SELAIN Stadion Utama Riau, Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) juga ada di kompleks Universitas Riau. Keduanya dipakai saat helat Pekan Olahraga Nasional (PON) di Riau Oktober lalu. Gembar-gembor sebelumnya, kedua aset ini akan dipakai UR bila helat PON usai. Namun hingga kini janji itu belum terealisasi.
Pada 25 Januari 2013 Pembantu Rektor III Rahmat MT keluarkan pengumuman terkait Rusunawa. Surat ditujukan kepada Dekan se-Universitas Riau. Isinya, “Sehubungan akan difungsikannya Rusunawa diharapkan kepada seluruh mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi yang berminat untuk tinggal di Rusunawa tersebut agar dapat mendaftarkan diri di fakultas masing-masing atau ke Bagian Kemahasiswaan Rektorat Universitas Riau.†Rahmat juga menginformasikan fasilitas-fasilitas yang ada di Rusunawa: lapangan parkir luas, kantin, aula, ruang sholat, kamar full AC, lift (sedang renovasi), kamar mandi, kursi/meja belajar, lemari pakaian, aliran listrik PLN, dan sumur bor. “Mahasiswa UR jalur PBUD dan penerima beasiswa Bidik Misi kita utamakan,†kata Rahmat.
Pengumuman tinggallah pengumuman. Rusunawa belum bisa ditempati hingga kini. “Saat ini kami sudah semester dua, sebentar lagi sudah masuk mahasiswa baru. Jadi kapan kami bisa menempati Rusunawa seperti yang dijanjikan?†tanya Herdian mahasiswa jalur PBUD.
Adhy Prayitno, Pembantu Rektor IV menjelaskan bahwa Rusunawa memang hanya untuk mahasiswa angkatan pertama. “Kita utamakan mereka karena anak baru biasanya susah cari kos.â€
Rahmat MT beri penjelasan terkait belum difungsikannya Rusunawa. “Saat penyerahan surat pengumuman tersebut, memang sudah direncanakan untuk ditempati mahasiswa Bidik Misi dan PBUD. Namun setelah dicoba, ternyata mesin pompa air yang sudah tersedia tidak sanggup untuk menarik air hingga lantai paling atas. Sehingga penempatan Rusunawa tertunda sampai semua falisitas pendukung lainnya selesai diperbaharui,†jelasnya.
“Janji Rektor Rusunawa sudah bisa ditempati tahun 2013 ini. Kita tunggu saja. Jika tidak, kami tak akan tinggal diam,†sahut Zulfa Hendri bagian advokasi BEM UR.
BILA masuk kampus UR dari gerbang utama (Jalan Muchtar Lutfi), melongok ke sisi kiri, akan terlihat gedung bercat kuning lima lantai. Gedung ini sedikit terlindung oleh pohon akasia dan semak belukar yang dibiarkan meninggi. Kesan kurang terawat sudah terasa dari awal.
Jalan semen sekira lima belas meter mengantarkan kita ke halaman Rusunawa. Di tepi jalan semen dipasang lampu penerang. Ada sepuluh lampu di sepanjang jalan. Bila hari senja, lampu-lampu jalan ini tak menyala. Sudah tak berfungsi karena rusak. Sebagian bola lampu pecah, sebagian lagi tiangnya sudah tak tegak.
Paving block segi lima terpasang di halaman Rusunawa. Tumpukan pasir sisa pembangunan masih terlihat. Rumput tumbuh di sela paving block. Makin meninggi karena tak dicabut. Kanopi biru dipasang untuk area parkir motor.
Badan gedung ini terbagi dua, sisi kiri dan kanan. Di bagian tengah dihiasi pot yang ditanami bunga kertas. Tak ada bunga yang mekar. Daunnya pun mulai layu. Tampak tak terawat.
Di sekeliling gedung ada tangga. Naik ke lantai atas bisa gunakan tangga di sisi kiri, kanan, maupun belakang gedung. Tangga berbentuk spiral terdiri dari 16 anak tangga. Selain tangga, ada pula fasilitas lift untuk naik ke lantai atas. Pintu masuknya berwarna silver, sudah agak berkarat.
“Lift tidak akan difungsikan karena biayanya mahal,†kata Rahmat.
Pos satpam terletak di bagian depan gedung, sebelah kanan. Di seberangnya ada bak penampung air yang berasal dari sumur bor. Namun tak ada air di Rusunawa. Tak satu pun kran mengeluarkan air. “Mesinnya tahun ini baru ada,†jelas Rahmat.
Di lantai dua dan seterusnya, berjejer dua belas kamar di tiap sisi gedung. Setiap tiga kamar dipisahkan sebuah ruangan. Ada tempat cuci muka maupun cuci piring berukuran 3 x 1 meter. Ada juga dua kamar mandi kecil berukuran 1 x 0.5 meter berhadapan dengan dua water closet (WC) berukuran sama. Di atasnya ada kipas sebagai pengatur sirkulasi udara.
Ruang bersantai tersedia di tiap lantai. Ia berada setelah enam kamar, dilengkapi sofa dan meja kaca. Di depannya ada meja makan dengan kursi kayu. Lantai paling atas untuk menjemur pakaian.
Total 96 kamar tersedia di Rusunawa. Setiap kamar luasnya sama: 4,2 x 3,6 meter. Dinding kamar dicat putih, dilengkapi AC, spring bed, dua lemari, dua meja belajar dan empat kursi. Fasilitas ini menggambarkan satu kamar memuat dua orang. Hampir semua furniture berdebu, tak terawat.
RUSUNAWA mulai dibangun tahun 1999 oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera). Rahmat memastikan bahwa sebelum dilakukan serah terima ke UR, Kemenpera akan memperbaiki Rusunawa. “Semua yang tak beres dan tak cantik akan diperbaiki bulan Mei ini,†kata Rahmat.
Setelah serah terima, UR akan menunjuk bagian Umum, Hukum, Tatalaksana dan Perlengkapan (UHTP) untuk mengelolanya. Ekki Gaddafi, Kepala Bagian UHTP mengiyakan. Soal harga sewa, ia mengaku belum ditetapkan. “Setelah ditempati akan dihitung biaya perawatan dan kebutuhan Rusunawa per bulan. Setelah itu baru ditetapkan harga sewa per bulan,†jelasnya.
Bertolak belakang dengan perawatan, demi alasan keamanan, UR sudah menempatkan satpam berjaga di Rusunawa 24 jam setiap hari. Ekki Gaddafi mengatakan bahwa penjagaan dilakukan atas keinginan Rahmat. “Wajar saja, gedung itu nanti akan jadi milik kita juga.†#