Sikap Tak Belajar dari Keteledoran yang Sudah Terjadi

Tangkapan layar produk Nescafe di laman bdnaash/Dok. Pribadi

Sebagai seorang aktivis yang memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina, saya memandang dengan keprihatinan mendalam ketika sebuah universitas sebagai lembaga intelektual dan moral memilih untuk berkolaborasi dengan brand yang secara terbuka mendukung Israel. Keputusan semacam ini bukan hanya persoalan bisnis atau sponsorship, tetapi juga persoalan nilai dan keberpihakan.

Universitas seharusnya menjadi ruang moral yang menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan, dan solidaritas terhadap sesama. Ketika kampus berkolaborasi dengan entitas yang mendukung rezim penindasan, maka secara tidak langsung kampus turut menormalkan kekerasan yang dialami rakyat Palestina terutama di tengah situasi genosida dan pelanggaran hak asasi manusia yang terus berlangsung.

Keadaan yang ironi, ketika kampus tersebut tengah menyambut hari lahirnya, ia justru melupakan semangat intelektual dan moralnya sendiri demi bantuan dana dan “kerja sama” untuk menyukseskan acaranya. Apakah tidak belajar dari ‘keteledoran’ pihak-pihak lain di luar sana, baik universitas maupun ormas agama yang melakukan kesalahan serupa? Ataukah sudah luntur nilai-nilai tersebut di universitas ini, yang katanya Jantung Hati Masyarakat Riau? Sudah lupakah anda bahwa tiap-tiap peluru berdarah yang digunakan adalah bagian dari saluran dana yang masuk lewat perusahaan semacam itu?

Sebagai aktivis Palestina, saya tidak menolak kemajuan atau kerja sama komersial. Namun, kolaborasi seharusnya tidak mengorbankan prinsip kemanusiaan. Dalam konteks ini, kampus memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan setiap mitra yang diajak bekerja sama tidak terlibat dalam praktik atau dukungan terhadap kejahatan kemanusiaan.

Kritik ini bukan bentuk kebencian, melainkan panggilan moral agar kampus meninjau ulang arah etikanya. Perayaan Milad Universitas seharusnya menjadi momentum refleksi bukan ajang normalisasi terhadap perusahaan yang menutup mata dan memanfaatkan keadaan atas penderitaan bangsa lain.

Kami, para aktivis yang membela Palestina, percaya bahwa solidaritas bukan hanya slogan, melainkan tindakan nyata. Maka, kami menyerukan agar universitas berani bersikap: menolak kolaborasi dengan brand yang secara langsung maupun tidak mendukung agresi Israel, dan memilih untuk berdiri di sisi kemanusiaan serta keadilan.

Penulis: Susilo M. Ridho, Ketua Umum UKMI Ar Royyan Universitas Riau

*Rubrik opini, penulis bertanggung jawab atas keseluruhan isi tulisan. Bahana Mahasiswa dibebaskan atas tuntutan apapun. Silakan kirim opini Anda ke email bahanaur@gmail.com