Adanya pandemi mengubah sistem pendidikan menjadi pembelajaran jarak jauh. Peralihan sistem ini menyulitkan para pelajar.
“Bagaimana kalau kita membuat e-modul?,†tanya Yanni Irma Waty Simanjuntak pada timnya.
Berawal dari pertanyaan tersebut, Pengembangan E-Modul Interaktif Berbasis Guided Inquiry Untuk meningkatkan Penguasaan Konsep Materi Larutan Penyangga Dalam Model Blended Learning muncul jadi judul penelitiannya. Ide ini adalah langkah awalnya untuk bentuk tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Social Humaniora. Ia gandeng Melinda Sari, Berliana Iga Lestari, serta Ismah. Semuanya dari Jurusan Pendidikan Kimia angkatan 2019 dan 2020.
Modul Guided Inquiry atau inkuiri terbimbing ini menuntut siswa agar dapat merancang dan menemukan konsep materi pembelajaran. Tujuannya supaya dapat tersimpan dalam ingatan siswa. Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan berpikir kritis, logis, dan mampu menganalisis, serta memahami konsep ilmiah. Pun dituntut lebih aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru hanya mengarahkan dan membimbing.
Yanni ceritakan prosesnya. Penelitian yang memakan waktu selama satu tahun ini memasukkan materi Larutan Penyangga sebagai Kompetensi Dasar. Sebab dari Pendidikan Kimia, kata Yenni, materi tersebut sulit dipahami oleh peserta didik.
Setelahnya, mereka mencari ide agar siswa dapat menumbuhkan sikap berpikir kritis. Beberapa cara digunakan seperti membuat konten berisi pertanyaan. Kemudian berisi kompenen pendukung seperti elektronik modul pada umumnya.
E-modul ini dirancang dengan visual yang menarik berdasarkan analisis kurikulum dan analisis materi yang berlaku. Diiringi video dan audio untuk mengasah kemampuan siswa. Dari hipotesis yang didapat, siswa akan merancang percobaan untuk menjawab pertanyan.
Setelah percobaan selesai dirangkai, siswa akan lakukan percobaan secara virtual. Lalu diarahkan untuk menganalisis dan membuat kesimpulan. Setelah e-modul selesai mereka rancang, uji coba pun siap di lakukan.
Sekolah Menengah Atas 3 Mandau menjadi tempat penelitian. Tiga orang siswa yang memiliki kemampuan berbeda menjadi objek uji coba. Ketiga siswa mencoba e-modul dan diminta memberi tanggapan baik kritik, pesan, dan kesan setelah menggunakan e-modul. Ini merupakan uji coba tahap 1.1.
Dari hasil tanggapan, tim Yanni lakukan revisi dan pengembangkan e-modul. Lanjut ke tahap uji coba kedua, mereka namakan uji coba kelompok kecil. Sepuluh siswa kemampuan yang sama dipilih untuk mencoba e-modul versi revisi.
Kali ini, tim siapkan jajak pendapat di Google Form kepada sepuluh siswa untuk memberikan tanggapan. Hasil dari kedua tahapan uji coba serta hasil dari validator ahli diolah menjadi data berupa angket. Selanjutnya, mereka lakukan analisa kembali dengan teknik analisis deskripsi persentase. Dari persentase yang digunakan terlihat bahwa e-modul yang mereka rancang valid dan sangat praktis digunakan.
Malam itu 29 Oktober, nama Yanni selaku ketua tim serta judul penelitian terpampang di depan layar tancap hotel The Zuri, Pekanbaru. Mereka dapatkan penghargaan setara emas.
“Senang banget, gak nyangka juga. Ini berkat doa orang tua, kerjasama tim, dan kemahasiswaan UNRI ,†ucap Yanni.
Melin, salah satu anggota tim berpesan untuk terus belajar dan jangan takut mencoba hal baru. “Karena untuk aku, ini juga yang pertama kali. Jangan sampai patah arang.â€
Penulis: Karunia Putri
Editor: Febrina Wulandari