Mutiara Azhara sedang sibuk mengecek media sosial, mencari informasi tentang kegiatan mahasiswa baru yang akan dilakukan di Universitas Riau, ia adalah mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) angkatan 2018. Biasanya kalau tidak dari media sosial ia mencari tahu informasi ke abang yang telah kuliah, senior atau teman. Mutiara tidak pernah mengakses website fakultas. “Tidak tahu websitenya apa,†ungkapnya.
Mutiara tidak sendiri. Mahasiswa baru lain seperti Nurfri Yolanda, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), dan M Fahil Ramadhan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), juga tidak tahu tentang website fakultas. Kesemuanya mengaku lebih sering mencari informasi ke media sosial.
Tak hanya mahasiswa baru, mahasiswa lama juga jarang membuka website fakultas. Agil Juliansyah, Fakultas Pertanian (Faperta) 2012, dan Hambra Hidayatullah, Fakultas Teknik (FT) 2015, salah satunya. Menurut mereka penyebaran informasi lebih cepat dapat dari media sosial.
“Sebenarnya informasi yang ada di web sudah lengkap. Namun karena tampilannya tak menarik jadi kurang seru bacanya,” pendapat Hari Primanda, mahasiswa FT 2018.
Sepuluh fakultas di Universitas Riau sebenarnya telah memiliki website yang digunakan sebagai corong penyebarluasan informasi. Kesemuanya tergabung dalam satu domain unri.ac.id. Web fakultas berguna dalam membagikan informasi seperti profil fakultas, sejarah berdirinya, visi dan misi, program studi, profil pimpinan dan pegawai, profil dosen, hingga penelitian dosen dan mahasiswa.
Selain tampilan yang kurang menarik, penyebab mahasiswa tidak membuka website fakultas karena konten yang jarang di perbaharui, berita yang ada hanya seremonial semata, dan penyebaran informasi kalah cepat dibanding media sosial.
Pihak Unit Pengelola Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi (UPT-TIK) Universitas Riau telah membebaskan pengelola web fakultas untuk berkreasi. Mereka sediakan tema gratis untuk digunakan, jika fakultas ingin tampilan lebih menarik bisa beli tema sendiri. “Namun harus melapor ke pihak UPT-TIK lebih dulu untuk memeriksa keamanan tema,†jelas Budiman Haloho, Kepala Divisi Website.
Jika tema yang hendak dibeli aman maka pihak UPT-TIK yang akan menginstalkannya. Ini dilakukan karena semua web terintegrasi ke server di UPT-TIK. Karena ketika satu web rusak, server akan terkena imbasnya, “Pernah kejadian server diserang virus.â€
Yogi Rifki Kurniawan, pengelola IT di Fakultas Kedokteran, masih gunakan tema gratis. Ia merasa tidak dibatasi dalam pengelolaan web, hanya saja tampilannya masih sederhana. Fakultas lain yang masih gunakan tema gratis ialah FMIPA, FEB, FISIP, FPK, Faperta, dan Fakultas Keperawatan.
FT dan FKIP sudah gunakan tema berbayar. Herman yang bertugas mengelola web FT bahkan mengajak mahasiswa bekerja sama dalam mengelolanya. “Mereka yang tertarik di bidang IT kerap berkumpul dan belajar bersama untuk mengembangkan web,†cerita Herman. FKIP juga begitu, hanya saja Deski Permadi, pengelola web FKIP tidak mengikutkan mahasiswa dalam mengembangkan tampilan web.
Terkait konten yang jarang diperbaharui, menurut Zulkifli, Staf IT FMIPA, terjadi karena tidak ada tim khusus untuk menulis. Zulkifli akui tak ahli dalam hal menulis, ia hanya menunggu tulisan dikirim untuk kemudian di unggah di web. “Di sanalah kenanya, jika yang mengirim tulisan tidak ada, apa yang mau saya unggah?”
Kurangnya orang yang ahli dalam hal menulis diamini oleh tiap pengelola web fakultas. Mereka mengakalinya dengan bekerja sama mahasiswa. Mahasiswa bisa mengirim tulisan dan admin web akan mengunggahnya. Namun mahasiswa juga jarang mengirim tulisan, di FEB malah tidak ada sama sekali yang mengirim. “Terakhir 2015,†tutur Saddam Husein, Staf Dokumentasi FEB.
Selain menunggu tulisan mahasiswa, pengelola web fakultas juga mengunggah profil fakultas, profil pengajar dan staf, serta penelitian dosen dan mahasiswa. Namun lagi-lagi tidak lengkap karena sebagian dosen tidak mengirimkan foto untuk pelengkap profilnya. Herman dan pengelola lain mengakali dengan meletakkan gambar siluet sebagai pengganti foto.
Budiman menjelaskan bahwa UPT-TIK tidak mengurus konten web yang ada di fakultas. Fakultaslah yang bertugas mengembangkan agar web menarik. Jika ingin ada penulis khusus, fakultas yang harus mencari sendiri. “Sangat disayangkan jika tulisan yang dimuat hanya bersifat seremonial, hendaknya lebih diprioritaskan pada karya ilmiah. Dengan begitu, website akan jadi referensi mahasiswa.â€
Masalah lain terkait pengelolaan website fakultas ialah kecilnya kapasitas penyimpanan. Hanggy Anggodo, Staf IT FISIP berkeluh, ia terpaksa mengkompres ukuran foto karena kuota sekali unggah hanya empat megabyte. Ukuran yang dikecilkan bisa merusak foto. “Pihak FISIP sudah ajukan penambahan kuota ke UPT-TIK, namun belum ada balasan.â€
Budiman Haloho kemudian jelaskan mengenai kuota web. Server yang digunakan untuk selingkungan Universitas Riau hanya satu, itulah yang harus dibagi. Kalau dirasa kurang, pihak fakultas bisa mengajukan penambahan. Jika web penuh maka akan dicari penyebabnya dan kuota bisa ditambah. “Bila fakultas ingin kuota lebih besar lagi, kami sarankan untuk menambah server baru khusus untuk fakultasnya. LPPM, Perpustakaan UNRI, dan LPPMP contoh yang sudah punya server sendiri.â€
Sebenarnya banyak juga mahasiswa yang mengandalkan informasi dari web. Rodiatul salah satunya. Mahasiswa Fakultas Keperawatan ini lebih sering mengkases web fakultas ketimbang media sosial untuk informasi seputar kampus. Sinta Mayardika mahasiswa baru Faperta juga sependapat. Katanya, mahasiswa yang ketinggalan informasi tak harus scroll up pesan di grup media sosial lagi. Terkadang informasi yang beredar di media sosial terlalu banyak versinya, itulah kenapa banyak mahasiswa yang kembali membuka website fakultas untuk rujukan. Namun kadang informasi yang dicari tak didapat, Agil beri saran untuk menyeimbangkan penyebaran informasi, “Selain web, media sosial tiap fakultas juga perlu dikembangkan.â€
Penulis: Annisa Febiola
Editor: Ambar Alyanada