
Sepuluh laptop yang disediakan untuk sarana e-vote diletakkan di deretan meja di tengah ruangan. Diantara masing-masing laptop diberi sekat agar pemilih tidak dapat melihat pilihan pemilih di sampingnya. Namun begitu antrian panjang berada persis di belakang bilik suara dengan pandangan jelas ke arah laptop.
Dari pantuan kru bahanamahasiswa.co terdengar teriakan “Pilih nomor dua!â€. Beberapa kali terlihat juga mahasiswa bergerombol dan membicarakan sesuatu dengan calon pemilih.
Menurut peraturan, pukul 14.00 pemilihan harus sudah selesai dilakukan. Namun pada kenyataannya pemilihan masih dilakukan melewati waktu yang sudah ditentukan. Panitia Pemilihan Raya Fakultas, Panitia Pengawas dan Saksi kemudian berunding untuk menambah waktu pemilihan. Pembicaraan mulai terdengar memanas ketika Saksi dari Calon Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa  (Capresma dan Cawapresma) Nomor Urut 3 menolak usulan tersebut dengan nada suara tinggi. Salah seorang pemilih kemudian tersulut emosi dan terjadi aksi saling dorong. Panitia, Panwas dan Saksi yang berada di sekeliling mereka dengan sigap langsung melerai. Saksi dari Capresma dan Cawapresma Nomor Urut 3 kemudian meninggalkan ruangan dan tidak kembali lagi.
“Itu hanya kesalahpahaman kecil, tidak perlu dibesar-besarkan. Mungkin karena sudah lelah, jadi emosinya mudah terpancing,†komentar Aditya, Ketua PPRF ketika ditanyai perihal peristiwa tersebut.
Pemilihan di TPS FKIP dihentikan pada pukul 14.30. Diketahui kemudian jumlah mahasiswa 4.177 orang dengan 1.673 nama yang sudah tervalidasi dan 1.665 yang menggunakan hak pilihnya. Pasangan capresma dan cawapresma nomor urut 2 menang dengan perolehan 1.494 suara, sementara nomor urut 1 mendapat 56 suara dan nomor urut 3 mendapat 110 suara. DPM terpilih Atqo Akmal dengan perolehan suara tertinggi yaitu 386, diikuti oleh Ridwan Ramadhan Putra 303 suara, Fathur Rozi 301 suara, Nurjamaliah 254 suara dan M. Syafaruddin 199 suara. #Rinai