Fernanda Ardiansyah mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Riau (FKIP UNRI) ceritakan pengalaman tak enak temannya. Bertepat di laboratorium PMIPA, FKIP pada Oktober 2022 silam. Motor temannya hilang lantaran lupa mengunci ganda motor. Pun ketiadaan sekuriti yang berjaga.
Kata Fernanda, meskipun di beberapa titik parkir FKIP ada kamera tersembunyi atau CCTV, hal tersebut tak banyak membantu. Pun jumlah sekuriti keamanan UNRI yang masih kurang sehingga butuh tambahan agar tersebar secara merata.
“Lumayan baik, tapi belum maksimal. Mungkin kunci-kuncinya tinggal tadi dengan dibawa ke dekanat kan sudah bagus. Tapi kurangnya itu, buktinya masih ada juga yang kehilangan motor.”
Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Ketua Sekuriti FKIP, Muhammad Kasni. Ungkapnya jumlah sekuriti di fakultas tersebut mestinya ditambah untuk memaksimalkan pelayanan.
Kasni mengatakan FKIP hanya memiliki 9 sekuriti dan terdapat lima pos di FKIP, artinya ada dua pos yang diisi hanya seorang sekuriti. Ia mengatakan jika keadaan parkiran berantakan di salah satu pos, maka harus meminta bantuan dari sekuriti lain.
“Karena kapasitas sekuriti itu sedikit. Makannya kami kemarin ini kan sebenarnya harus penambahan, karena selama ini belum ada juga. Mudah-mudahanlah ada penambahan agar bisa ter-cover semuanya,” ungkap Kasni.
Komandan sekuriti UNRI, Elianto juga menjelaskan bahwasannya luasnya parkiran daerah FKIP dan banyaknya tempat parkir, membuat FKIP menjadi salah satu fakultas rawan kehilangan kendaraan bermotor, terlebih ketika kegiatan belajar dilakukan secara luring.
Sekuriti UNRI: Sekuriti Rektorat dan Sekuriti Fakultas
Tutur Elianto, jumlah sekuriti di UNRI secara keseluruhan adalah 154 orang. Dibagi dua bagian, yaitu sekuriti rektorat dan fakultas. Pun dibagi menjadi beberapa area di lingkungan kampus.
Tugasnya tak sama. Sekuriti fakultas bertanggung jawab akan keamanan yang ada di dalam fakultas. Sedangkan rektorat, menjaga kepentingan umum UNRI. Mulai dari tiap gerbang, tempat umum, lahan, hingga gedung rektorat.
Untuk pembagiannya satpam rektorat, dua sekuriti pada setiap pos gerbang, dimulai dari pos SM Amin, Bangau, Soebrantas dan Bina Krida. Sisanya ditugaskan untuk menjaga kawasan rektorat dan melakukan patroli.
Elianto menjelaskan, bahwasannya pengamanan setiap pos yang hanya dijaga dua petugas belum mencukupi. berdasarkan sistem standardisasi pengamanan itu belum mencukupi.
“Sistem standarisasi pengamanan untuk setiap pos dua jalur [pos SM Amin] itu paling tidak dijaga oleh empat orang,” ungkapnya
Dengan adanya empat sekuriti tersebut memudahkan dalam melakukan proses penjagaan, terlebih apabila adanya kejadian tak terduga seperti kecelakaan motor ataupun pencurian motor.
Tambah Elianto lagi, dari 154 orang tersebut, 87 di antaranya sekuriti pihak rektorat. Sisanya adalah fakultas.
“87 sekuriti ini dibagi tiga, untuk kampus Panam, Gobah dan Rumbai. Untuk di Panam sendiri memiliki sekitar 40 orang,” ucap Elianto.
Penambahan anggota sekuriti ini telah terealisasi di Fakultas Pertanian (Faperta). Saat ini jumlahnya ada tiga, yang awalnya hanya ada dua. Romi, salah satu sekuriti di Faperta bilang wilayah fakultas sudah dapat terjaga, meskipun ke depannya perlu ada penambahan.
Hanya saja, masih banyak mahasiswa yang tidak parkir sesuai tempat yang telah disediakan, sehingga mobilisasi dalam pengamanan menjadi lebih susah.
“Adek liat, padahal sudah dilarang parkir di depan laboratorium. Tapi masih ada aja yang parkir disana, padahal di sana ‘kan kawasan yang sulit kami jangkau, terlebih kami hanya bertiga,” ujar Romi.
Di samping itu, ada pula kekhawatiran Elianto akan Fakultas Perikanan atau Faperika. Fakultas yang kerap dipadati dengan jadwal praktikum tersebut, memungkinkan timbul kesempatan pencuri disela kesibukan. Pasalnya, tak ada satupun sekuriti yang berada di sana.
Ihwal tersebutlah yang membuat Elianto kirimkan bantuan sekuriti. Dimana yang seharusnya keamanan fakultas adalah kewenangan dari pihak fakultas. Bukan kewajibannya.
“Kami memberikan bantuan dengan menugaskan satu sekuriti untuk menjaganya tetapi hanya untuk pagi saja,” tambah Elianto.
Berbeda dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), keamanan dan jumlah sekuriti di sana terbilang maksimal. Jumlah di kampus Panam sendiri bertotal 12 orang. Dengan pembagian sepuluh jaga siang, dan sisanya dimalam hari.
Pun saat pembagian waktu siang, dua orang berjaga di pos dan selebihnya berkeliling di area parkiran dan gedung FEB.
“Kami prioritaskan keamanan parkiran, karena tingginya tingkat kelalaian mahasiswa yang meninggalkan kunci di motornya,” ucap salah satu sekuriti FEB, Afrizal.
Cukupnya anggota penjagaan di FEB ini pun tuai pujian dari mahasiswa. Hal ini diungkapkan Sandy Rahulio Sidabutar, mahasiswa Ekonomi Pembangunan.
Menurutnya, keamanan parkir fakultasnya lebih meyakinkan. Sebab, hanya ada satu pintu masuk dan satu pintu keluar. Pun satpam yg selalu sedia dengan tugasnya.
“Banyak juga kejadian kunci tertinggal itu selalu di cek sama sekuriti, jadi mereka menangani.”
Sandy juga katakan bahwa sekuriti FEB turut berjaga dan mengawasi saat ada kegiatan malam di kampus. Ia harap, personel sekuriti FEB dapat ditambah agar kualitas pelayanannya makin maksimal.
Kiat UNRI dalam peningkatan pengamanan
Untuk meningkatkan pengamanan Kampus Biru Langit ini, Elianto telah mengajukan penambahan pos penjagaan dan sekuriti sebanyak 60 orang. Dimana, 21 orangnya akan diletak di kampus Panam.
Tambahnya, terkait penambahan pos penjagaan, setiap regu beranggotakan sekurang-kurangnya berjumlah 20 orang agar dapat menyesuaikan dengan pos yang ada.
Kedepannya, pihak sekuriti akan menerbitkan aturan-aturan baru dalam kawasan UNRI untuk meningkatkan keamanan.
Seperti akan ada larangan berbonceng tiga, kemudian pemberian sanksi pada mahasiswa yang parkir sembarangan di wilayah rektorat. Sanksi yang diberikan bisa berupa teguran ataupun selebaran kemudian lekatkan di kendaraan bermotor tersebut.
Dengan begitu akan menghadirkan satu koordinasi, sehingga tidak terpecah-pecah.
“Sama-sama kita bertanggung jawab untuk keamanan kampus kita ini,” harapnya.
Penulis: Afrila Yobi dan Kristina Natalia
Editor: Ellya Syafriani