Buku Di Tanah Lada karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie ini menarik dan agak menyedihkan. Ceritanya tentang seorang anak kecil bernama Salva. Panggilannya Ava. Ia tinggal bersama kedua orang tua yang kerap bertengkar. Hampir setiap hari Ava melihat dan mendengar hal-hal yang tak seharusnya anak seusianya lihat. Beranjak dari hal itu, saya ikut merasa kasihan. Bagaimana perasaan Ava kecil yang tumbuh di rumah yang tak tenteram?
Menilik penggunaan bahasa, Ziggy menggunakan kata-kata yang sederhana dalam buku keluaran tahun 2014 ini. Layaknya cara anak kecil berpikir. Kadang lucu karena polos, tak urung kadang pun terasa pahit. Dari cara Ava berpikir, kita bisa lihat bagaimana dunia orang dewasa kadang terasa membingungkan dan menakutkan bagi anak-anak.
Menariknya penulis tak langsung menghakimi siapa pun. Ziggy pelan-pelan menunjukkan kalau kekerasan itu punya banyak wujud. Tak selalu pukulan atau bentakan, tapi juga bisa lewat diam, cuek, atau kata-kata yang dingin. Ternyata banyak hal-hal kecil yang dianggap biasa bisa melukai perasaan seseorang, apalagi anak kecil.
Saya suka cara penulis menggambarkan dunia lewat pandangan Ava. Walau dia masih kecil, tapi pikirannya dalam dan penuh rasa ingin tahu. Kadang dia tak paham kenapa orang dewasa bisa sekejam itu. Saya jadi memikirkan makna keluarga dan kasih sayang yang sebenarnya.
Menurut saya, buku ini bukan cuma tentang kekerasan dalam rumah tangga. Tapi juga tentang keberanian dan harapan. Ava memang sering sedih, tapi dia tak pernah kehilangan asa untuk memahami hidupnya.
Ada beberapa bagian yang membuat saya tersentuh. Walaupun ceritanya kelam, penulis tetap memberi sedikit cahaya lewat rasa penasaran dan kejujuran Ava.
Tapi jujur, di beberapa bagian saya cukup bingung dengan cara Ziggy menulis. Kadang ceritanya melompat-lompat. Saya harus baca ulang guna paham maksudnya menyoal apa. Walaupun begitu, saya pikir mungkin agar pembaca juga merasakan bagaimana kacaunya dunia Ava.
Secara keseluruhan, Di Tanah Lada adalah buku yang menyentuh dan membuka mata. Saya jadi sadar kalau banyak anak di luar sana yang mungkin mengalami hal yang sama tapi tidak bisa bersuara. Pun dari buku ini saya belajar untuk lebih menghargai keluarga dan berusaha memahami orang lain, terutama anak-anak.
Buku ini cocok buat siapa pun yang ingin memahami kehidupan dari sudut pandang anak kecil yang berani. Walaupun bahasanya ringan, pesannya dalam dan bisa buat kita merenung lama setelah menutup halamannya.
Penulis: Jericho Carolla Sembiring
Penyunting: Fitriana Anggraini