Saya minta maaf tidak bisa membuktikan kebenaran pernyataan Sujianto yang menyebutkan UKM Batra pada perhelatan Peksiminas di Kendari.
Saya mendapat panggilan masuk dari nomor 082112792277, sekitar pukul 05.00, Minggu 2 April 2017. Panggilan tersebut tak sempat saya jawab. Saya menghubungi kembali. Rupanya Oktaf Ketua UKM Batra Universitas Riau. Oktaf mengklarifikasi isi berita yang dimuat di bahanamahasiswa.co pada 31 Maret 2017. Judulnya, Plt Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Bahas Anggaran Bersama Kelembagaan.
Saya meminta Oktaf mengirim surat keberatan ke email Bahana dan berjanji akan menerbitkan klarifikasi tersebut. Hingga tengah hari, surat tak kunjung masuk ke email.
Pukul 14.59, panggilan dari nomor yang tidak dikenal kembali masuk ke seluler saya. Nomornya 081261157250. Ternyata Popi Kurniawan alias Pay, alumni sekaligus senior Oktaf di UKM Batra. Ia juga mengeluhkan hal yang sama. Sama halnya dengan Oktaf, saya juga meminta Pay mengirim surat keberatannya ke email Bahana.
Oktaf dan Pay keberatan dengan isi berita Bahana yang menyebutkan kelebihan realisasi anggaran kelembagaan mahasiswa, dari Rp 1,1 miliar jadi Rp 2 miliar pada tahun 2016. Kelebihan ini dikarenakan Batra memberangkatkan 30 orang anggotanya mengikuti Peksiminas di Kendari tahun lalu. Alhasil beberapa kegiatan kelembagaan tak didanai pada tahun tersebut, karena pagu anggaran sudah habis duluan sebelum kegiataan terlaksana semua.
Mereka keberatan dengan kalimat di atas, karena seolah-olah Batra yang menghabiskan dana kelembagaan. Padahal yang berangkat Peksiminas ke Kendari itu bukan anggota Batra, melainkan mahasiswa Universitas Riau yang justru membawa nama universitas. Begitu keberatan mereka yang saya dengar langsung lewat sambugan telepon.
Namun, hingga malam, surat dari Pay maupun Oktaf tak juga masuk ke email. Padahal berbagai komentar terhadap isi berita tersebut mulai muncul di media sosial seperti facebook dan instagram.
Hampir pukul 11 malam, saya menghubungi Hariawan Ketua UKM Koperasi Mahasiswa dan Abdul Khair Ketua BEM Universitas Riau. Sebab, keduanya hadir pada saat pembahasan anggaran bersama Sujianto dan beberapa wakil dekan 3 fakultas. Saya ingin memastikan pada mereka, saat Sujianto selaku Plt Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan bicara dalam forum, menyebut nama Batra terkait keberangkatan 30 orang ke Peksiminas.
Hariawan dengan suara yang kedengaran ngantuk, mengaku tidak ingat betul apa yang dijelaskan Sujianto saat itu. Katanya juga, tidak terlalu mendengar jelas pada saat pembahasan anggaran. Sementara Abdul Khair yang tak menerima panggilan telepon, menjawab pertanyaan setelah saya mengirim pesan lewat akun facebooknya.
Seingat Abdul Khair, memang ada pembahasan mengenai keberangkatan 30 mahasiswa ke Peksiminas. Tapi ia merasa, Sujianto tidak ada menyebut nama Batra terkait keberangkatan tersebut.
Senin pagi 3 April 2017, saya meminta Eko Permadi Redaktur Bahana Mahasiswa menemui Sujianto. Kami ingin memastikan ulang terkait pernyataan Sujianto yang menyebut nama Batra saat membahas jumlah mahasiswa yang diberangkatkan saat Peksiminas ke Kendari.
Begitu juga dengan Oktaf. Sorenya, Eko Permadi langsung menemuinya di Sanggar Batra. Berikut hasil klarifikasi langsung hari itu:
- Kelebihan anggaran bukan Rp 2 miliar. Tapi Rp 250 juta.
- Temuan bukan dari Badan Pemeriksa Keuangan tapi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Riau.
- Sujianto tidak ada menyebut nama Batra. Dia hanya menanyakan pada forum jumlah orang yang berangkat Peksiminas di Kendari.
- Kata Oktaf, hanya 1 orang anggota Batra dari 30 orang yang berangkat Peksiminas setelah melewati seleksi. Selebihnya adalah mahasiswa Univetrsitas Riau yang diseleksi langsung oleh kemahasiswaan. Peksiminas bukan program kerja Batra. Batra hanya membantu kemahasiswaan menseleksi peserta cabang tari dan monolog.
- Setelah pembahasan anggaran, Oktaf menemui Kepala Bagian Kemahasiswaan, menanyakan temuan yang dibahas pada saat bicara anggaran dengan kelembagaan. Menurut penjelasan Kabag Kemahasiswaan, hanya daftar hadir satu kegiatan Batra yang hilang. Sebelum pembahasan anggaran Kamis 30 Maret yang lalu usai, Oktaf diminta melengkapi kembali daftar hadir tersebut.
- Oktaf juga tidak yakin, nama Batra disebut dalam pembahasan anggaran, Kamis 30 Maret.
Klarifikasi di atas kami tulis malam itu juga. Sebelum dipublis di web, Saya bersama 7 kru Bahana lainnya, Jeffri, Eko, Agus, Rizki, Badru, Eka dan Misda diskusi panjang terkait ini.
Pertama, saya mengakui ada kesalahan penghitungan pagu anggaran dan realisasinya pada 2016. Berdasarkan pembahasan saat itu, pagu anggaran kelembagaan mahasiswa Rp 1,1 miliar realisasinya sekitar Rp 1,3 miliar. Seharusnya, kelebihan tersebut terhitung sekitar Rp 200 juta bukan Rp 2 miliar.
Pembicaraan selanjutnya, kami agak kebingungan terkait nama Batra yang disebut dalam pembahasan anggaran saat itu. Pasalnya, dari beberapa kelembagaan yang hadir, ketika ditanya juga kurang yakin nama Batra disebut. Sebagaimana yang saya ceritakan di atas. Sementara, dicatatan saya ada tertulis nama Batra. Jeffri juga sependapat dengan saya.
Saya kemudian menceritakan kronologis pembahasan anggaran pada saat itu. Singkat cerita, saat mendengar Sujianto menyebut nama Batra memberangkatkan 30 orang anggotanya ke Peksiminas, saya sempat mencolek Oktaf yang duduk bersebelahan ketika itu. Kira-kira pertanyaan saya ke Oktaf waktu itu, begini:
“Betul 30 orang yang berangkat?†sambil saya mencolek bahunya.
“Betul bang. Tapi Saya tak berangkat doh,†jawab Oktaf.
Namun, Oktaf berpendapat lain. Dia merasa, pembahasan Peksiminas saat itu tidak ada sangkut pautnya dengan Batra dan dia tidak perlu berkomentar karena tidak tahu menahu soal itu.
Setelah diskusi panjang dengan Kru Bahana, akhirnya kami segera mempublis klarifikasi tersebut. Keputusan ini diambil dengan beberapa pertimbangan. Pertama, saya salah menghitung kelebihan realisasi dengan pagu awal anggaran kelembagaan. Kedua, saya tidak merekam isi pembahasan anggaran Kamis 30 Maret 2017 lalu. Meski saya punya catatan, tapi beberapa kelembagaan yang dihubungi ragu atas kebenaran catatan saya. Termasuk Sujianto yang merasa tak ada menyebut nama Batra.
Setelah klarifikasi kami publis di web, malamnya, saya kembali menghubungi Oktaf dan menjanjikan bertemu. Pertemuan ini terlaksana Selasa malam 4 April, selepas maghrib di Sanggar Batra Kampus FKIP Panam.
Ramai pengurus Batra yang hadir. Saya ditemani Jeffri Pemimpin Perusahaan Bahana. Setelah Oktaf memulai pembahasan, ia meminta saya untuk berbicara. Apa yang saya sampaikan sama seperti kronologis di atas.
Meski begitu, pengurus Batra yang hadir tetap kecewa dengan berita Bahana yang tidak mengkonfirmasi terlebih dahulu dengan pengurus Batra. Meski sempat berdebat, saya mengakui ketidakcermatan ini dan akan membuat permohonan maaf di website Bahana, dengan mendengarkan terlebih dahulu rekaman pembahasan anggaran tersebut. Sebab, sore sebelum datang ke Sanggar Batra, kami memperoleh rekaman yang dimaksud melalui Rahma perwakilan UKM Pramuka yang juga hadir dalam pembahasan anggaran.
Tak hanya itu, Pengurus Batra juga meminta saya membuat permohonan maaf di koran Tribun Pekanbaru dan Riau Pos. Saya keberatan dengan permintaan ini. Sebagaimana mekanisme hak jawab, adalah media bersangkutan yang bertanggungjawab menyampaikan permohonan maaf dan memuat klarifikasi dari pembaca terkait. Dalam hal ini bahanamahasiswa.co.
Namun, pengurus Batra tetap pada tuntutannya. Pasalnya, kata mereka, persoalan ini sudah didiskusikan dengan beberapa senior dan alumni mereka. Saya tetap tidak bisa menerima tuntutan ini. Dengan begitu, saya menjanjikan dua hari untuk diskusi terlebih dahulu dengan alumni Bahana yang juga bekerja di Riau Pos. Pembahasan sampai di sini.
Sepulangnya dari Sanggara Batra, saya segera kembali ke Kantor Redaksi Bahana di Kampus Gobah. Saya mendengarkan tiga potongan rekaman dari Rahma tadi.Masing-masing berdurasi 30:27, 19:17 dan 11:31. Meski rekaman itu tidak semua dari awal pembahasan, kenyataannya memang tidak ada nama Batra dikaitkan dalam perhelatan Peksiminas ke Kendari itu.
Dengan begitu, saya minta maaf atas ketidakcermatan ini.*Suryadi