Tahun Ini, Pemira Akan Dilaksanakan Secara Luring

Ujung tanduk periode kepengurusan Kaharuddin HSN DM dan Razali sudah di depan mata. Satu tahun menjabat sebagai Presiden Mahasiswa dan Wakil, saatnya Pemilihan Raya atau Pemira digelar. Guna mencari calon pemimpin mahasiswa untuk kampus Biru Langit selanjutnya.

Badan Eksekutif Mahasiswa atau BEM pun umumkan perekrutan Panitia Pemira Raya Universitas (PPRU) sejak tiga September lalu. Alur PPRU sendiri terdiri dari empat tahap. Pertama adalah pendaftaran dan pengembalian berkas. Dimulai sejak 3 sampai 7 September.

Kedua, pengumuman hasil Open Recruitment yang dilaksanakan pada 8 September. Sehari setelahnya, PPRU akan dibentuk. Tahap keempat, 10 September akan dilakukan pembekalan.

Namun BEM melakukan perpanjangan pendaftaran hingga 12 September. Terhitung ada 67 nama yang sudah terdaftar, tapi hanya 59 orang yang melakukan pengembalian berkas diluar sesi wawancara.

Ada 59 orang yang lolos untuk ikut serta dalam PPRU. Daftar namanya dapat dilihat pada laman https://bit.ly/pprupemira22.

Perbedaan pemilihan akan terlihat kali ini. Bercermin sejak dua tahun lalu yang dilaksanakan secara daring, kemungkinan besar Pemira kembali akan dilaksanakan dengan luring. Namun, masih dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

“Pemira baru dirasakan oleh beberapa angkatan saja. Karena hal tersebut dilakukan secara full online. Tetapi sekarang tidak bermasalah dengan server. Jadi kemungkinan besar dilakukan secara offline,” ujar Kaharuddin.

Kahar pun sampaikan beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mendaftar sebagai panitia. Ia katakan bahwa selama proses PPRU, seluruh panitia yang tergabung harus non aktif dari semua kelembagaan yang mereka ikuti. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

Syarat wajib selanjutnya adalah membawa Kartu Tanda Mahasiswa serta Surat Aktif Kuliah. Bila surat belum keluar, maka Portal Aktif Kuliah boleh dibawa saat melakukan pencoblosan Calon Presiden Mahasiswa.

Kahar berharap bahwa tingkat pemilihan Presiden mahasiswa akan tinggi. Mengingat tahun sebelumnya suara yang masuk itu tidak sampai 50 persen. Sementara sisanya adalah golongan putih.

“Ketika kita maju baik itu pendukung ataupun calonnya nanti, berpolitiklah dengan cara sehat. Dengan cara berikan kebebasan kepada seluruh mahasiswa UNRI. Dan berkampanyelah dalam bentuk ide dan gagasan bukan dalam bentuk sentiment ataupun polarisasi,” ucapnya.

Tak hanya PPRU, Panitia Pengawas atau Panwas juga ikut dibentuk oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa. Demi menjaga Pemira berjalan dengan baik.

Pemilihan Panwas juga dibuka berdasarkan dua jalur. Pertama secara umum. Pendaftar akan mendaftarkan namanya secara mandiri melalui flyer yang ada di Instagram.

Kemudian ada rekomendasi dari DPM Fakultas. M. Kurnia Sandy selaku Ketua Umum DPM sebut, masing-masing Fakultas dapat merekomendasikan maksimal empat orang untuk menjadi Panwas.

Namun terlepas dari itu, Panwas sendiri sangat sulit untuk dibentuk. Sebab ada beberapa pertimbangan kendala yang akan dihadapi. Mulai dari takutnya Panwas untuk mengambil sebuah keputusan tegas. Serta tidak pahamnya Panwas terkait tugas-tugasnya.

Sandy katakan bahwa kericuhan menjadi perhatian utama Pemira kali ini. Mengingat tahun lalu ribut-ribut itu bersumber dari kesalahpahaman antara teknis dan sistem pelaksanaanya.

“Jika nanti terjadi keributan yang sama seperti tahun lalu, cukup pihak panitia pengawas yang berasal dari fakultas masing-masing saja yang berbicara. Karena kondisi massa yang ada di lapangan tidak sama,” tutupnya

 

Reporter : Nola Rahma Aulia dan Shinta Rahayu

Editor : Karunia Putri