UR Resmikan Hutan Serbaguna Muchtar Lutfi

Rektor Universitas Riau (UR) Aras Mulyadi bersama Direktur Perbenihan Tanaman Hutan Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Mintarjo, resmikan hutan serbaguna di Kampus UR Panam. Peresmian dilakukan di dekat gedung gasing, Senin (27/11).

Hutan serbaguna ini diberi nama Hutan Serbaguna Muchtar Luthfi, merupakan kerjasama Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UR bersama BPDASHL Indragiri-Rokan. Konsepnya memadukan aspek konservasi, edukasi dan ekowisata.

Dalam sambutannya Aras sampaikan, pemberian nama ini merupakan bentuk penghargaan UR kepada Muchtar Luthfi sebagi Rektor Pertama UR, serta perannya dalam pemindahan kampus UR dari Gobah ke Panam. Dalam peresmian ini hadir pula anak ketiga Muchtar Lutfi,  Ita Budiarti Ningsi.

UR mempunyai 58 ha yang dicanangkan sebagai kawasan hutan. Kemudian 5,58 ha untuk arboretum, 3,19 ha ecoedupark, 2,07 ha taman satwa, 4,91 ha bumi perkemahan dan 10 ha untuk hutan serbaguna. Hutan serbaguna tersebut nantinya ditanam tanaman buah lokal seperti mangga, enau, tampui, jambu bol, manggis dan meranti.

“Banyak manfaat yang didapat dari kerja sama ini, seperti pengembangan untuk meningkatkan pariwisata dan pelestarian hutan, pendidikan serta penelitian,” ujar Mintarjo.

Pengalihfungsian lahan ramai diperbincangkan di media sosial beberapa waktu belakangan.

Koordinator PSLH Suwondo sampaikan, hutan serbaguna yang dibuat tidak berada dalam kawasan Arboretum, hanya berbatasan langsung. “Jadi tidak merusak kawasan arboretum.”

Untuk pengalihfungsian lahan ini Suwondo akui ada dampak negatifnya, seperti erosi dan berkurangnya satwa liar. Namun akan dilakukan beberapa pencegahan, seperti penanaman cover crop di lahan yang kosong jelang pohon yang ditanam dapat berproduksi.

Satwa berupa monyet, beruk dan sejenisnya tidak terlalu masalah.  Suwondo jelaskan home range atau daerah jelajah monyet yang tidak melewati hutan serbaguna. Daerah jelajahnya yakni dari sekitar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, menuju ecoedupark lalu ke Fakultas Perikanan dan Kelautan. “Berakhir di kebun Fakultas Pertanian.”

Suwondo akui terjadi kesalahan terkait penebangan bagian tepi waduk. Seharusnya jarak dari tepi waduk sepuluh meter, namun karena kurangnya pengawasan sehingga kontraktor menebang hingga tersisa lima meter.

Suwondo akan berusaha mengakomodir kritik dan saran yang diberikan mahasiswa. Nantinya hutan serba guna ini akan dikelola UR bersama BPDASHL. Suwondo yakinkan bahwa dalam jangka 4 tahun, hutan serbaguna ini dapat diperoleh hasilnya. *Dicky Pangindra