Pihak Universitas Riau (Unri) membuka kembali Pintu Doraemon, akses masuk yang menghubungkan Jalan Bangau Sakti dengan Fakultas Teknik (FT) Unri, pada Senin (14/10). Mereka menutup pintu berlebar 2 meter itu pada empat tahun lalu, lantaran kecelakaan yang pernah menimpa mahasiswa FT Unri. Pintu Doraemon merupakan pintu kecil yang muat dilewati satu orang saja, terletak di sebelah musala FT.
Sebagai informasi, Unri menyediakan empat jalan masuk yang dapat diakses mahasiswa. Yakni Gerbang Bangau, Gerbang Soebrantas, Gerbang Binakrida, dan Gerbang di SM Amin. Kemudian ada palang di FKIP, yang menghubungkan ke Jalan Binakrida, kemudian Pintu Doraemon.
Baca juga: Akses Masuk FT dari Bangau Sakti Ditutup
Tertutupnya Pintu Doraemon saat itu membawa dampak pada beberapa mahasiswa, terutama para pejalan kaki. Mengingat tak semua mahasiswa Unri datang dengan kendaraan pribadi atau layanan ojek. Beberapanya merupakan pejalan kaki yang memanfaatkan pintu doraemon sebagai jalan masuk alternatif ke kampus.
Mahasiswa D3 Teknik Elektro Fahrul Ichsan salah satunya. Mahasiswa indekos di Jalan Bangau ini memilih berjalan kaki ke kampus, alasan lebih hemat.
“Mengingat ekonomi yang tipis, saya nggak pernah naik ojek online. Karena satu kali ini ojek online, satu kali makan gitu kan, jadi saya jalan kaki. Soalnya kalau naik ojek online tarifnya ada 8-10 ribulah,” ujar Fahrul-sapaannya.
Sehari-harinya, ia membutuhkan waktu 10 hingga 15 menit, bahkan bisa lebih lama apabila harus lewat dari Gerbang Bangau.
Untuk mempersingkat waktu, Fahrul harus melompat pagar beton di Unri yang tingginya kurang lebih 2 meter. Pagar beton itu memiliki pelengkap pecahan kaca tertancap di atasnya. Namun, pada salah satu sisi pagar yang menghadap Simpang Jalan Kamboja, kawat berduri dan pecahan kaca tersebut tampak hilang. Mahasiswa memanfaatkan kekosongan ini sebagai jalur alternatif, meskipun harus menggunakan cara yang tidak lazim dengan melompatinya
Bukan hanya Fahrul, mahasiswa lainnya pun kerap memilih melompati pagar beton untuk mencapai kampus supaya lebih cepat. Baik laki-laki atau perempuan.
“Kalau yang dari laki-laki mungkin udah terbiasa juga kan. Udah yang namanya laki-laki gitu. Kalau dari cewek itu yang kasihan, karena mereka nggak biasa juga manjat (terlebih) karena pakaiannya juga gitu kan,” ujar dirinya prihatin.
Kekhawatiran Fahrul ini karena pernah melihat langsung mahasiswi tergelincir saat berusaha memanjat pagar beton. Fahrul menilai hal itu lantaran oleh tumpuan panjatan, yaitu batang kayu yang disandarkan.
“Jadi yang namanya mahasiswi yang pakai rok, manjat-manjat, terpeleset, terjatuh ke bawah itu pernah saya lihat,” tuturnya.
Tantangan Fahrul belum berhenti. Pagar beton yang biasanya ia panjat kemudian dipasang kawat berduri pada 21 Mei, yang membuat ia dan teman-temannya kewalahan.
Untuk bisa ke kampus, Fahrul dan kawan-kawannya harus mencari cara. Seperti memesan ojek daring dan menumpang temannya. Ia menceritakan ada juga beberapa temannya tidak bisa mengikuti perkuliahan karena terlambat. Ia berharap akses Pintu Doraemon itu kembali terbuka.
“Hilangnyapun (kawat berduri) juga ditempat manjat itu aja, yang lainnya masih ada,” tutur dirinya.
Setali tiga uang, Mahasiswa Teknik Elektro Yuni Shintya saat itu berharap akses pintu doraemon kembali dibuka. Selain supaya lebih cepat tiba di kampus, dengan adanya pintu doraemon para mahasiswa tidak lagi harus melompati pagar beton.
“Jadi memang untuk Pintu Doreamon ini menurut saya pribadi sangat dibutuhkan sih untuk dibuka kembali. Karena rata-rata mahasiswa teknik itu pada ngekos di Bangau, karena kan sebelahan langsung ya dengan Teknik,” kata Yuni.
Keprihatinan BEM FT
Gubernur Mahasiswa FT Unri, Andra Putra Hendri, sempat merasakan keprihatinan kondisi ini. Sebelum pintu doraemon tersebut dibuka, sejak 2021 BEM FT sudah melakukan advokasi. Akan tetapi hanya diberi janji-janji tanpa ada realisasi.
Mahasiswa angkatan 2021 itu menyoroti para mahasiswa yang manjat dari pagar beton. Ia menilai tindakan tersebut ilegal, tetapi tidak mempermasalahkannya.
“Kalau menurut saya pribadi itu bisa dimaklumi. Karena mau bagaimana lagi, tak mungkin mereka enggak kuliah. Apalagi kalau ekonominya yang menengah ke bawah, enggak punya biaya untuk transportasi (ojek online),” Ujar mahasiswa yang kerap disapa dengan Andra itu.
Andra, panggilannya, kemudian membawa permasalahan ini ke BEM Unri. Keluhan ini kemudian menjadi salah satu dari sembilan tuntutan yang dilayangkan BEM Unri saat demo bersempena dengan milad Unri pada Kamis (3/10).
Tambahnya, apabila Pintu Doraemon dibuka Andra tidak akan mempermasalahkan jam operasionalnya.
“Kalau kami nggak masalah pintu yang nggak dibuka 24 jam, asal selama jam kuliah itu masih adalah akses untuk mahasiswa masuk kesini,” jelasnya.
Baca juga: Peraturan Jam Malam di Unri: Tekan Perundungan dan Pelecehan
Sebelum Pintu Doraemon dibuka, Bahana Mahasiswa melakukan survei langsung terkait pintu tersebut. Mengukur sejauh mana Pintu Doraemon berdampak pada mahasiswa.
Dengan metode random sampling, survei itu dibagikan selama empat hari. Sejak tanggal 1-5 Oktober 2024, melibatkan mahasiswa FT sebagai responden. Survei tersebut disebar degan pertanyaan yang sama. Dari 107 orang yang mengisi, sebanyak 106 mahasiswa sepakat Pintu Doraemon dibuka. Hasil ini memperlihatkan dukungan mayoritas mahasiswa terhadap pembukaan kembali akses pintu yang selama ini menjadi jalur penting menuju kampus.
Ada dua pertanyaan disajikan. Pertama, apakah mahasiswa mengetahui tentang Pintu Doraemon. Jika menjawab iya, maka berlanjut ke pertanyaan kedua tentang kesetujuan dibukanya kembali Pintu Doraemon. Akan tetapi jika mahasiswa menjawab tidak mengetahui, pertanyaan selanjutnya tidak diisi.
Respon Pimpinan Unri
BEM Unri dan kelembagaan lainnya telah menyampaikan tuntutan yang ditujukan kepada Rektor Unri pada Kamis (03/10) lalu. Salah satu dari sembilan tuntutan itu adalah dibukanya akses Pintu Doraemon.
“Menuntut pihak Universitas Riau untuk segera membuka akses pejalan kaki Fakultas Teknik,” ujar Presiden Mahasiswa Unri Muhammad Ravi.
Menanggapi itu, Rektor Unri Sri Indarti mengatakan akan membuka kembali akses tersebut. “Tadi saya ngomong dengan WR (Wakil Rektor) II, kita buka nanti akses di Fakultas Teknik,” jelasnya.
Kepala Bagian Umum Hukum Tata Laksana Barang Milik Negara Unri, Tri Gunawan, mengatakan, pihak Rumah Tangga Unri telah memesan pintu tersebut pada Senin (07/10) lalu.
Dirinya memastikan bahwa pintu yang menghubungkan pejalan kaki dari Jalan Bangau menuju Teknik atau sebaliknya akan dapat digunakan pada Oktober ini.
”Sekitar 18 Oktober kemungkinan pintu itu bisa diselesaikan, kecuali ada kendala di lapangan misalnya hari hujan mungkin pekerjaannya (sedikit) tertunda. Tapi dipastikan pada bulan Oktober ini pintu tersebut mudah-mudahan sudah ready untuk dilewati,” ujar Tri—sapaan akrabnya kepada Bahana Mahasiswa pada Jumat (11/10) lalu.
Untuk lebar dari pintu itu sendiri, Tri katakan hanya selebar mahasiswa untuk lewat. Bukan diperuntukkan untuk kendaraan bermotor. Demi mengantisipasi hal tersebut, dirinya jelaskan lebih lanjut akan diberi besi pembatas antara pintu itu.
Tri juga menjelaskan bahwa pihaknya telah menemukan solusi untuk keamanan mahasiswa pada saat melintasi pintu itu. Untuk menghindari kecelakaan seperti sebelumnya, pihaknya akan memasang besi tonggak pengaman orang pada sisi luar pintu.
“Siapa tahu nanti saat orang keluar dari pintu, ada kendaraan dari arah jalan Bangau sakti, kencang. Nah di situ mungkin yang jadi pengamannya tonggak itu,” ujar alumnus Unri itu.
Tri menjelaskan terkait jam operasional pintu itu. Pembukaan dan penutupannya menyesuaikan jam kegiatan di kampus. Untuk penutupannya sendiri akan dilakukan pada jam enam sore.
“Kegiatan kampus itu kan sampai jam 17.00 perkuliahan. Tapi kadang-kadang kan sampai jam 18. Mungkin setelah jam 18 itu ditutup dan dibuka kembali esok harinya di pagi hari,” jelas dirinya.
Pembukaan akses pintu itu menambah jalur orang untuk keluar masuk Kampus Unri. Keamananannya pun jadi sorotan untuk Tri dan tim. Dikarenakan Unri tak dapat menambah Satuan Pengamanan (satpam) pada tahun ini, dirinya mengatasinya dengan menugasi satpam yang ada untuk mengawasi pintu itu.
“Untuk tahun ini sampai dengan Desember kemungkinan tidak ada satpam secara khusus yang ditugaskan di pintu tersebut. Namun kita akan optimalkan, satpam yang ada di parkiran Fakultas Teknik itu untuk ikut mengawasi pergerakan orang di akses alternatif tersebut,” ujarnya.
Tri mengatakan akan segera memperbaiki pagar yang biasa dilompati mahasiswa. Tambahnya pemasangan kawat akan dilakukan. Dengan adanya pintu akses yang disediakan, mahasiswa seharusnya tidak perlu lagi melompati pagar, katanya.
“Kita akan coba perbaiki lagi. Itupun kalo dimungkinkan, bukan pada bulan-bulan ini atau mungkin dalam akhir tahun ini,” jelasnya.
Tri berharap mahasiswa dapat memaksimalkan fungsi pintu akses alternatif ini secara optimal, sembari turut serta menjaga keamanan kampus. Lebih lanjutnya, dia mengingatkan untuk saling mengawasi.
“Supaya bener-bener peruntukkan akses alternatif tersebut benar-benar dimanfaatkan sebagai akses pejalan kaki mahasiswa yang kosnya berdekatan di daerah pintu tersebut,” tutupnya.
Penulis: Afrila Yobi
Editor: Ellya Syafria