Sebulan lebih berlalu sejak diumumkan bahwa mahasiswa UNRI akan menerima sarana pendukung Pembelajaran Jarak Jauh. Sarana pendukung yang dijanjikan berupa paket data internet senilai 50 ribu perbulan. Beberapa hari lagi Ujian Akhir Semester atau UAS akan segera dimulai, tepatnya Selasa (2/6). Sementara, paket data internet tak kunjung diterima mahasiswa.
Melalui surat bertanggal 20 April 2020 ini, pada poin pertama dijelaskan kategori mahasiswa yang dapat memperoleh paket. Di antaranya mahasiswa jenjang Diploma Tiga (D3), Diploma Empat (D4), serta mahasiswa Sarjana (S1). Syaratnya, mahasiswa tersebut merupakan angkatan 2016, 2017, 2018 dan 2019 yang aktif perkuliahan teori pada semester genap tahun akademik 2019/2020.
Semua proses yang diminta telah dilakukan mahasiswa, mulai dengan mendaftarkan nomor ponsel untuk pembelajaran dalam jaringan (daring). Pendaftaran dilakukan melalui menu beasiswa pada website http://portal.unri.ac.id. Pendaftaran telah dilakukan mulai 21 hingga 25 April lalu.
Sebanyak 13.950 mahasiswa telah mendaftar dan mengisi data yang diminta. Setelahnya, data diverifikasi oleh masing-masing fakultas. Di antaranya nama mahasiswa, Nomor Induk Mahasiswa, tahun angkatan, dan status mahasiswa yang bersangkutan.
Beberapa mahasiswa ada yang keliru dalam memasukkan nomor ponselnya. Mahasiswa yang bersangkutan diminta untuk memperbaiki dengan mengisi list yang disediakan. Kemudian komandan tingkat masing-masing angkatan akan mengirimkan daftar perbaikannya kepada pihak fakultas.
Penyerahan hasil verifikasi dilakukan melalui e–mail kepada Wakil Rektor Bidang Akademik hingga 11 Mei 2020. Hasilnya, hanya 13.553 mahasiswa yang dapat memenuhi persyaratan. Kemudian berkas diteruskan kepada pihak provider internet dan akan diverifikasi lagi. Pada tahap ini, didapati beberapa nomor yang tidak aktif serta digitnya ada yang kurang. Selain itu, juga ada kesalahan klaim dari mahasiswa. Misalnya ia menggunakan provider Telkomsel, namun mengklaim bahwa provider-nya Tri.
Pihak UNRI meminta kepada provider untuk mengelompokkan nomor ponsel mahasiswa. Setelah dikelompokkan, jumlah mahasiswa yang akan menerima paket data internet sebanyak 13.441 yang terbagi ke dalam lima provider. Jumlah provider terbanyak yaitu Telkomsel sebanyak 11.131. Menyusul Tri 1.045 dan XL 935, serta 203 Indosat dan 127 Smatfren.
Berkas nama-nama mahasiswa ini ditandatangani oleh Aras Mulyadi—Rektor UNRI—pada Senin (18/5). Pada rapat pimpinan sebelumnya, sudah ditentukan kapan paket data internet akan diturunkan. Namun rencana tidak terpenuhi karena saat ini masih ada proses yang dilakukan oleh pihak provider internet.
Menurut Syaiful Bahri— Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerja sama dan Sistem Informasi— prosesnya tidak semudah yang diinginkan. “Awalnya kita mengira prosesnya hanya dari pengumpulan nomor handphone, mengetahui penerimanya, dan inject.â€
Provider harus mendaftarkan perusahaannya terlebih dahulu di Sistem Informasi Manajemen Pengadaan Langsung atau Sistem Pengadaan Secara Elektronik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Hal ini menyangkut kerja sama yang baru dilakukan oleh UNRI dengan provider internet dalam situasi COVID-19 saat ini.
Dokumen provider didaftarkan di Kemdikbud, lalu diunggah dan diverifikasi. “Ini tergantung pada provider masing-masing. Semakin cepat maka semakin bagus. Namun hingga saat ini belum ada yang selesai.â€
Setelah provider terdaftar dan deal dengan kampus, kontrak dimulai dan paket data internet akan diterima oleh mahasiswa.
Paket data internet yang direncanakan akan diterima selama dua bulan ini belum juga diterima mahasiswa hingga kini. Bahkan, UAS sudah di depan mata. Kuota ini, menurut Syaiful Bahri akan tetap diberikan dua kali.
“Hak mahasiswa itu dua bulan, jadi akan tetap kita berikan selama dua bulan. Kuota bulan pertama akan diberikan pada bulan Mei ini. Sedangkan untuk bulan kedua belum bisa dipastikan,†lanjutnya.
Denisa Dila Magfiroh, salah satu mahasiswa Pendidikan Bimbingan Konseling menilai paket data tersebut memang hak mahasiswa. Nantinya paket data ini bisa meringankan saat kuliah daring, misalnya ketika menggunakan aplikasi Zoom yang menelan banyak kuota internet. Ia berharap paket data yang dijanjikan bisa segera diterima.
“Ya walau gak banyak, jadilah ni. Tapi malah gak cair-cair. Dah telat kali sih,†keluhnya.
Upaya lain juga dilakukan UNRI agar tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya selama kuliah daring. Saat ini, UNRI sedang berupaya untuk membangun platform khusus untuk video conference yang tarifnya berbasis lokal.
“Selama ini mahasiswa di luar daerah dikenakan biaya normal, padahal provider bisa menyediakan internet dengan tarif lokal,†sambung Syaiful Bahri.
Ketika di kampus, mahasiswa dapat menggunakan WiFi secara gratis. Namun jika upaya ini berhasil, maka di manapun mahasiswa berada akan dapat mengakses internet dengan tarif lokal karena sudah memiliki ID sendiri.
Reporter: Zhavira Fitri Mardhatillah
Editor: Annisa Febiola